Senin, 08 Oktober 2018

Sifat-sifat Allah

KELOMPOK II
GUNTUR SYAHPUTRA
NUR KHALIZA PUTRI
RISKI ANANDA PUTRI

PEMBAHASAN 
  • Pengertian sifat Allah

“Sifat” (sifah) adalah nama yang menunjukkan pada sebagian keadaan dari dzat , dan sifat tersebut merupakan sesuatu yang terjadi dengan mengambil sesuatu dari dzat tersebut, seperti ilmu kekuasaan dan sebagainya.” 
Ibnu Faris mengatakan: sifat adalah al-amarah (tanda-tanda) yang lazim untuk sesuatu. Ia juga mengatakan: “sifat (na’t) adalah penyebutan (penjelasan) mengenai sesuatu dengan kebaikan yang ada di dalamnya.” 
Sifat-sifat Allah seluruhnya sifat sempurna yang tidak memiliki kekurangan sedikitpun dalam segala aspeknya.. seperti sifat Al Hayah (hidup), sifat Al Ilmu (mengetahui), sifat Al Qudrah (berkuasa), sifat As Sama’ (mendengar), sifat Al Basar (melihat), dan lain-lainnya.
Sifat-sifat di atas semuanya sempurna ditinjau dari segala aspeknya. Ini berdasarkan dalil wahyu akal ,maupun fitrah manusia.

a)      Dalil wahyu
 Adapun dalil wahyu Al-Qur’an dan Al-Hadits, di antaranya firman Allah Ta’ala yang artinya:
“orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Mahatinggi; dan Dia-lah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Q.s. An-Nahl:60)

b)      Dalil akal 
Menurut hukum akal, dapat dikatakan bahwa seluruh yang wujud pasti memiliki sifat, apakah itu sifat sempurna atau sifat yang masih mengandung kekurangan.
Jelas, Ar Rabb (Allah) mempunyai sifat sempurna lagi berhak disembah. Sifat-sifat yang masih mengandung kekurangan dan kelemahan tidak layak ada pada Allah. Oleh karena itu, Allah menyatakan batilnya penyembahan kepada berhala dengan menisbatkan sifat kekurangan dan kelemahan kepada para berhala tersebut. 
Allah berfirman di dalan (qur’an surah al-ahqaf:5) yang artinya:
“dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat memperkenankan (doa) sampai hari kiamat; dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?”
  (Q.s. Al Ahqaf:5)

Kemudian, telah terbukti dengan indra dan fakta bahwa makhluk pun ada yang mempunyai sifat sempurna yang itu tidak lain datangnya dari Allah Ta’ala. Bila demikian, tentu Dzat yang memberi sifat sempurna seperti itu lebih pantas memiliki sifat-sifat sempurna.

c)      Dalil fitrah
Menurut fitrah, jiwa yang masih jernih akan mencintai, mengagungkan dan menyembah Allah. Sebaliknya, jiwa masih lurus juga tidak akan mau mencintai, mengagungkan dan menyembah Dzat yang dia tidak ketahui tidak memilki sifat-sifat kesempurnaan, baik secara rububiyah maupun uluhiyah.
Apabila ada satu sifat yang menunjukkan kekurangan, yang tidak terpuji, yang tidak sempurna, seperti sifat mati, bodoh, lupa, tidak berkemampuan, buta, bisu dan sejenisnya, maka sifat ini mustahil ada pada Allah. Ini berdasarkan firman Allah yang artinya: 
“dan bertakwakallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati.” (Q.s. Al Furqan:58) 
2.2. Sifat-sifat Allah terbagi menjadi sifat tsubutiyah dan sifat salbiyah
1.      Sifat Tsubutiyah
Sifat tsubutiyah adalah sifat-sifat yang telah ditetapkan oleh Allah menjadi sifat diri-Nya di dalam Al-Quran dan hadits Rasulullah. Sifat ini semuanya sifat yang sempurna, tidak sedikitpun memiliki kekurangan. Yang termasuk sifat-sifat tsubutiyah misalnya: sifat Al-Hayah (hidup), sifat ilmu(mengetahui), sifat Qudrah (berkuasa), Istiwa’ ‘alal Arsy (bersemayam di atas Arsy),
Sifat tsubutiyah ini terbagi menjadi dua, yaitu:
Sifat Dzatiyah adalah sifat yang senantiasa dan selamanya ada pada Allah. Yang termasuk sifat-sifat dzatiyah adalah Al Ilmu (mengetahui), Al Qudrat (berkuasa), Al Hikmah (bijaksana), Al ‘Uluw (tinggi) dan Al ‘Azhamah (agung).
Sifat dzatiyah ada yang berupa sifat khobariyah, seperti Allah mempunyai wajah, mempunyai dua tangan dan mempunyai dua mata.
Sifat fi’liyah adalah sifat-sifat Allah yang berhubungan dengan perbuatan-Nya, jika berkehendak, maka Dia akan melakukan, dan jika tidak, maka Dia tidak melakukannya. Yang termasuk sifat-sifat fi’liyah contohnya: Allah berkehendak untuk menurunkan hujan di suatu daerah, atau allah berkehendak tidak menurunkan hujan pada daerah tersebut.
Terkadang satu sifat bisa termasuk sifat dzatiyah sekaligus sifat fi’liyah. Seperti sifat kalam (berbicara). Ditinjau dari asal sifatnya, sifat Al Kalam adalah dzatiyah karena Allah senantiasa berbicara, tetapi jika ditinjau dari peristiwanya, maka Al Kalam merupakan sifat fi’liyah karena Allah berbicara jika Dia menghendaki kapan dan bagaimananya. Di jelaskan dalam (QS. Yasin:82) yang artinya:
“Sesungguhnya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah dengan berkata, ‘jadilah!’ maka akan terjadilah sesuatu itu.” (Q.s. Yasin:82).
Semua sifat yang berhubungan dengan kehendak Allah selalu mengikuti hikmah-Nya. Terkadang hikmah tersebut bisa kita ketahui, namun terkadang tidak mampu kita ketahui, tetapi kita harus tetap meyakini bahwa Allah berkehendak sesuai dengan hikmah-Nya. Ini diisyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya yang artinya:
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki oleh Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (Q.s. Al Insan:30)  

2.       Sifat Salbiyah
Sifat salbiyah adalah sifat-sifat yang Allah nafikan dari diri-Nya, baik dalam al-quran maupun hadits. Sifat salbiyah semuanya sifat kekurangan dan tercela yang tidak layak dinisbatkan kepada Allah. Yang termasuk sifat salbiyah misalnya sifat Al Maut (mati), An Naum (tidur), Al Jahlu (bodoh), An Nisyan (lupa), Al ‘Ajzu (lemah), At Ta’ab (lelah).
Sifat-sifat salbiyah ini wajib dinafikan dari Allah, berdasarka penjelasan di atas, namun harus disertai dengan menetapkan kebalikan dari sifat-sifat tersebut yang sempurna. Hal itu karena yang dimaksud dengan meniadakan sifat salbiyah tidak lain adalah menjelaskan tidak adanya sifat-sifat tersebut disebabkan adanya kesempurnaan lawan sifat tersebut. Jadi, bukan sekedar meniadakan saja. Sebab penafikan tersebut tidak akan menghasilkan sesuatu yang sempurna jika tidak mengandung sesuatu yang menunjukkan kesempurnaan. Contoh sifat salbiyah dalam firman Allah yag artinya:
“Dan bertawakallah kepada Allah yang hidup (kekal), yang tidak mati.” (Q.s. Al Furqan:58)
Peniadaan sifat kematian pada ayat di atas mengandung penetapan sifat hidup yang sempurna bagi Allah.
Dengan begitu bisa kita ketahui bahwa di balik sifat salbiyah Allah terkadang malah terkandung isyarat adanya lebih dari satu sifat kesempurnaan-Nya. 
  
  • Sifat-sifat Wajib bagi Allah 

Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Dzat Allah sebagai kesempurnaan bagi-Nya. Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri atas 20 sifat. Dari 20 sifat itu dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut:
a. Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Dzat Allah. Sifat nafsiyah ini hanya ada satu, yaitu Wujud (ada).
b. Sifat Salbiyah yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya, yakni sifat-sifat yang tidak sesuai, tidak layak dengan kesempurnaan Dzat-Nya. Sifat salbiyah ini ada lima, yaitu:
1.      Qidam (dahulu)
2.      Baqa’(kekal)
3. Mukhalafatul lil-hawadis (berbeda dengan yang baru)
4.      Qiyamuhu bi nafsihi (berdiri sendiri)
5.      Wahdaniyah (keesaan)
       c.       Sifat Ma’ani yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk
 sifat ma’ani ada tujuh, yaitu:
1.      Qudrah (berkuasa)
2.      Iradat (berkehendak)
3.      ‘llmu (mengetahui)
4.      Hayat (hidup)
5.      Sama’ (mendengar)
6.      Basar (melihat)
7.      Kalam (berbicara)
       d.      Sifat Ma’nawiyah adalah kelaziman dari sifat Ma’ani. Sifat Ma’nawiyah tidak 
dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat Ma’nawiyah.
 Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu:
1.      Qadiran ( Maha berkuasa)
2.      Muridan (Maha berkehendak)
3.      ‘Aliman (Maha mengetahui)
4.      Hayyan (Maha hidup)
5.      Sami’an (Maha mendengar)
6.      Basiran (Maha melihat)
7.      Mutakalliman (Maha berbicara) 
Selain sifat-sifat wajib bagi Allah ada juga sifat-sifat mustahil bagi Allah. Sifat mustahil bagi Allah yaitu sifat yang tidak layak dan tidak mungkin ada pada Allah dan sekiranya terdapat sifat tersebut dapat melemahkan derajat Allah. Sifat mustahil ini merupakan kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi Allah , karena itu jumlahnya sama, yaitu sebanyak 20 sifat. Adapun sifat-sifat mustahil tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Sifat mustahil dari sifat nafsiyah ada satu, yaitu ‘Adam (tidak ada)
b.      Sifat mustahil dari sifat salbiyah ada lima, yaitu:
      1.      Hudus (baru)
      2.      Fana’ (rusak)
      3.      Mumatsalatuhu lil-hawadis (sama dengan makhluknya)
      4.      Ihtiyajuhu li gairih ( membutuhkan yang lain)
      5.      Ta’addud (berbilang)
c.       Sifat mustahil dari sifat Ma’ani ada tujuh, yaitu:
      1.      ‘Ajz (tidak mampu)
                        2.      Karahah ( dipaksa)
                        3.      Jahl (bodoh)
      4.      Maut (mati)
      5.      Samam (tuli)
     6.      Umy (buta)
     7.      Bukm (bisu)
d.      Sifat mustahil dari sifat Ma’nawiyah ada tujuh, yaitu:
       1.      ‘Ajizan (maha lemah)
       2.      Mukrahan (maha terpaksa)
       3.      Jahilan (maha bodoh)
       4.      Mayyitan (maha mati)
       5.      Asamm (maha tuli)
       6.      A’ma (maha buta)
       7.      Abkam (maha bisu) 
Selain sifat wajib, sifat mustahil bagi Allah, ada juga sifat-sifat jaiz bagi Allah. Kata “jaiz” menurut bahasa berarti “boleh”. Yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah ialah sifat yang boleh ada dan boleh pula tidak ada pada Allah.
Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Allah bebas dengan kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menghendaki. Allah boleh saja tidak menciptakan alam ini, jika Dia tidak menghendaki alam ini.
Pembagian sifat jaiz bagi Allah ini sangat berbeda dengan sifat wajib dan sifat mustahil, sifat jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu:
فِعْلُ كُلِّ مُمْكِنٍ اَوْ تَرْكُهُ
Artinya: “ memperbuat segala sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya.” 
Yang dimaksud dengan sesuatu yang mungkin terjadi adalah sesuatu yang boleh terjadi dan boleh juga tidak terjadi. Allah bebas menciptakan dan berbuat sesuatu yang Dia kehendaki.  



PENUTUP

A. Kesimpulan 
  Dari uraian singkat diatasdapat disimpulkan bahwa sifat 20 yang wajib bagi Allah terbagi menjadi 4 bagian :
1. Sifat nafsiyah yaitu wujud 
2. Sifat salbiyah yaitu qidam, baqo’, mukholafatuhu lil hawadis, qiyamuhu binafsihi, wahdaniyat
3. Sifat ma’ani yaitu qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, bashor, kalaM
4. Sifat ma’nawiyah yaitu qadiran, muridan, ‘aliman, hayyan, sami’an, bashiran, mutakalliman

Taalluq bagi sifat ma’ani dengan beberapa kemungkinan dan perkara yang wujud ada 4 bagian :
1. Sesuatu yang berhubungan dengan beberapa kemungkinan yaitu : sifat qudrat dan sifat iradat. Namun, hubungan yang pertama merupakan perwujuudan dan peniadaan. Dan hubungan kedua, yakni sifat iradat merupakan hubungan secara ketentuan.
2. Sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang wajib, kewenangan dan kemustahilan yaitu, sifat ilmu dan kalam. Namun, hubungan yang pertama merupakan taalluq secara terbuka. Sedangkan sifat kalam sebagai penunjuk.
3. Sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang wujud adalah sifat sama’ dan bashor.
d.    Sesuatu yang tidak berhubungan sama sekali yaitu sifat hayat.
Bagi orang-orang mukallaf tidak diwajibkan mengetahui taalluq sifat tersebut, mukallaf hanya wajib memahami sifat-sifat Allah secara global beserta dalil-dalilnya. Karena mengetahui taalluq termasuk mendalami ilmu kalam.
Sifat jaiz bagi Allah hanya satu yaitu kebebasan meniadakan atau mengadakan sesuatu, merupakan kewenangan yang mutlak bagi Allah Taala.





B. Saran
Demikian yang dapat kami susun mengenai materi sifat-sifat Allah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
  Penulis banyak berharap para pembaca mau memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya, juga para pembaca pada umumnya.




























DAFTAR PUSTAKA

Al Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih. 1996. Qowa’idul Mutsla. yogyakarta : 
media hidayah
Al- jibrin, Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz. 2006. Cara Mudah Memahami Aqidah.
 Jakarta: Pustaka At-Tazkia.
Al Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih. 1995. Syarah Lum’atul I’tiqad. 
yogyakarta: Media Hidayah. 
As-Segaf, Alawi bin Abdul Qadir. 2001. Mengungkapkan Kesempurnaan Sifat-sifat
 Allah dalam Alquran dan As-sunnah. Jakarta:Pustaka Azzam.
Drs. H. Masan AF. 2009. Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11. Semarang: 
Karya Toha Putra.
Sabiq, Sayid. 1992. Aqidah Islam (Ilmu Tauhid). Bandung: CV. Diponegoro
Sinaga, H.M Yusuf dan Tamar, Putri Maisarah. 2015. Aqidah. Deli Tua: Darussalam
 Publishing




















1“Al-Kulliyat” (h. 546)
2Al utsman syaikh M. bin Sholeh, Al Qowa’idul Mutsla memahami nama dan sifat Allah, (yogyakarta: hidayah, 2003), h. 72-74 
3Al utsman syaikh M. bin Sholeh, Al Qowa’idul Mutsla memahami nama dan sifat Allah, (yogyakarta: hidayah, 2003), h. 88-89
4Al utsman syaikh M. bin Sholeh, Al Qowa’idul Mutsla memahami nama dan sifat Allah, (yogyakarta: hidayah, 2003), h. 84-86
5H. Masan AF, Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11,(Semarang: Karya Toha putra,2009), hal. 16 
6H. Masan AF, Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11,(Semarang: Karya Toha putra,2009), hal. 18 
7H. Masan AF, Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11,(Semarang: Karya Toha putra,2009), hal. 20 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TOPIK DALAM AL-QUR'AN DISUSUN OLEH. Dr. H. MUAMAR AL QADRI, M.Pd

  Pemeliharaan Al Quran: 15:9 , 75:17 Keutamaan Al Quran Al Quran menerangkan segala sesuatu: 7:52 , 10:37 , 11:1 , 12:111 , 16:89 , 17:89...