Senin, 10 Maret 2025

Model-Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang Pembelajaran Aktif

     Perkembangan yang pesat utamanya dalam bidang informasi, mensyaratkan perlunya rnenggeser pola pembelajaran menjadi pembelajaran yang lebih aktif dan partisipasif. Dengan semakin meningkatnya laju perkembangan pengetahuan, guru tidak lagi mampu menjadi satu-satunya sumber informasi. Demikian juga dengan peserta didik, perlu menggeser peran dari sekedar penerima pasif informasi menuju pencarian aktif pengetahuan dan keterampilan serta menggunakannya secara bermakna.

      Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) No.19/2005 yang menekankan bahwa pembelajaran/perkuliahun harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, rnenyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

      Ada beberapa aspek yang melatar belakangi berkembangnya konsep pembelajaran “active learning”. Salah satu aspek yang cukup dikenal melatar belakangi pentingnya pengembangan model pembelajaran ”active learning” adalah ajaran Konfusius di China lebih dari 2400 tahun yang silam, yang menyatakan bahwa: yang saya dengar, saya lupa; yang saya lihat, saya ingat; dan yang saya lakukan, saya paham. Untuk tujuan pembelajaran di kelas, Silberman (2006) memodifikasi dan memperluas ketiga pernyataan sederhana dalam ajaran konfusius di atas menjadi apa yang disebut paham belajar aktif, sebagai berikut: What I hear, I forget; What I see, I remember a litle; What I hear, see and ask questions abaut or discuss with someone else, I begin to Understand; What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill; What I teach to another, I master. (Silberman, 2006:1).

 

B.   Urgensi pembelajaran aktif

            Istilah kegiatan belajar adalah khas dalam konteks pembelajaran aktif. Salah satu keuntungannya adalah supaya guru terbiasa mengaktifkan siswa dengan selalu bertanya apa yang harus dilakukan siswa. Di samping itu penggunaan istilah kegiatan belajar secara fungsional uga bermanfaat untuk membuat siswa mengenal bebagai strategi belajar dalam rangka mencapai tujuan belajar tertentu (Harto and Abdurrahmansyah, 2009:219)

            Pakar pembelajaran aktif bernama Mel Silberman, dosen di Universitas Temple, Amerika Serikat, mengembangkan filosofi Konfu Tse di atas dengan rincian seperti di bawah ini:

AKTIVITAS

PENGARUH

Saya mendengar

Saya lupa

Saya mendengar dan  melihat

Saya ingat sedikit

Saya mendengar, melihat, dan mempertanyakan/mendiskusikan

Saya mulai paham

Saya mendengar, melihat, membahas, dan menerapkan

Saya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan

Saya mengajarkan kepada orang lain

Saya menguasi

Sumber : (Silberman dalam Sukardi, 2013: 118)

            Mengapa jika hanya organ telinga atau indera pendengaran saja yang aktif (artinya guru hanya menggunakan metode ceramah saja) mengakibatkan siswa cenderung lupa ? karena menurut studi yang dilakukan para penganut psikologi behavioristik, sebagain besar guru rata-rata mengucapkan kuran glebih antara 100 sampai 200 kata per menit. Jumlah kata yang didengar siswa tergantung dengan cara guru mengucapkan kata-kata itu. Kalau siswa focus dan konsentrasi penuh ia dimungkinkan mampu menangkap 50 sampai 100 kata dalam setiap menitnya, atau setengahnya dari yang dikatakan oleh guru. Hal itu disebabkan oleh mereka berfikir keras sampai mendengar. Oleh karena itu siswa akan merasa kesulitan mendengarkan pelajaran dari guru yang banyak bicara, apalagi bicara dengan tempo yang cepat (Harto dan Abdurrahmansyah, 2009:225).

C.    Rumusan Masalah

Setelah dibahas latar belakang dan urgensi pembelajaran aktif, selanjutnya kami cantumkan rumusan masalah pembahasan makalah ini agar dapat disajikan dengan fokus. Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1.      Apakah Pengertian Pembelajaran Aktif?

2.      Bagaimana Karakteristik Pembelajaran Aktif

3.      Apasajakah Komponen Pembelajaran Aktif

4.      Bagaimana Aplikasi  Pembelajaran Aktif  pada Pendidikan Agama Islam?

 

 

 

BAB II

 PEMBAHASAN

Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)

A.    Pengertian Pembelajaran Aktif

     Jadi pembelajaran aktif sebenarnya mengakomodasi perbedaan yang ada di antara individu peserta didik. Seperti diketahui setiap peserta didik bersifat unik. Peserta didik yang satu berbeda dengan peserta didik lain dilihat dari berbagai sisi. Oleh karena itu, ada beberapa definisi tentang pembelajaran aktif. Definisi-definisi yang dimaksud sebagai berikut (Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif, 2007: 8-11) :

·         Belajar aktif menurut Meyers & Jones, meliputi pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan diskusi yang penuh makna, mendengar, menulis, membaca dan merefleksr males, gagasan, isu dan materi akademik.

·         Paulson & Faust mengungkapkan bahwa belajar aktif secara sederhana merupakan segala sesuatu yang dilakukan peserta didik selain hanya menjad.i penderigar pasif ceramah dari guru. Hal ini meliputi segala sesuatu dari latihan mendengarkan untuk mencerna segala sesuatu yang didengar, latihan menulis pendek dalam menanggapi materi dari guru sampai dengan latihan kelompok yang kompleks untuk menerapkan materi pembelajaran dalam situasi kehidupan nyata atau pada permasalahan yang baru.

·         Joint Report menyatakan bahwa belajar merupakan pencanan makna secara aktif oleh peserta didik. Belajar lebih merupakan pembangunan pengetahuan dari pada sekedar menerima pengetahuan secara pasif.

·         Chickering & Gamson menambahkan bahwa belajar tidaklah seperti menonton olahraga. Peserta didik tidak akan belajar banyak hanya dengan dengan duduk di kelas dan mendengarkan guru, mengingat tugas-tugas. dan mengajukan jawaban. Mereka harus mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari, menulisnya, menghubungkan dengan pengalaman terdahulu dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka seharusnya memiliki apa yang mereka pelajari

·         Pembelajaran aktif, juga dimaksudkan suatu cara-cara menyampaikan bahan ajar oleh guru yang dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dan sekaligus mengaktifkan seluruh aspek yang ada dalam diri siswa (Sukardi, 2013:111).

     Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disirnpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif membangun sendiri konsep dan rnakna melalui berbagai macam kegiatan. Pembelajaran aktif dikembangkan bersadarkan asumsi bahwa 1) pada dasarnya belajar merupakan proses aktif dan 2) seseorang memiliki cara belajar yang berbeda dengan orang lain.

 

B.     Karakteristik Pembelajaran Aktif

      Karakter dari pembelajaran aktif sebenarnya keterlibatan individu para pendidik (pikir dan rasa) dalam kegiatan belajar mengajar, yang berkaitan dengan assimilasi kognitif dalam mencapai: pengetahuan (knowledge), Pembentukan sikap (attitude), dan keterampilan (skill) melalui kebiasaan (habit), dan latihan (training). Kesemuanya merupakan internalisasi: mendapatkan, mengelola, menggunakan menentukan dan mengkomunikasikan hasil belajar perolehannya tersebut. Salah satu cara untuk meninjau kadar rentangan diantara dua kutub gaya, yaitu gaya dari pengajaran yang berpusat pada pendidik, dan gaya pengajaran yang berpusat pada pendidik dalam lingkungan (Ramayulis, 2005:202).

Berapa ciri dari pembelajaran yang aktif sebagaimana dikemukan dalam panduan pembelajaran model ALIS (Active Learning In School, 2009) adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata, (3) pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi, (4) pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda, (5) pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru), (6) pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar, (7) pembelajaran berpusat pada anak, (8) penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar, (9) guru memantau proses belajar siswa, dan (10) guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak (Uno and Mohamad, 2013:76).

Pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) juga berpusat pada anak (studen-centered learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar mereka termotivasi untuk belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut di samping itu, PAKEM adalah penerjemahan dari empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNISCO: 1) learning to know, yaitu mempelajari ilmu pengetahuan berupa aspek kognitif dalam pembelajaran, 2) learning to do, yaitu belajar melakukan yang merupakan aspek pengamalan dan pelaksanaannya, 3) learning to be, yaitu belajar menjadi diri sendiri berupa apsek kepribadian dan kesesuaian dengan diri anak (ini juga sesuai dengan konsep “multiple intelligence”dari Howard Gardner, dan 4) learning to life together, yaitu belajar hidup dalam kebersamaan yang merupakan aspek kesosialan anak, bagaimana bersosialisasi, dan bagaimana hidup toleransi dalam keberagaman yang ada di sekililing siswa (Rusman, 2011:321-322).

Hakikat pembelajaran aktif dengan pembelajaran pasif menurut Bobbi Deporter dalam Harto dan Abdurrahmansyah sebagai berikut:

Belajar Aktif

Belajar Pasif

·         Belajar apa saja dari setiap situasi

·         Menggunakan apa yang dipelajari untuk keuntunan anda

·         Mengupayakan agar semuanya terlaksana

·         Bersandar pada kehidupan

·         Tidak dapat melihat adanya potensi belajar

·         Mengabaikan kesemptan untuk berkembang fari suatu pengalaman belajar

·         Membiarkan segalanya terjadi

·         Menarik diri dari kehidupan

 

C.    Komponen Pembelajaran Aktif

Komponen-komponen yang menentukan dan dapat menciptakan suasana Pembelajaran Aktif dalam pengajaran, adalah (Ramayulis, 2005:204-206) :

1.         Komponen Bahan Pelajaran

Upaya memprogram suatu bahan pengajaran yang akan disajikan kepada para pendidik yang mendukung lahirnya CBSA, ialah :

a.       Bahan pelajaran merupakan kebulatan dari konsep yang diprogramkan.

b.      Mencakup multi demensi, jika diukur dari sudut waktu, ruang dan tujuan (sasarannya).

c.       Pengorganisasian dan pengembangan bahan, hendaklah memakai prinsip :

1)        Expending community approach

2)        Interdiciplinair

3)        Open-ended, dan

4)        Sesuai dengan tingkat kematangan pendidik

2.        Komponen Anak didik

a.       Anak didik harus diperlakukan tidak hanya sebagai objek, tapi juga sebagai subyek, dimana seluruh potensi yang ada dalam diri pendidik dapat difungsikan atau dikembangkan, baik dari bahan pelajaran pendidik, media, suasana kelas, kawan-kawan sebaya dan lain-lainnya.

b.      Ketertiban anak didik dalam proses belajar, dapat ditingkatkan dengan:

1)        Membuka dan mendorong kesempatan/keberanian anak didik untuk mengemukakan pertanyaan, mengemukakan tanggapan dan pendapat serta kemauan dan keinginannya belajar,

2)        Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk belajar sesuai caranya sendiri.

3)        Mendorong minat anak didik untuk mengetahui lebih lanjut.

3.      Komponen Pendidik

Dalam CBSA peranan pendidik diharapkan:

a.         Sebagai programmer yang aktif dan kreatif,

b.         Sebagai pelaksana yang dinamis, suka menolong dan bersikap bersahabat,

c.         Sebagai pemberi hadiah (rewarder) yang supportif dan objektif.

d.        Sebagai pengambil keputusan yang terampil,

e.         Sebagai manager yang berwibawa,

f.          Sebagai evaluator yang mampu dan terlatih,

g.         Sebagai peneliti yang mampu memanfaatkan hasilnya untuk keberhasilan pelajarannya.

4.      Komponen media

Yang dimaksud dengan media disini adalah dalam penger-tian yang luas, dimana termasuk metode, alat serta kegiatan yang dalam CBSA dapat dibina, dengan menggunakan multi metode, yaitu dengan mempergunakan berbagai jenis metode dan media yang dapat mengaktifkan pendidik.

5.    Komponen evaluasi

Pemakain teknik evaluasi tradisional, tidak dapat menghasilkan CBSA yang berkadar tinggi. Pendidik hendaklah memakai teknik penilaian yang beragama seperti: Tidak hanya dengan  menggunakan tes objektif saja, tetapi juga dengan  memakai bermacam tes, seperrti: tes lisan, tertulis, observasi, laporan dan sebagainya.

     Untuk menjadikan pembelajaran menjadi aktif, maka ini tidak tercipta begitu saja, tetapi  ada rancangan yang sengaja dibuat, yang dalam bahasa instruksional terjadi skenario guru dalam pembelajaran. Melalui program ALIS (Active Learning In School) beberapa hal yang harus dilakukan guru meliputi (1) membuat rencana secara hati-hati dengan memperhatikan detail berdasarkan atas sejumlah tujuan yang jelas yang dapat dicapai, (2) memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan mengaplikasikan pembelajarna mereka dengan metode yang beragam sesuai dengan konteks kehidupan nyata siswa, (3) secara aktif mengelola lingkungan belajar agar tercipta suasana yang nyaman, tidak bersifat mengancam, berfokus pada pembelajarna serta dapat membangkitkan ide yang pada gilirannya dapat memaksimalkan waktu, sumber-sumber yang menjamin pembelajaran aktif berjalan, serta (4) menilai sisa dengan cara-cara yang dapat mendorong siswa untuk menggunakan apa yang telah mereka pelajari di kehidupan nyata, dalam hal ini disebut penilaian otentik (Uno and Mohamad, 2013:77).

     Komponen-komponen ini merupakan komponen yang dapat menciptakan pembelajaran aktif ada: komponen bahan pelajaran, komponen anak didik,  pendidik, komponen media, komponen evaluasi, keempat komponen ini akan menjadikan pembelajaran aktif yang menjadikan siswa lebih mengeluarkan segenap fikirannya untuk mengeluarkan segala ide serta gagasan yang ada pada diri anak didik.

D.    Aplikasi  Pembelajaran Aktif  pada Pendidikan Agama Islam

      Untuk mengaplikasikan pembelajaran aktif ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan serta kendala yang akan dihadapi  ketika melaksanakan pembelajaran aktif diantaranya sebagai berikut (Peter G dan Lorna K, 1990: 12-16)  :

1.    Tujuan pembelajaran harus ditunjukkan dengan jelas. Peserta didik yang tidak terbiasa dengan pembelajaran aktif yakni mereka hanya menjadi pendengar aktif, mungkin akan mengalami kesulitan ketika mengikuti proses pembelajaran. Oleh karenan itu, guru perlu menegaskan dan menjelaskan tujuan pembelajaran sehingga peserta didik dapat herpartisipasi untuk mencapainya.

2.    Peserta didik perlu diberi tahu apa yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran. Siklus dalam pembelajaran aktif mungkin akan terdiri atas beberapa tahapan kegiatan. Guru perlu menjelaskan kepada peserta didik tiap-tiap tahapan pembelajaran dan apa yang akan dicapai dalam tahapan tersebut.

3.    Peserta didik perlu mendapatkan petunjuk yang jelas dalam setiap kegiatan, agar pembelajaran berjalan dengan efektif. Setiap kegiatan perlu petunjuk mengenai hal-­hal yang harus dilakukan oleh peserta didik. Pada kegiatan diskusi, misalnya, akan lebih baik apabila setiap kelompok peserta didik diberi Lembar Kerja. Guru juga perlu membantu menjelaskan kepada peserta didik apabila peserta didik  mengalami  kesulitan dalam  melaksanakan kegiatan.

4.    Guru perlu memilih teknik pembelajaran aktif yang sesuai dengan konsep yang dipelajari peserta didik. Untuk setiap konsep yong dipclajari peserta didik terdapat pilihan teknik atau strategi yang sesuai. Guru perlu memilih teknik tersebut,  sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif. Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241)

5.    Guru perlu menciptaan iklirn pembelajaran yang aktif. Penyelenggaraan pembelajaran yang aktif perlu dukungan iklim pembelajaran yang kondusif. Guru perlu mengembangkan keterbukaan dalam pembelajaran. Setiap gagasan perlu dihargai bahkan gagasan yang ''kurang tepat juga perlu diberi toleransi. Dengan demikian peserta didik merasa "aman” dan "nyaman" secara psikologis ketika terlibat dalam pembelajaran.

     Sedangkan kendala dalam menerapkan pembelajaran aktif antara lain:

1.    Apabila saya menghabiskan waktu di kelas untuk pembelajaran aktif, saya tidak akan bisa menyelesaikan silabus.

2.      Apabila saya tidak berceramah, saya tidak bisa mengontrol kelas.

3.      Beberapa peserta didik saya tidak melakukan apa yang saya inginkan.

      Adapun aplikasi model pembelajaran dengan  active learning pada Pendidikan Agama Islam (PAI)  sangat berperan  aktif jika disinkronkan dengan  tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam. Tujuan pendidikan agama Islam di sekolah berfungsi (Ramayulis, 2005:21-22).  :

 a) pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga;

 b) penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lainl;

 c) perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari;

d) pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negative dari lingkungannya;

e) penyesuaian, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik fisik, sosial maupun ajaran Islam;

f) Sumber lain, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat

Dari tujuan di atas tentunya dalam menentukan model pembelajaran harus diperhatikan untuk mencapai tujuan PAI, model pembelajaran active learning salah satu pembelajaran yang akan mendukung untuk mencapai hasil yang baik bagi anak tidak hanya memahami akan tetapi anak juga mencermati serta mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa model pembelajaran aktif yang dapat di pakai dalam pembelajaran (Agus Suprijono: 111-133):

1.      Learning start with a question

2.      Plantet question                                                                                  

3.      Team quiz

4.      Modeling the way

5.      Practice –Rehearsal

6.      Reflektif

7.      Bermain Jawaban

8.      Group Resume

9.      Index card match

10.  Guided teaching

11.  The learning cell

12.  Learning contract

13.  Learning journal

14.  Examples non examples

15.  Picture and picture

16.  Cooperative script

17.  Artikulasi

18.  Snowball throwing

19.  Student facilitator  and explaining

20.  Course review horey

21.  Demonstration

22.  Explicit instruction

23.  Cooperative integrated reading and composition

24.  Tebak kata

25.  Concept sentence

26.  Complette sentence

27.  Time token arends

28.  Student teams-achievement divisions


Daftar Pustaka

Harto, Kasinyo, and Abdurrahmansyah. Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning (Arah baru Pembelajaran PAI di Sekolah dan Madrasah) . Palembang : Grafika Telindo Press, 2009.

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan     Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Peter G dan Lorna K, Prosedur strategi pembelajar kooperatif, Jakarta: Gramedia Widya Sarana Indonesia, 1990.

Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam . Jakarta: Kalam Mulia, 2005.

Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada , 2011.

Sanjaya, Wina. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif, Jakarta: Rajawali Press,    2007.

Silberman, Mel. Active Learning: 101 Srategies to Teach Any Subject. A Simon & Schuster Needham Heights: Massachusetts, 1996.

Sukardi, Ismail. Model-Model Pembelajaran Modern . Palembang : Tunas Gemilang Press , 2013.

Suprijono, Agus. Cooperative Learning, teori dan aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Uno, Hamzah B., and Nurdin Mohamad. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta : Bumi Aksara, 2013.

 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab III

Penutup

A.    Kesimpulan

1.    Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif membangun sendiri konsep dan rnakna melalui berbagai macam kegiatan. Pembelajaran aktif dikembangkan bersadarkan asumsi bahwa 1) pada dasarnya belajar merupakan proses aktif dan 2) seseorang memiliki cara belajar yang berbeda dengan orang lain.

2.    Karakter dari pembelajaran aktif sebenarnya keterlibatan individu para pendidik (pikir dan rasa) dalam kegiatan belajar mengajar, yang berkaitan dengan assimilasi kognitif dalam mencapai: pengetahuan (knowledge), Pembentukan sikap (attitude), dan keterampilan (skill) melalui kebiasaan (habit), dan latihan (training).

3.       Komponen-komponen yang menentukan dan dapat menciptakan suasana Pembelajaran Aktif :

1.      Komponen Bahan Pelajaran

2.      Komponen Anak didik

3.      Komponen Pendidik

4.      Komponen media

5.      Komponen evaluasi

4.    Aplikasi model pembelajaran dengan  active learning pada Pendidikan Agama Islam (PAI)  sangat berperan  aktif jika disinkronkan dengan  tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam.

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YASPEND Ar-Ridha Peringati Tahun Baru Islam dengan Zikir, Tausiyah, dan Penyerahan Anugerah Bintang Prestasi

  YASPEND Ar-Ridha Peringati Tahun Baru Islam dengan Zikir, Tausiyah, dan Penyerahan Anugerah Bintang Prestasi Langkat, 27 Juni 2025 — Yay...