Kamis, 04 Oktober 2018

1. KONSEP DASAR PENDIDIKAN AKHLAK

KONSEP DASAR PENDIDIKAN AKHLAK

DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD PUTRA ADINATA
IRMA MELATI
NOVIA SRI RAHAYU


A. Pengertian Pendidikan Akhlak dan Pendidikan Islam
Pendidikan adalah bimbingan dari pendidik terhadap yang dididik secara universal demi terciptanya insan yang bermanfaat. Dengan adanya pendidikan maka diharapkan manusia bisa berguna bagi kemaslahatan alam.
Akhlak  adalah sifat dan jiwa yang melekat dalam diri seseorang menjadi pribadi yang utuh dan menyatu dalam diri orang tersebut sehingga akhirnya tercermin melalui tingkah laku  dalam kehidupan sehari-hari bahkan menjadi adat kebiasaan.
Setelah dijelaskan secara terpisah mengenai pengertian pendidikan dan pengertian akhlak, maka dapat disimpulkanbahwa pendidikan akhlak adalah perpaduan antara pengertian Pendidikan dan Akhlak. Jadi yang dimaksud dengan Pendidikan Akhlak adalah bimbingan, asuhan dan pertolongan dari orang dewasa untuk membawa anak didik ke tingkat kedewasaan yang mampu membiasakan diri dengan sifat-sifat yang terpuji dan menghindari sifat-sifat yang tercela. Atau dengan kata lain pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa anak-anak sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan.[1] Ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki potensi dan respon dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan. Di samping itu terbiasa melakukan akhlak mulia.
Menurut Guru besar Pendidikan Islam IAIN Sunan Gunung Jati Bandung menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap seseorang agar berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.


B. Dasar-Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak dalam Pendidikan Islam
Dasar- Dasar Pendidikan Akhlak Mulia
Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang ada dalam Islam memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan pendidikan akhlak. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan akhlak dalam agama Islam bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an sendiri sebagai dasar utama dalam Agama Islam telah memberikan petunjuk pada jalan kebenaran, mengarahkan kepada pencapaian kebahagiaan di dunia dan akhirat. Di antara ayat yang menyebutkan pentingnya akhlak adalah dalam surat Ali Imran ayat 104:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Dalam ayat tersebut Allah SWT menganjurkan hamba-Nya untuk dapat menasehati, mengajar, membimbing dan mendidik sesamanya dalam hal melakukan kebajikan dan meninggalkan keburukan. Dengan demikian Allah telah memberikan dasar yang jelas mengenai pendidikan akhlak yang mana merupakan suatu usaha untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar berbudi pekerti luhur dan berakhlaqul karimah.[2]
Selain menyebutkan pentingnya pendidikan akhlak, Al-Qur’an pun menunjukkan siapa figur yang harus dicontoh dan dijadikan sebagai uswatun hasanah. Sebagaimana firman-Nya dalam QS.Al-Ahzab: 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
Ayat tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah merupakan figur utama sebagai manusia dan utusan Allah yang patut dijadikan panutan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Allah pun dalam ayat lain memuji kepribadian Rasulullah SAW sebagaimana firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-Qalam: 4)
Dasar pentingnya akhlak dalam As-Sunnah dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya:
Dari Abu Hurairah r.a berkata: Bahwasanya Raasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (HR. Ahmad dan Baihaqi)
Dari ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah Saw. di atas menunjukkan bahwa dasar dan pijakan pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Dari dasar dan pedoman itulah dapat diketahui kriteria suatu perbuatan itu baik ataupun buruk.
2.       Tujuan Pendidikan Akhlak Mulia
Tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral bukan hanya sekedar memenuhi otak murid-murid dengan ilmu pengetahuan tetapi tujuannya ialah mendidik akhlak dengan memperhatikan segi-segi kesehatan, pendidikan fisik dan mental, perasaan dan praktek serta mempersiapkan anak-anak menjadi anggota masyarakat.
Adapun tujuan pendidikan akhlak secara umum yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
Tujuan pendidikan akhlak adalah mencapai kebahagiaan kebahagiaan hidup umat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun akhirat. Jika seseorang dapat menjaga kualitas mu’amalah dan mu’amalah ma’annas, insya Allah akan memperoleh rida-Nya. Orang mendapat rida Allah niscaya akan memperoleh jaminan kehidupan baik di duniawai maupun ukhrawi.
            Tujuan pendidikan akhlak menurut Omar Muhammad Al Thoumy Al- Syaibani “Tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia dan akherat), kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat”. Pada dasarnya apa yang akan dicapai dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
            Tujuan pendidikan akhlak menurut M. Athiyah al Abrasyi “Tujuan pendidikan budi pekerti adalah membentuk manusia yang berakhlak (baik laki-laki maupun wanita) agar mempunyai kehendak yang kuat, perbuatan-perbuatan yang baik, meresapkan fadhilah (kedalam jiwanya) dengan meresapkan cinta kepada fadhilah (kedalam jiwanya) dengan perasaan cinta kepada fadhilah dan menjauhi kekejian (dengan keyakinan bahwa perbuatan itu benar-benar keji).
            Tujuan pendidikan akhlak menurut Mahmud Yunus “Tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk putra-putri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab, sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya”.
Tujuan di atas selaras dengan tujuan pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/Th. 2003, bab II, Pasal 3 dinyatakan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

C. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak
1. Akhlak Terhadap Allah SWT
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap/perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan yang Khaliq.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah :
Ø  Karena Allah yang telah menciptakan manusia dan menciptakan manusia di air yang ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. (Q.S. al-Thariq : 5-7). Dalam ayat lain, Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian diproses menjadi benih yang disimpan[3] dalam tempat yang kokoh (rahim) setelah ia menjadi segumpal darah, daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberikan ruh. (Q.S. Al-Mu’minun : 12-13)
Ø  Karena Allah lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal, pikiran dan hati sanubari. Di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna pada manusia.
Ø  Karena Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan ternak dan lain sebagainya. (Q.S.al Jatsiah : 12-13)
Ø  Allah lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan untuk menguasai daratan dan lautan.
2. Akhlak terhadap Makhluk
a.   Akhlak kepada Rasulullah
Ø  Mencintai dan memuliakan Rasul
           Setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT tentulah harus beriman bahwa nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasulullah yang terakhir, penutup sekalian nabi dan rasul; tidak ada lagi nabi, apalagi rasul sesudah beliau. Beliau diutus oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia sampai hari Kiamat nanti. Kedatangan beliau sebagai utusan Allah merupakan rahmat bagi alam semesta.

Ø  Mengikuti dan mentaati Rasul
           Mengikuti dan mematuhi Rasullulah SAW, berarti mengikuti jalan lurus dengan mematuhi segala rambu-rambunya. Rambu-rambu jalan tersebut adalah segala aturan kehidupan yang dibawa oleh Rasulullah yang terlembaga dalam Al-Quran dan Sunnah. Itulah dua warisan yang ditinggalkan Rasul untuk umat manusia.

b. Akhlak terhadap orang tua
Meliputi mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya, merendahkan diri kepada keduanya diiringi rasa kasih sayang, berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat, pergunakan kata-kata lemah lembut, berbuat baik kepada keduanya sebaik-baiknya dan mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia.
c. Akhlak terhadap diri sendiri
Meliputi Memelihara kesucian diri, baik jasmaniah maupun rohaniah, Memelihara kerapihan diri, Berlaku tenang, Menambah ilmu pengetahuan, Membina disiplin pribadi , Pemaaf dan memohon maaf, Sikap sederhana dan jujur dan Menghindari perbuatan tercela.
d. Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat,
            Antara lain : saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada ibu bapak, mendidik anak-anak dengan kasih sayang dan memelihara hubungan silaturrahim.
e. Akhlak terhadap tetangga
Antara lain : saling mengunjungi, saling bantu diwaktu senang lebih-lebih tatkala susah, saling beri member, saling hormat menghormati, saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.
f. Akhlak terhadap masyarakat
            Meliputi memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, saling menolong dalam melakukan kebajikan dan taqwa, menganjurkan anggota masyarakat termasuik dirin sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan mencegah orang lain melakukan perbuiatan jahat dan munkar dan bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama.

D. Cara Penerapan Metode Pendidikan Akhlak Dalam Pendidikan Islam
1. Metode Keteladanan ( Uswatun Khasanah )
Bahwasanya anak-anak memiliki kecenderungan atau sifat peniru yang sangat besar, maka metode uswatun khasanah “contoh teladan” dari orang-orang yang terdekat adalah sangat tepat. Dalam hal ini orang yang paling dekat kepada anak adalah orang tuanya, karena itu contoh teladan orang tuanya sangat berpengaruh pada pembentukan mental dan akhlak anak-anak.[4]
Metode keteladanan ini merupakan metode yang diajarkan Allah swt kepada hamba-hambanya, yaitu dengan diutusnya seorang Rasul untuk menyanpaikan risalah samawi kepada setiap umat. Rasul yang diutus tersebut adalah seseorang yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral, maupun intelektual. Sehingga umat manusia meneladaninya, belajar darinya, memenuhi panggilannya, menggunakan metodenya, dalam hal kemuliaan, keutamaan dan akhlak yang terpuji.
2. Metode Nasehat/ Ceramah ( Mauidhah Khasanah )
Diantara metode dan cara-cara mendidik yang efektif didalam upaya membentuk keimanan anak, mempersiapkannya secara moral, pisikis dan secara social adalah mendidiknya dengan memberi nasehat. Metode ceramah disebut juga sebagai metode mauidzah khasanah merupakan metode yang menekankan pada pemberian dan penyampaian informasi. Dalam pelaksanaannya pendidik dapat menyampaikan materi agama dengan cara persuasif, memberikan motivasi, baik berupa kisah teladan atau memberikan metafora (amtsal) sehingga peserta didik dapat mencerna dengan mudah apa yang disampaikan.
Allah berfirman:
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ 
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.(Q.S. An-Hahl:125)
“Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu Rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, Maka Barangsiapa yang bertakwa dan Mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (Q.S. Al-Araf 35)

DAFTAR PUSTAKA
  Alwan Khoiri dkk, Akhlak/ Tasawuf, (Yogyakarta2005).
  Ngain Naim, Pendidikan Multikultultural Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta 2001).
  Oemar Muhammad al-Taomy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta1992).
  Abdjan Jahja, paradigma pendidikan islam, (Yogyakarta 2014).


[1]   Alwan Khoiri dkk, Akhlak/ Tasawuf, (Yogyakarta2005).Hal:25.
[2]   Ngain Naim, Pendidikan Multikultultural Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta 2001).Hal:35.
[3]  Oemar Muhammad al-Taomy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta1992).Hal:78.
[4]  Abdjan Jahja, paradigma pendidikan islam, (Yogyakarta 2014).Hal:98.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TOPIK DALAM AL-QUR'AN DISUSUN OLEH. Dr. H. MUAMAR AL QADRI, M.Pd

  Pemeliharaan Al Quran: 15:9 , 75:17 Keutamaan Al Quran Al Quran menerangkan segala sesuatu: 7:52 , 10:37 , 11:1 , 12:111 , 16:89 , 17:89...