Sabtu, 06 Oktober 2018

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP MANUSIA


FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
TERHADAP MANUSIA

DISUSUN OLEH : 
DINDA AYU ANDINI
NURLIZA AFNI
NURUL HASANAH LUBIS

PEMBAHASAN :

A. Gambaran Tentang Manusia.
Dalam Al-Qur’an banyak dtemukan gambaran yang membicarakan tentang manusia dan makna filosofis dan penciptaannya. Manusia merupakan makhluk-Nya paling sempurna dan sebaik-baiknya ciptaan yang dilengkapi dengan akal fikiran. Dalam hal ini Ibn’Arabi misalnya melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa, ”taka da makhluk Allah yang lebih bagus dari pada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir, dan memutuskan. Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting,karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah di muka bumi. 
Setidaknya ada tiga kata yang digunakan Al-Qur’an untuk menyebut manusia. Meskipun ketiga kata tersebut menunjuk pada makna manusia, namun secara khusus memiliki penekanan pengertian yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada uraian berikut : 
  1. Al-Basyar Kata AL-Basyar dinyatakan dalam AL-Qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 suart. Secara etimologi Al-Basyar berarti kulit kepala,wajah atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Penamaan ini menunjukan makna bahwa secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada kulitnya,di banding rambut atau bulunya.Pada aspek ini terlihat perbedaan umum biologis manusia dengan hewan yang lebih didominasi bulu atau rambut. Al-Basyar juga dapat diartikan mulamasah,yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan. Makna etimologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusian dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagian, dan lain sebagainya. Penunjukkan kata Al-Basyar ditunjukkan Allah kepada seluruh manusia tanpa terkecuali. Demikianlah halnya dengan para Rasul-Nya. Hanya saja kepada mereka diberikan wahyu, sedangkan kepada manusia umumnya tidak diberikan wahyu. Firman Allah SWT.  Artinya : “Katakanlah : Sesungguhnya aku (Muhammad) hanyalah seorang manusia seperti kamu,yang diwahyukan kepadaku………..(Q.S.Al-Kahfi/18:110). Artinya : “Maryam berkata : “Ya Tuhanku,bagaimana mungkin aku mempunyai anak,padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun (Al-Basyar)……….”(Q.S.Ali Imran/3:47). Dengan pemaknaan yang diperkuat ayat diatas,dapat dipahami bahwa seluruh manusia(bani Adam a.s)akan mengalami proses reproduksi seksual dan senantiasa berupaya untuk memunuhi semua kebutuhan biologisnya,memerlukan ruang dan waktu,serta tunduk terhadap hukum alamiahnya,baik yang berupa sunatullah (social kemasyarakatan),maupun takdir Allah (hukum alam). Semuanya itu merupakan konsekuensinya logis dari proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, Allah SWT. memberikan kebebasan dan potensi yang dimilikinya untuk mengelola dan memanfaatkan alam semester.sebagai salah satu tugas kekhalifahannya di muka bumi. Kata Al-Basyar juga digunakan Al-Qur’an untuk menjelaskan ekssitensi Nabi dan Rasul.Eksitensinya,memiliki kesamaan dengan manusia pada umumnya,akan tetapi juga memiliki titik perbedaan khusus bila disbanding dengan manusia lainnya.Penekanan ini dijelaskan Allah dalam firman-firmannya.seperti pada Q.S Huud/11:27.Al-Israa’/17:93-94.Al-Kahfi/18:110,dan Al-Mu’minuun/23:33-34.Adapun titik perbedaan tersebut dinyatakan Al-Qur’an dengan adanya wahyu dan tugas kenabian yang disandang para Nabi dan Rasul. Sedangkan aspek yang lainnya dan mereka adalah memiliki kesamaan dengan manusia lainnya.Karena adanya kesamaan aspek antara Nabi dan Rasul dengan manusia pada umumnya, maka para pemuka Quraisy membantah kedatangan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Bagi mereka, adanya unsur yang sama tersebut membuat otoritas kenabian menjadi lemah dan tidak sempurna. Karena itu, dari golongan makhluk yang lebih sempurna seperti Malaikat. Fenomena pertentangan ini digambarkan Allah dalam firman-Nya:  Artinya : “Maka pemuka orang-orang kafir di antara kaumnya menjawab : “Orang-orang (Nabi/Rasul) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu.Dan kalau Allah mengehendaki,tentu Dia-akan mengutus beberapa orang malaikat.Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami terdahulu(Q.S AL-Mu’minuun 23:24).  Kata Al-Basyar digunakan Allah dalam Al-Qur’an untuk menawab anggapan orang Yahudi dan Nasrani yang mengklaim diri mereka sebagai anak-anak dan kekasih pilihan Tuhan.Ini bahkan telah membentuk anggapan bahwa hanya kelompok merekalah yang termulia dan berhak untuk diangkat menjadi Nabi dan Rasul.Sedangkan kaum lainnya tidak demikian.Hal ini disampaikan dalam firman –Nya : Artinya : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya”……(QS.AL-Maidah/5:18).
  2. Al-Insan. Kata AL-Insan yang berasal dari kata Al-Uns,dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 suarat.Secara etimologi,Al-Insan dapat diartikan harmonis, lemah, lembut, tampak, atau pelupa. Kata AL-Insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani.Harmoniasasi kedua aspek tersebut dengan berbagai potensi yang dimilikinya mengantarkan manusia sebagai makhluk Allah yang unik dan istimewa,sempurna,dan memiliki dideferensiasi individual antara satu dengan yang lain,dan sebagai makhluk dinamis,sehingga mampu menyandang predikat khalifah Allah di muka bumi. Perpaduan antara aspek pisik dan psikis telah membantu manusia untuk mengeksperisikan dimensi Al-Insan Al-Bayan,yaitu sebagi makhluk berbudaya yang mampu berbicara,mengetahui baik dan buruk,mengembangkan ilmu pengetahuan ,peradaban dan lain sebagainya. Pada beberapa ayat,Allah SWT mempersandingkan kata Al-Insan dengan kata syaitan. Ayat-ayat tersebut pada umumnya berisikan peringatan Allah agar manusia senatiasa sadar dan menempatkan posisi fitrahnya sesuai dengan yang diinginkan Allah, yaitu posisi yang hanif.Firman Allah dalam surah Yusuf ayat 5 : Artinya : “Ayahnya berkata : “Hai anakkku,janganlah kamu menceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu,maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu.Sesunguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”(Q.S Yusuf 12:5).Kata Al-Insan juga digunakan Al-Qur’an untuk menejelaskan sifat umum,serta sisi kelebihan dan kelemahan manusia.Hal tersebut terlihat dari firman Allah dalalam AL-Qur’an  Artinya : “Atau apakah manusia akan mendapatkan segala yang dicita-citakan?(idak),maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.”(Q.S.An-Najm/53:24-25). Tidak semua yang diinginkan manusia berhasil dengan usahanya,Semua itu tergantung bila Allah tidak menginginkannya maka semua itu tidak akan terjadi. Al-Qur’an surah Asy Syuuraf ayat 48 : Artinya : “Jika mereka berpaling maka kami tidak akan mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka.kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah).Sesungguhnya apabila kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari kami dia bergembira ria karena rahmat itu.Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu sangat ingkar (kepada ni’mat).” (Q.S Asy Asyuuraf42:48). Gembira bila mendapat nikmat,serta susah bila mendapat cobaan. Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 72 : Artinya : “Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit,bumi dan gunung-gunung,maka maka semuanya akan enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,dan dipikullah amanat itu oleh manusia.Sesungguhnya manusia itu amat Zalim dan amaat bodoh.”(Q.S Al-Ahzab/33:72). Manusia itu sering berbuat bodoh dan zalim. Kata Al-Insan digunakan dalam Al-Qur’an untuk menunjukan proses kejadian manusia sesudah Adam.Kejadiannya mengalami proses yang bertahap secara dinamis dan sempurna didalam Rahim (Q.S An-Nahl/16:78 ; Q.S Al-Mu’minuun/23:12-14).Penggunaan kata Al-Insan dalam ayat ini mengandung dua makna,yaitu : pertama,makna proses biologic,yaitu berasal dari sari pati tanah melalui makanan yang dimakan manusia,sampai pada proses pembuahan.kedua,makna proses biologis (pendekatan spiritual),yaitu proses ditiupkan ruh-Nya pada diri manusia.
  3. Al-Nas. Kata Al-Nas dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surat.Kata Al-Nas menunjukan pada eksesistensi manusia sebagai makhluk social secara keseluruhan,tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya.Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 24 : Artinya : “Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya),perihalah dirimu dari neraka,yang bahan bakarnya manusia dan batu,yang disediakan bagi orang-orang kafir”.(Q.S Al-Baqarah/2:24). Kata Al-Nas dinyatakan Allah dala AL-Qur’an untuk menunjukan bahwa sebagian besar manusia tidak memiliki ketetapan keimanan yang kuat.Kadangkala ia beriman,sementara pada waktu yang lain ia munafik.Hal ini dinyatakan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 37. 
  4. Bani Adam. Disamping ketiga kata tersebut,Allah SWT juga mendefenisikan manusia dengan menggunakan kata Bani Adam.Kata ini dijumpai di Al-Qur’an sebanyak 7 kali dan tersebar didalam 3 surat.Secara etimologi kata Bani Adan menunjukan arti pada keterunan Adam A.S. Menurut Al-Thabathaba’I,penggunaan kata Bani Adama menunjukan pada arti manusia secara umum.Dalam hal ini setidaknya ada tiga aspek yang dikaji,Pertma yaitu untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah,diantaranya berpakaian dengan menutup auratnya.Kedua,untuk mengingatkan pada keturunan Adam agar tidak terjerumus dari bujuk rayu syaitan yang mnegajak pada keingkaran.Ketiga ,memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka ibadah dan mengtauhidkan-Nya.Semua itu meruapakan anjuran dan peringatan dari Allah.
B. Proses Penciptaan Manusia
Dilihat dari proses penciptaannya,Al-Qur’an menyatakan bahwa proses penciptaan manusia ada dua tahapan yang berbeda,yaitu pertma,disebut dengan tahapan primrdia.Kedua,disebut dengan tahapan biologis.Manusia pertama Adam A.S,diciptakan dari Al-Tin (tanah),AL-turob (tanah debu),min sal (tanah liat),min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk)yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya,kemudian Allah meniupkan ruh dari_nya kedalam diri (manusia) tersebut (QS,Al-An’aam/62,AL-Hijr/15:26,28,29,AL-Mu’minuun/23:12,Al-Ruum/30-20,Ar-Rahman/55:4).
Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologis yang dapat dipahami secara sains-empirik.Didalam proses ini,manusia diciptakan dari sari inti tanah yang dijadikan air mani (nutfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (Rahim).Kemudian nutfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim.Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudia dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh(QS Al-Mu’minuun/23:12-14).Hadis yang diriwayatkan Bhukari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah kedalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nutfah,40 hari alaqah ,dan 4 hari mughah.
Al-Ghazali mengungkapkan proses penciptaan manusia dalam teori pembentukan (taswiyah) sebagai suatu proses yang timbul di dalam materi yang membuat cocok untuk menerima ruh.Materi itu merupakan sari pati tanah liat sebagai asal Nabi Adam a.s yang merupakan cikal bakal bagi keturunannya.
Menurut Harun Nasution,unsur materi manusia mempunyai daya fisik,seperti mendengar,meraba,merasa,mencium dan daya gerak.Sementara itu unsur immateri mempunyai dua daya,yaitu daya berfikir yang disebut akal berpusat dikepala dan daya rasa yang berpusat di qalbu.
C . Kedudukan Manusia
Kesatuan wujud manusia antara fisik dan psikis serta didukung oleh potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebgai ah san Al—taqwin dan menempatkan manusia pada posisi yang stategis yaitu Hamba Allah (‘abd Allah) dan khalifah Allah fi al-ardh. 
  1. Manusia Sebagai Hamba Allah (‘Adb Allah). Musa Asy’arie mengatakan bahwa esensi ‘abd adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan yang kesemuanya itu hanya layak diberikan kepada Tuhan. Ketundukan dan ketaatan pada kodrat alamiah senantiasa berlaku baginya. Ia terikat oleh hukum – hukum Tuhan yang menjadi kodrat pada setiap ciptaannya, manusia menjadi bagian dari setiap ciptaannya, dan ia bergantung pada sesamanya. Sebagai hamba Allah, manusia tidak bisa terlepas dan kekuasaannya. Kesemuanya itu menjadi bukti, bahwa Ia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk beragama. Allah SWT berfirman : Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama ( Allah ), tetaplah pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah (agama) itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. 30 : 30).  Berdasarkan ayat diatas, jelaslah bahwa bagaimanapun modern atau primitifnya suku bangsa manusia, mereka akan mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa diluar dirinya.  
  2. Manusia Sebagai Allah Fi Al-Ardh. Kata khalifah berasal dari “fiil madhli khalafa”,yang berararti “mengganti dan melanjutkan”.Bila pengertian tersebut ditarik pada pengertian kahlifah,maka dalam konteks penggantian antara satu individu dengan individu yang lain. Menurut Quraisy Shihab,istilah khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal) berarti penguasa politik dan relegius.Istilah ini digunakan untuk nabi-nabi dan tidak digunakan untuk manusia pada umumnya.Sedangkan untuk manusia bisa digunakan khala’if yang didalamnya mengandung makna yang lebih luas,yaitu bukan hanya sebagai penguasa dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam hubungan pembicaraan dengan kedudukan manusia di alam ini,nampaknya istilah khalafa cocok digunakan disbanding kata khalifah.Namun demikian yang terjadi dalam penggunaan sehari-hari adalah bahwa manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Untuk lebih menegaskan fungsi kekhalifahan manusia di alam ini dapat dilihat dalam firman Allah pada surat Al-An’am ayat 165). Artinya : “dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat (QS.Al-An’am,6:165). Untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah,Allah telah memberikan kepada manusia seperangkat potensi (fitrah) berupa aql qalh, dan nafs.Namun demikian, aktualisasi fitrah tersebut tidak otomatis berkembang,melainkan tergantung pada manusia itu sendiri mengembangkannya.Untuk itu Allah menurunkan wahyu-Nya kepada para Nabi,agar menjadi pedoman bagi manusia dalam mengaktualisasikan ftrahnya secara utuh dan selaras dengan tujuan penciptaannya.Dengan pedoman ini manusia akan dapat tampil sebagai makhluk Allah yang tinggi martabatnya.Jika tidak,manusia akan tidak berbeda esensinya dengan hewan. Dari Ibn Umar ra.berkata : “Aku mendengar Rasullah SAW,bersabda : “Tiap-tiap kamu adalah pemimpin,dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya terhadap apa yang dipimpinnya…..”(HR.Mutafaq ‘Alaih). Ahmad Hasan Fitrat,membedakan kedudukan kekhalifahan manusia pada dua bentuk yaitu : pertama,khalifah kauniyat.Dimensi ini mencakup wewenang manusia secara umum yang telah dianugerahkan Allah SWT untuk mengatur dan memanfaatkan alam semesta beserta isinya bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi.Kedua,khalifah syar’iyah.dimensi ini merupakan wewenang Allah yang diberikan kepada manusia untuk memakmurkan alam semesta.Hanya saja,untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab ini,predikat khalifah secara khusus ditunjukan kepada orang-orang mukmin. 
  3. Kewajiban Manusia. Dengan kedudukan manusia seperti yang disebutkan di atas,maka manusia di dunia mempunyai kewajiban. 
  • Kewajiban Terhadap Diri Sendiri. Kewajiban manusia terhadap diri sendiri ialah memenuhi tuntunan kebutuhan jasmani maupun rohaninya.Contohnya membutuhkan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, istirahat dan kelelahan bekerja dan sebagainya. 
  • Kewajiban Terhadap Masyarakat. Kewajiban terhadap masyarakat ialah mewujudkan hidup tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan.Contohnya gotong royong,membantu tetangga,dan bergaul dilingkungan sekitar. 
  • Kewajiban Terhadap Alam. Sebagaimana diinformasikan dalam Al-Qur’an,Allah menundukan isi langit dan bumi kepada manusia,guna melayani hidup manusia dalam melaksanakan fungsinya sebagai khalifah Allah dibumi. Contohnya tidak membuang sampah sembarangan, merawat tanaman, dan tidak menebang pohon sembarangan. 
  • Kewajiban Terhadap Allah. Manusia sebagai mahkluk pengemban amanat Allah berkejiwaan terhadap Allah.kewajiban manusia terhadap Allah bertumpu kepada ajaran yang menegaskan bahwa jin dan manusia diciptakan Allah agar mereka beribadah kepada-Nya. Contohnya beribadah sehari semalam, bersedekah.


KESIMPULAN :
Dalam Al-Qur’an banyak dtemukan gambaran yang membicarakan tentang manusia dan makna filosofis dan penciptaannya.
Manusia merupakan makhluk-Nya paling sempurna dan sebaik-baiknya ciptaan yang dilengkapi dengan akal fikiran. Dalam hal ini Ibn’Arabi misalnya melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa,”tak ada makhluk Allah yang lebih bagus dari pada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir, dan memutuskan.
Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah di muka bumi.
Kesatuan wujud manusia antara fisik dan psikis serta didukung oleh potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebgai ah san Al—taqwin dan menempatkan manusia pada posisi yang stategis yaitu Hamba Allah (‘abd Allah) dan khalifah Allah fi al-ardh.


DAFTAR PUSTAKA
Prof.DR.H.Ramayulis,Filsafat Pendidikan Islam,2015.Jakarta : Radar Jaya Offest Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TOPIK DALAM AL-QUR'AN DISUSUN OLEH. Dr. H. MUAMAR AL QADRI, M.Pd

  Pemeliharaan Al Quran: 15:9 , 75:17 Keutamaan Al Quran Al Quran menerangkan segala sesuatu: 7:52 , 10:37 , 11:1 , 12:111 , 16:89 , 17:89...