BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran Aktif
Perkembangan
yang pesat utamanya dalam bidang informasi, mensyaratkan perlunya rnenggeser pola pembelajaran menjadi pembelajaran yang
lebih aktif dan partisipasif. Dengan semakin
meningkatnya laju perkembangan pengetahuan, guru tidak lagi mampu menjadi satu-satunya sumber informasi. Demikian juga
dengan peserta didik, perlu menggeser peran
dari sekedar penerima pasif informasi menuju pencarian aktif pengetahuan dan keterampilan serta menggunakannya secara
bermakna.
Hal ini sejalan
dengan Peraturan Pemerintah (PP)
No.19/2005 yang menekankan bahwa pembelajaran/perkuliahun
harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, rnenyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
Ada beberapa aspek yang melatar belakangi
berkembangnya konsep pembelajaran “active learning”. Salah satu aspek yang
cukup dikenal melatar belakangi pentingnya pengembangan model pembelajaran ”active
learning” adalah ajaran Konfusius di China lebih dari 2400 tahun yang
silam, yang menyatakan bahwa: yang saya dengar, saya lupa; yang saya lihat,
saya ingat; dan yang saya lakukan, saya paham. Untuk tujuan pembelajaran di
kelas, Silberman (2006) memodifikasi dan memperluas ketiga pernyataan sederhana
dalam ajaran konfusius di atas menjadi apa yang disebut paham belajar aktif,
sebagai berikut: What I hear, I forget; What I see, I remember a litle; What
I hear, see and ask questions abaut or discuss with someone else, I begin to
Understand; What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill;
What I teach to another, I master. (Silberman, 2006:1).
B.
Urgensi
pembelajaran aktif
Istilah
kegiatan belajar adalah khas dalam konteks pembelajaran aktif. Salah satu
keuntungannya adalah supaya guru terbiasa mengaktifkan siswa dengan selalu
bertanya apa yang harus dilakukan siswa. Di samping itu penggunaan istilah
kegiatan belajar secara fungsional uga bermanfaat untuk membuat siswa mengenal
bebagai strategi belajar dalam rangka mencapai tujuan belajar tertentu (Harto
and Abdurrahmansyah, 2009:219)
Pakar pembelajaran
aktif bernama Mel Silberman, dosen di Universitas Temple, Amerika Serikat,
mengembangkan filosofi Konfu Tse di atas dengan rincian seperti di bawah ini:
AKTIVITAS |
PENGARUH |
Saya
mendengar |
Saya
lupa |
Saya
mendengar dan melihat |
Saya
ingat sedikit |
Saya
mendengar, melihat, dan mempertanyakan/mendiskusikan |
Saya
mulai paham |
Saya
mendengar, melihat, membahas, dan menerapkan |
Saya
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan |
Saya
mengajarkan kepada orang lain |
Saya
menguasi |
Sumber :
(Silberman dalam Sukardi, 2013: 118)
Mengapa
jika hanya organ telinga atau indera pendengaran saja yang aktif (artinya guru
hanya menggunakan metode ceramah saja) mengakibatkan siswa cenderung lupa ?
karena menurut studi yang dilakukan para penganut psikologi behavioristik,
sebagain besar guru rata-rata mengucapkan kuran glebih antara 100 sampai 200
kata per menit. Jumlah kata yang didengar siswa tergantung dengan cara guru
mengucapkan kata-kata itu. Kalau siswa focus dan konsentrasi penuh ia
dimungkinkan mampu menangkap 50 sampai 100 kata dalam setiap menitnya, atau
setengahnya dari yang dikatakan oleh guru. Hal itu disebabkan oleh mereka
berfikir keras sampai mendengar. Oleh karena itu siswa akan merasa kesulitan
mendengarkan pelajaran dari guru yang banyak bicara, apalagi bicara dengan tempo
yang cepat (Harto dan Abdurrahmansyah, 2009:225).
C.
Rumusan Masalah
Setelah dibahas latar belakang dan urgensi
pembelajaran aktif, selanjutnya kami cantumkan rumusan masalah pembahasan
makalah ini agar dapat disajikan dengan fokus. Adapun rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Apakah Pengertian
Pembelajaran Aktif?
2.
Bagaimana Karakteristik
Pembelajaran Aktif
3.
Apasajakah Komponen
Pembelajaran Aktif
4.
Bagaimana Aplikasi Pembelajaran Aktif pada Pendidikan Agama Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)
A.
Pengertian
Pembelajaran Aktif
Jadi
pembelajaran aktif sebenarnya mengakomodasi
perbedaan yang ada di antara individu peserta didik. Seperti diketahui setiap
peserta didik bersifat unik. Peserta didik yang satu berbeda dengan peserta
didik lain dilihat dari berbagai sisi. Oleh
karena itu, ada beberapa definisi tentang pembelajaran aktif. Definisi-definisi yang dimaksud sebagai berikut
(Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif, 2007: 8-11) :
·
Belajar aktif
menurut Meyers & Jones, meliputi pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan diskusi yang penuh
makna, mendengar, menulis, membaca dan
merefleksr males, gagasan, isu dan materi akademik.
·
Paulson &
Faust mengungkapkan bahwa belajar aktif secara sederhana merupakan segala sesuatu yang dilakukan peserta didik selain
hanya menjad.i penderigar pasif ceramah dari guru. Hal ini meliputi segala
sesuatu dari latihan mendengarkan untuk mencerna segala sesuatu yang didengar,
latihan menulis pendek dalam menanggapi materi dari guru sampai dengan latihan kelompok yang kompleks untuk
menerapkan materi pembelajaran dalam
situasi kehidupan nyata atau pada permasalahan yang baru.
·
Joint Report
menyatakan bahwa belajar merupakan pencanan makna secara aktif oleh peserta didik. Belajar lebih merupakan
pembangunan pengetahuan dari pada sekedar
menerima pengetahuan secara pasif.
·
Chickering
& Gamson menambahkan bahwa belajar tidaklah seperti menonton olahraga. Peserta didik tidak akan belajar banyak
hanya dengan dengan duduk di kelas dan mendengarkan guru, mengingat
tugas-tugas. dan mengajukan jawaban. Mereka
harus mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari, menulisnya, menghubungkan dengan pengalaman terdahulu dan
menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka seharusnya memiliki apa yang mereka pelajari
·
Pembelajaran
aktif, juga dimaksudkan suatu cara-cara menyampaikan bahan ajar oleh guru yang
dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dan
sekaligus mengaktifkan seluruh aspek yang ada dalam diri siswa (Sukardi, 2013:111).
Berdasarkan
berbagai definisi di atas, dapat disirnpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk aktif membangun
sendiri konsep dan rnakna melalui berbagai macam kegiatan. Pembelajaran aktif dikembangkan bersadarkan asumsi bahwa 1) pada
dasarnya belajar merupakan proses aktif dan
2) seseorang memiliki cara belajar yang berbeda dengan orang lain.
B.
Karakteristik
Pembelajaran Aktif
Karakter dari pembelajaran aktif
sebenarnya keterlibatan individu para pendidik (pikir dan rasa) dalam kegiatan
belajar mengajar, yang berkaitan dengan assimilasi kognitif dalam mencapai:
pengetahuan (knowledge), Pembentukan sikap (attitude), dan
keterampilan (skill) melalui kebiasaan (habit), dan latihan (training).
Kesemuanya merupakan internalisasi: mendapatkan, mengelola, menggunakan
menentukan dan mengkomunikasikan hasil belajar perolehannya tersebut. Salah
satu cara untuk meninjau kadar rentangan diantara dua kutub gaya, yaitu gaya
dari pengajaran yang berpusat pada pendidik, dan gaya pengajaran yang berpusat
pada pendidik dalam lingkungan (Ramayulis,
2005:202).
Berapa
ciri dari pembelajaran yang aktif sebagaimana dikemukan dalam panduan
pembelajaran model ALIS (Active Learning In School, 2009) adalah sebagai
berikut: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran terkait dengan
kehidupan nyata, (3) pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi,
(4) pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda, (5) pembelajaran
mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru), (6) pembelajaran
menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar, (7) pembelajaran
berpusat pada anak, (8) penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk
melakukan kegiatan belajar, (9) guru memantau proses belajar siswa, dan (10)
guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak (Uno and Mohamad, 2013:76).
Pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan) juga berpusat pada anak (studen-centered learning) dan
pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar mereka
termotivasi untuk belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa
terbebani atau takut di samping itu, PAKEM adalah penerjemahan dari empat pilar
pendidikan yang dicanangkan oleh UNISCO: 1) learning to know, yaitu
mempelajari ilmu pengetahuan berupa aspek kognitif dalam pembelajaran, 2) learning
to do, yaitu belajar melakukan yang merupakan aspek pengamalan dan
pelaksanaannya, 3) learning to be, yaitu belajar menjadi diri sendiri
berupa apsek kepribadian dan kesesuaian dengan diri anak (ini juga sesuai
dengan konsep “multiple intelligence”dari Howard Gardner, dan 4) learning
to life together, yaitu belajar hidup dalam kebersamaan yang merupakan
aspek kesosialan anak, bagaimana bersosialisasi, dan bagaimana hidup toleransi
dalam keberagaman yang ada di sekililing siswa (Rusman, 2011:321-322).
Hakikat
pembelajaran aktif dengan pembelajaran pasif menurut Bobbi Deporter
dalam Harto dan Abdurrahmansyah sebagai berikut:
Belajar Aktif |
Belajar Pasif |
·
Belajar apa
saja dari setiap situasi ·
Menggunakan
apa yang dipelajari untuk keuntunan anda ·
Mengupayakan
agar semuanya terlaksana ·
Bersandar
pada kehidupan |
·
Tidak dapat
melihat adanya potensi belajar ·
Mengabaikan
kesemptan untuk berkembang fari suatu pengalaman belajar ·
Membiarkan
segalanya terjadi ·
Menarik diri
dari kehidupan |
C.
Komponen
Pembelajaran Aktif
Komponen-komponen yang menentukan
dan dapat menciptakan suasana Pembelajaran Aktif dalam pengajaran, adalah (Ramayulis, 2005:204-206) :
1.
Komponen Bahan
Pelajaran
Upaya memprogram suatu bahan
pengajaran yang akan disajikan kepada para pendidik yang mendukung lahirnya
CBSA, ialah :
a.
Bahan pelajaran
merupakan kebulatan dari konsep yang diprogramkan.
b.
Mencakup multi
demensi, jika diukur dari sudut waktu, ruang dan tujuan (sasarannya).
c.
Pengorganisasian
dan pengembangan bahan, hendaklah memakai prinsip :
1)
Expending
community approach
2)
Interdiciplinair
3)
Open-ended, dan
4)
Sesuai dengan
tingkat kematangan pendidik
2.
Komponen Anak
didik
a.
Anak didik
harus diperlakukan tidak hanya sebagai objek, tapi juga sebagai subyek, dimana
seluruh potensi yang ada dalam diri pendidik dapat difungsikan atau
dikembangkan, baik dari bahan pelajaran pendidik, media, suasana kelas,
kawan-kawan sebaya dan lain-lainnya.
b.
Ketertiban anak
didik dalam proses belajar, dapat ditingkatkan dengan:
1)
Membuka dan
mendorong kesempatan/keberanian anak didik untuk mengemukakan pertanyaan,
mengemukakan tanggapan dan pendapat serta kemauan dan keinginannya belajar,
2)
Memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk belajar sesuai caranya sendiri.
3)
Mendorong minat
anak didik untuk mengetahui lebih lanjut.
3.
Komponen
Pendidik
Dalam CBSA
peranan pendidik diharapkan:
a.
Sebagai
programmer yang aktif dan kreatif,
b.
Sebagai
pelaksana yang dinamis, suka menolong dan bersikap bersahabat,
c.
Sebagai pemberi
hadiah (rewarder) yang supportif dan objektif.
d.
Sebagai
pengambil keputusan yang terampil,
e.
Sebagai manager
yang berwibawa,
f.
Sebagai
evaluator yang mampu dan terlatih,
g.
Sebagai
peneliti yang mampu memanfaatkan hasilnya untuk keberhasilan pelajarannya.
4.
Komponen media
Yang dimaksud dengan media disini
adalah dalam penger-tian yang luas, dimana termasuk metode, alat serta kegiatan
yang dalam CBSA dapat dibina, dengan menggunakan multi metode, yaitu dengan
mempergunakan berbagai jenis metode dan media yang dapat mengaktifkan pendidik.
5.
Komponen
evaluasi
Pemakain teknik evaluasi tradisional, tidak dapat menghasilkan CBSA
yang berkadar tinggi. Pendidik hendaklah memakai teknik penilaian yang beragama
seperti: Tidak hanya dengan menggunakan
tes objektif saja, tetapi juga dengan
memakai bermacam tes, seperrti: tes lisan, tertulis, observasi, laporan
dan sebagainya.
Untuk
menjadikan pembelajaran menjadi aktif, maka ini tidak tercipta begitu saja,
tetapi ada rancangan yang sengaja
dibuat, yang dalam bahasa instruksional terjadi skenario guru dalam
pembelajaran. Melalui program ALIS (Active Learning In School) beberapa
hal yang harus dilakukan guru meliputi (1) membuat rencana secara hati-hati
dengan memperhatikan detail berdasarkan atas sejumlah tujuan yang jelas yang
dapat dicapai, (2) memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif
dan mengaplikasikan pembelajarna mereka dengan metode yang beragam sesuai
dengan konteks kehidupan nyata siswa, (3) secara aktif mengelola lingkungan
belajar agar tercipta suasana yang nyaman, tidak bersifat mengancam, berfokus
pada pembelajarna serta dapat membangkitkan ide yang pada gilirannya dapat
memaksimalkan waktu, sumber-sumber yang menjamin pembelajaran aktif berjalan,
serta (4) menilai sisa dengan cara-cara yang dapat mendorong siswa untuk
menggunakan apa yang telah mereka pelajari di kehidupan nyata, dalam hal ini disebut
penilaian otentik (Uno and Mohamad, 2013:77).
Komponen-komponen ini merupakan komponen
yang dapat menciptakan pembelajaran aktif ada: komponen bahan pelajaran,
komponen anak didik, pendidik, komponen
media, komponen evaluasi, keempat komponen ini akan menjadikan pembelajaran
aktif yang menjadikan siswa lebih mengeluarkan segenap fikirannya untuk
mengeluarkan segala ide serta gagasan yang ada pada diri anak didik.
D.
Aplikasi Pembelajaran Aktif pada Pendidikan Agama Islam
Untuk mengaplikasikan pembelajaran aktif
ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan serta kendala yang akan dihadapi ketika melaksanakan pembelajaran aktif diantaranya sebagai berikut (Peter G dan Lorna K, 1990:
12-16) :
1.
Tujuan pembelajaran harus
ditunjukkan dengan jelas. Peserta didik yang tidak terbiasa dengan pembelajaran aktif yakni mereka hanya
menjadi pendengar aktif, mungkin akan mengalami
kesulitan ketika mengikuti proses pembelajaran. Oleh karenan itu, guru perlu menegaskan dan menjelaskan tujuan
pembelajaran sehingga peserta didik dapat herpartisipasi untuk mencapainya.
2.
Peserta didik perlu diberi tahu apa yang akan
dilakukan dalam proses pembelajaran. Siklus dalam pembelajaran aktif mungkin akan
terdiri atas beberapa tahapan kegiatan. Guru perlu menjelaskan kepada peserta didik tiap-tiap tahapan
pembelajaran dan apa yang akan dicapai dalam tahapan tersebut.
3.
Peserta didik perlu mendapatkan petunjuk yang
jelas dalam setiap kegiatan, agar pembelajaran berjalan dengan efektif. Setiap
kegiatan perlu petunjuk mengenai hal-hal yang harus dilakukan oleh peserta
didik. Pada kegiatan diskusi, misalnya, akan lebih baik apabila setiap kelompok peserta didik diberi Lembar Kerja.
Guru juga perlu membantu menjelaskan kepada peserta didik
apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan.
4.
Guru perlu memilih teknik
pembelajaran aktif yang sesuai dengan konsep yang dipelajari peserta didik.
Untuk setiap konsep yong dipclajari peserta didik terdapat pilihan teknik atau strategi yang sesuai. Guru perlu
memilih teknik tersebut, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif. Dalam metode active learning (belajar
aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai
pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru
disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat
belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian
rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.
(Mulyasa, 2004:241)
5.
Guru perlu menciptaan iklirn pembelajaran yang
aktif. Penyelenggaraan pembelajaran yang aktif perlu dukungan iklim
pembelajaran yang kondusif. Guru perlu mengembangkan keterbukaan dalam pembelajaran. Setiap
gagasan perlu dihargai bahkan gagasan yang
''kurang tepat juga perlu diberi toleransi. Dengan demikian peserta didik merasa "aman” dan "nyaman" secara
psikologis ketika terlibat dalam pembelajaran.
Sedangkan
kendala dalam menerapkan pembelajaran aktif antara lain:
1.
Apabila saya menghabiskan waktu di kelas untuk
pembelajaran aktif, saya tidak akan bisa menyelesaikan silabus.
2.
Apabila saya tidak berceramah, saya tidak bisa
mengontrol kelas.
3.
Beberapa peserta didik saya tidak melakukan
apa yang saya inginkan.
Adapun aplikasi model pembelajaran dengan active learning pada Pendidikan Agama
Islam (PAI) sangat berperan aktif jika disinkronkan dengan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam.
Tujuan pendidikan agama Islam di sekolah berfungsi (Ramayulis, 2005:21-22). :
a) pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga;
b) penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta
didik yang memiliki bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
dapat pula bermanfaat bagi orang lainl;
c) perbaikan, yaitu untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari;
d)
pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negative dari lingkungannya;
e)
penyesuaian, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik fisik, sosial
maupun ajaran Islam;
f)
Sumber lain, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat
Dari
tujuan di atas tentunya dalam menentukan model pembelajaran harus diperhatikan
untuk mencapai tujuan PAI, model pembelajaran active learning salah satu
pembelajaran yang akan mendukung untuk mencapai hasil yang baik bagi anak tidak
hanya memahami akan tetapi anak juga mencermati serta mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa model pembelajaran aktif yang dapat di pakai dalam
pembelajaran (Agus Suprijono: 111-133):
1.
Learning start
with a question
2.
Plantet
question
3.
Team quiz
4.
Modeling the
way
5.
Practice
–Rehearsal
6.
Reflektif
7.
Bermain Jawaban
8.
Group Resume
9.
Index card
match
10.
Guided teaching
11.
The learning
cell
12.
Learning
contract
13.
Learning
journal
14.
Examples non
examples
15.
Picture and
picture
16.
Cooperative
script
17.
Artikulasi
18.
Snowball
throwing
19.
Student
facilitator and explaining
20.
Course review
horey
21.
Demonstration
22.
Explicit
instruction
23.
Cooperative
integrated reading and composition
24.
Tebak kata
25.
Concept
sentence
26.
Complette
sentence
27.
Time token
arends
28.
Student
teams-achievement divisions
Daftar Pustaka
Harto, Kasinyo, and Abdurrahmansyah. Metodologi
Pembelajaran Berbasis Active Learning (Arah baru Pembelajaran PAI di Sekolah
dan Madrasah) . Palembang : Grafika Telindo Press, 2009.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Peter G dan Lorna K, Prosedur
strategi pembelajar kooperatif, Jakarta: Gramedia Widya Sarana Indonesia, 1990.
Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam .
Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada , 2011.
Sanjaya, Wina. Prinsip-prinsip
pembelajaran kooperatif, Jakarta: Rajawali Press, 2007.
Silberman, Mel. Active Learning: 101 Srategies to Teach
Any Subject. A Simon & Schuster Needham Heights: Massachusetts, 1996.
Sukardi, Ismail. Model-Model Pembelajaran
Modern . Palembang : Tunas Gemilang Press , 2013.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning, teori dan aplikasi
PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Uno, Hamzah B., and Nurdin Mohamad. Belajar dengan
Pendekatan PAIKEM. Jakarta : Bumi Aksara, 2013.
Bab III
Penutup
A.
Kesimpulan
1.
Pembelajaran
aktif adalah pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk aktif membangun sendiri konsep dan rnakna melalui berbagai
macam kegiatan. Pembelajaran aktif
dikembangkan bersadarkan asumsi bahwa 1) pada dasarnya belajar merupakan proses aktif dan 2) seseorang memiliki cara belajar yang
berbeda dengan orang lain.
2. Karakter dari pembelajaran aktif sebenarnya keterlibatan individu
para pendidik (pikir dan rasa) dalam kegiatan belajar mengajar, yang berkaitan
dengan assimilasi kognitif dalam mencapai: pengetahuan (knowledge),
Pembentukan sikap (attitude), dan keterampilan (skill) melalui kebiasaan
(habit), dan latihan (training).
3. Komponen-komponen yang menentukan dan dapat menciptakan suasana
Pembelajaran Aktif :
1.
Komponen Bahan
Pelajaran
2.
Komponen Anak
didik
3.
Komponen
Pendidik
4.
Komponen media
5.
Komponen
evaluasi
4. Aplikasi model pembelajaran dengan
active learning pada Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat berperan aktif jika disinkronkan dengan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar