KONSEP
DASAR PENDIDIKAN AKHLAK
DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD
PUTRA ADINATA
IRMA
MELATI
NOVIA
SRI RAHAYU
A. Pengertian
Pendidikan Akhlak dan Pendidikan Islam
Pendidikan adalah bimbingan dari pendidik terhadap yang dididik
secara universal demi terciptanya insan yang bermanfaat. Dengan adanya
pendidikan maka diharapkan manusia bisa berguna bagi kemaslahatan alam.
Akhlak adalah sifat dan jiwa yang melekat dalam diri
seseorang menjadi pribadi yang utuh dan menyatu dalam diri orang tersebut
sehingga akhirnya tercermin melalui tingkah laku dalam kehidupan
sehari-hari bahkan menjadi adat kebiasaan.
Setelah dijelaskan secara terpisah mengenai pengertian pendidikan
dan pengertian akhlak, maka dapat disimpulkanbahwa pendidikan akhlak adalah
perpaduan antara pengertian Pendidikan dan Akhlak. Jadi yang dimaksud dengan
Pendidikan Akhlak adalah bimbingan, asuhan dan pertolongan dari orang dewasa
untuk membawa anak didik ke tingkat kedewasaan yang mampu membiasakan diri
dengan sifat-sifat yang terpuji dan menghindari sifat-sifat yang tercela. Atau
dengan kata lain pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai,
tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa
anak-anak sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap
mengarungi lautan kehidupan.[1] Ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada
Allah dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan
berserah diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki potensi dan respon dalam
menerima setiap keutamaan dan kemuliaan. Di samping itu terbiasa melakukan
akhlak mulia.
Menurut Guru besar Pendidikan Islam IAIN Sunan Gunung Jati Bandung
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah bimbingan
terhadap seseorang agar berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
B. Dasar-Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak dalam Pendidikan
Islam
Dasar- Dasar
Pendidikan Akhlak Mulia
Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang
ada dalam Islam memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan pendidikan akhlak.
Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan akhlak dalam agama Islam bersumber pada
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an sendiri sebagai dasar utama dalam Agama
Islam telah memberikan petunjuk pada jalan kebenaran, mengarahkan kepada
pencapaian kebahagiaan di dunia dan akhirat. Di antara ayat yang
menyebutkan pentingnya akhlak adalah dalam surat Ali Imran ayat 104:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar;
merekalah orang-orang yang beruntung”.
Dalam ayat tersebut Allah SWT menganjurkan hamba-Nya untuk dapat
menasehati, mengajar, membimbing dan mendidik sesamanya dalam hal melakukan
kebajikan dan meninggalkan keburukan. Dengan demikian Allah telah memberikan
dasar yang jelas mengenai pendidikan akhlak yang mana merupakan suatu usaha
untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar berbudi pekerti luhur dan
berakhlaqul karimah.[2]
Selain menyebutkan pentingnya pendidikan akhlak, Al-Qur’an pun
menunjukkan siapa figur yang harus dicontoh dan dijadikan sebagai uswatun
hasanah. Sebagaimana firman-Nya dalam QS.Al-Ahzab: 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ
يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
Ayat tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah merupakan figur utama
sebagai manusia dan utusan Allah yang patut dijadikan panutan dalam menjalani
kehidupan di dunia ini. Allah pun dalam ayat lain memuji kepribadian Rasulullah
SAW sebagaimana firman-Nya:
وَإِنَّكَ
لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang
luhur.” (QS. Al-Qalam: 4)
Dasar pentingnya akhlak dalam As-Sunnah dijelaskan oleh Rasulullah
dalam sabdanya:
Dari Abu Hurairah r.a berkata: Bahwasanya Raasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang
baik”. (HR. Ahmad dan Baihaqi)
Dari ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah Saw. di atas
menunjukkan bahwa dasar dan pijakan pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi. Dari dasar dan pedoman itulah dapat diketahui kriteria suatu
perbuatan itu baik ataupun buruk.
2.
Tujuan
Pendidikan Akhlak Mulia
Tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan
budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral bukan hanya
sekedar memenuhi otak murid-murid dengan ilmu pengetahuan tetapi tujuannya
ialah mendidik akhlak dengan memperhatikan segi-segi kesehatan, pendidikan
fisik dan mental, perasaan dan praktek serta mempersiapkan anak-anak menjadi
anggota masyarakat.
Adapun tujuan pendidikan akhlak secara umum yang dikemukakan oleh
para pakar pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
Tujuan pendidikan akhlak adalah mencapai kebahagiaan kebahagiaan
hidup umat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun akhirat. Jika
seseorang dapat menjaga kualitas mu’amalah dan mu’amalah ma’annas, insya Allah
akan memperoleh rida-Nya. Orang mendapat rida Allah niscaya akan memperoleh
jaminan kehidupan baik di duniawai maupun ukhrawi.
Tujuan
pendidikan akhlak menurut Omar Muhammad Al Thoumy Al- Syaibani “Tujuan
tertinggi agama dan akhlak ialah menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia dan
akherat), kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan kebahagiaan,
kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat”. Pada dasarnya apa yang akan
dicapai dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam
itu sendiri.
Tujuan
pendidikan akhlak menurut M. Athiyah al Abrasyi “Tujuan pendidikan budi pekerti
adalah membentuk manusia yang berakhlak (baik laki-laki maupun wanita) agar
mempunyai kehendak yang kuat, perbuatan-perbuatan yang baik, meresapkan
fadhilah (kedalam jiwanya) dengan meresapkan cinta kepada fadhilah (kedalam
jiwanya) dengan perasaan cinta kepada fadhilah dan menjauhi kekejian (dengan
keyakinan bahwa perbuatan itu benar-benar keji).
Tujuan
pendidikan akhlak menurut Mahmud Yunus “Tujuan pendidikan akhlak adalah
membentuk putra-putri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi,
berkemauan keras, beradab, sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur
bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya”.
Tujuan di atas selaras dengan tujuan pendidikan Nasional yang
tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/Th. 2003, bab
II, Pasal 3 dinyatakan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
C. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak
1. Akhlak Terhadap Allah SWT
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap/perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan yang
Khaliq.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak
kepada Allah :
Ø Karena Allah yang telah menciptakan manusia dan menciptakan manusia
di air yang ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk.
(Q.S. al-Thariq : 5-7). Dalam ayat lain, Allah menyatakan bahwa manusia
diciptakan dari tanah yang kemudian diproses menjadi benih yang disimpan[3] dalam tempat yang kokoh (rahim)
setelah ia menjadi segumpal darah, daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan
daging, dan selanjutnya diberikan ruh. (Q.S. Al-Mu’minun : 12-13)
Ø Karena Allah lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera,
berupa pendengaran, penglihatan, akal, pikiran dan hati sanubari. Di samping
anggota badan yang kokoh dan sempurna pada manusia.
Ø Karena Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana
yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan ternak dan lain
sebagainya. (Q.S.al Jatsiah : 12-13)
Ø Allah lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan untuk menguasai daratan dan lautan.
2. Akhlak terhadap Makhluk
a. Akhlak kepada Rasulullah
Ø Mencintai dan memuliakan Rasul
Setiap
orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT tentulah harus beriman bahwa nabi
Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasulullah yang terakhir, penutup sekalian nabi
dan rasul; tidak ada lagi nabi, apalagi rasul sesudah beliau. Beliau diutus
oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia sampai hari Kiamat nanti. Kedatangan
beliau sebagai utusan Allah merupakan rahmat bagi alam semesta.
Ø Mengikuti dan mentaati Rasul
Mengikuti
dan mematuhi Rasullulah SAW, berarti mengikuti jalan lurus dengan mematuhi
segala rambu-rambunya. Rambu-rambu jalan tersebut adalah segala aturan
kehidupan yang dibawa oleh Rasulullah yang terlembaga dalam Al-Quran dan
Sunnah. Itulah dua warisan yang ditinggalkan Rasul untuk umat manusia.
b. Akhlak terhadap orang tua
Meliputi mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya,
merendahkan diri kepada keduanya diiringi rasa kasih sayang, berkomunikasi
dengan orang tua dengan khidmat, pergunakan kata-kata lemah lembut, berbuat
baik kepada keduanya sebaik-baiknya dan mendoakan keselamatan dan keampunan
bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia.
c. Akhlak terhadap diri sendiri
Meliputi Memelihara kesucian diri, baik jasmaniah maupun rohaniah,
Memelihara kerapihan diri, Berlaku tenang, Menambah ilmu pengetahuan, Membina
disiplin pribadi , Pemaaf dan memohon maaf, Sikap sederhana dan jujur dan
Menghindari perbuatan tercela.
d. Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat,
Antara lain :
saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling
menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada ibu bapak, mendidik
anak-anak dengan kasih sayang dan memelihara hubungan silaturrahim.
e. Akhlak terhadap tetangga
Antara lain : saling mengunjungi, saling bantu diwaktu senang
lebih-lebih tatkala susah, saling beri member, saling hormat menghormati,
saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.
f. Akhlak terhadap masyarakat
Meliputi
memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan, saling menolong dalam melakukan kebajikan dan taqwa, menganjurkan
anggota masyarakat termasuik dirin sendiri berbuat baik dan mencegah diri
sendiri dan mencegah orang lain melakukan perbuiatan jahat dan munkar dan
bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama.
D. Cara Penerapan Metode Pendidikan Akhlak Dalam Pendidikan Islam
1. Metode Keteladanan ( Uswatun Khasanah )
Bahwasanya anak-anak memiliki kecenderungan atau sifat peniru yang
sangat besar, maka metode uswatun khasanah “contoh teladan” dari orang-orang
yang terdekat adalah sangat tepat. Dalam hal ini orang yang paling dekat kepada
anak adalah orang tuanya, karena itu contoh teladan orang tuanya sangat
berpengaruh pada pembentukan mental dan akhlak anak-anak.[4]
Metode keteladanan ini merupakan metode yang diajarkan Allah swt
kepada hamba-hambanya, yaitu dengan diutusnya seorang Rasul untuk menyanpaikan
risalah samawi kepada setiap umat. Rasul yang diutus tersebut adalah seseorang
yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral, maupun intelektual.
Sehingga umat manusia meneladaninya, belajar darinya, memenuhi panggilannya,
menggunakan metodenya, dalam hal kemuliaan, keutamaan dan akhlak yang terpuji.
2. Metode Nasehat/ Ceramah ( Mauidhah Khasanah )
Diantara metode dan cara-cara mendidik yang efektif didalam upaya
membentuk keimanan anak, mempersiapkannya secara moral, pisikis dan secara social
adalah mendidiknya dengan memberi nasehat. Metode ceramah disebut juga sebagai
metode mauidzah khasanah merupakan metode yang menekankan pada pemberian dan
penyampaian informasi. Dalam pelaksanaannya pendidik dapat menyampaikan materi
agama dengan cara persuasif, memberikan motivasi, baik berupa kisah teladan
atau memberikan metafora (amtsal) sehingga peserta didik dapat mencerna dengan
mudah apa yang disampaikan.
Allah berfirman:
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ
وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.(Q.S.
An-Hahl:125)
“Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu Rasul-rasul daripada kamu
yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, Maka Barangsiapa yang bertakwa dan
Mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati” (Q.S. Al-Araf 35)
DAFTAR PUSTAKA
Alwan
Khoiri dkk, Akhlak/ Tasawuf, (Yogyakarta2005).
Ngain
Naim, Pendidikan Multikultultural Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta 2001).
Oemar Muhammad al-Taomy al-Syaibany, Falsafah
Pendidikan Islam, (Jakarta1992).
Abdjan Jahja, paradigma pendidikan islam,
(Yogyakarta 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar