KONSEP DIDAKTIK
DISUSUN OLEH KELOMPOK I :
AVIF ILHAMSYAH
FIRZA AL QADRI
RYAN ALVIN SULIDANA
Dosen Pembimbing : H. Muamar Al Qadri, M.Pd
A. Pengertian Didaktik
Didaktik adalah suatu
istilah yang berasal dari bahasa Yunani: Didascein yang berarti “saya mengajar”
atau ilmu mengajar atau ilmu yang mempelajari dan memberi syarat-syarat umum
yang diperlukan untuk memberikan pelajaran dengan baik kepada murid atau orang
lain. Jadi
didaktik memberikan petunjuk-petunjuk umum untuk mengajar dan berlaku untuk
segala pengajaran dalam mata pelajaran apapun.
Didaktik adalah ilmu mengajar yang
membuat orang menjadi belajar. Didaktik adalah ilmu tentang masalah mengajar
dan belajar secara ampuh dan berdaya guna. Didaktik tidak sama dengan
pendagogik. Didaktik adalah bagian kecil dari rumpun ilmu pedagogi. Mengajar
hanyalah salah satu aspek dari mendidik, namun mengajar adalah unsur yang utama
dalam mendidik (Ismail, 1998).
Menurut pengertian baru, didaktik
diartikan sebagai ilmu yang memberi uraian tentang kegiatan proses mengajar
yang menimbulkan proses belajar. Dari sudut pandang ini, didaktik mengandung
dua macam kegiatan yakni kegiatan mengajar dan kegiatan belajar. Baik murid
maupun guru, kedua-duanya aktif sehingga terwujud kegiatan mengajar dan
kegiatan belajar bersama-sama. Agar proses belajar mengajar dimaksud membuahkan
hasil yang diharapkan, baik murid maupun guru perlu memiliki sikap, kemampuan
dan keterampilan yang mendukung proses belajar mengajar itu[1]
Didaktik juga dapat
diartikan perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan oleh tenaga pengajar yang
menyangkut: penyajian materi pelajaran yang efektif serta mengelola proses
belajar mengajar didalam kelas.
Jadi didaktik
memberikan petunjuk-petunjuk umum untuk mengajar, dan berlaku untuk segala
pengajaran dalam mata pelajaran apapun. ilmu ini membahas mengenai
prinsip-prinsip mengajar, cara-cara meyampaikan bahan- bahan/materi pelajaran,
untuk dapat dimiliki dan dikuasai oleh anak/siswa.
Dari pengertian-pengertian itulah dapat disimpulkan bahwa didaktik
memiliki hubungan yang erat dengan sebagai berikut.
1) Guru adalah sebagai
sumbernya.
2) Murid adalah sebagai
penerimanya.
3) Tujuan apa yang akan
dicapai dalam proses pembelajaran tersebut.
4) Dasar landasan dari
pembelajaran
5) Sarana atau alat
berupa meja, kursi, dll
6) Bahan atau materi apa
yang akan disampaikan kepada anak didik
7) Metode apa untuk
menyampaikan materi
8) Evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa
Diantara
hal-hal tersebut sedikitnya ada 3 faktor yang menjadi fokus pembahasan dalam
didaktik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh D.H Quenjoe dan A.
Ghazali bahwa yang menjadi peranan utama pembahasan didaktik adalah :
a)
Tujuan
pengajaran
Tujuan pendidikan dan pengajaran itu sebenarnya
berjenjang/bertingkat menurut rumusan secara formal ada beberapa sedang tujuan
pendidikan.
Yakni tujuan pendidikan nasional, tujuan instruksional, tujuan
kurikuler dan tujuan instruksional: 1. Tujuan
pendidikan nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat
nasional. 2. Tujuan
instruksional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat lembaga
pendidikan. 3. Tujuan
kurikuler adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat mata
pelajaran atau bidang studi. 4. Tujuan
instruksional atau tujuan pembelajaran, yakni tujuan pendidikan yang ingin
dicapai pada tingkat pengajaran.
Melihat 4 macam jenjang tujuan pendidikan seperti di atas, maka
dapat dikatakan bahwa tujuan instruksional atau tujuan pengajaran akan
senantiasa merupakan tujuan paling awal untuk mencapai tujuan berikutnya.
b)
Bahan atau
materi pengajaran
Bahan ajar adalah sebuah persoalan pokok yang tidak bisa
dikesimpangkan dalam satu kesatuan pembahansan yang utuh tentang cara pembuatan
bahan ajar.
c)
Metode pengajar
atau teknik yang dipakai untuk menyampaikan materi
Adapun macam-macam metode mengajar yaitu metode ceramah, metode
tanya jawab, metode diskusi, metode
pemberian tugas belajar (resitasi), metode demontrasi dan eksperimen, metode
sosiodrama dan bermain peran, metode karyawisata, metode test, metode drill,
metode infiltrasi, metode gotong royong, metode survey, metode wawancara,
metode problem solving, metode proyek, metode dikte.
Selain beberapa faktor tersebut, terdapat faktor lainnya yang cukup
penting Dalam mengajar
ada 3 faktor yang harus diperhatikan: 1. Pengajar (pendidik)- yang mengajar yang
memberikan bahan, yang memotivasi. 2. Pelajar (peserta didik)- yang menerima, yang
belajar, yang menyerap dan menggunakannya. 3.Bahan pelajarannya.[2]
Kita akan membahas sedikit mengenai
faktor faktor yang harus diperhatikan dalam menerapkan konsep didaktik
a.
Pengajar(Pendidik)
Dalam
pengertian yang sederhana, Pendidik adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik, sedangkan dalam pandangan masyarakat adalah
orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di
lembaga pendidikan formal (Sekolah atau institusi pendidikan dengan kurikulum
yang jelas dan terakreditasi), tetapi bisa juga di lembaga pendidikan non
formal (Lembaga Pendidikan Ketrampilan, Kursus, di masjid, di surau/musala, di
gereja, di rumah, dan sebagainya).[3]
Undang-undang
No. 20 Tahun 2003, Pasal 39 (2) menjelaskan bahwa pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Sementara itu
sebutan pendidik dengan kualifikasi dosen merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.[4]
Tenaga
pendidik meliputi guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003
pasal 1).[5]
Pengajar
hendaknya memiliki kepribadian yang luhur dan mulia seperti beberapa
kepribadian berikut ini:
- Memiliki rasa kasih
- Keikhlasan/tulus
- Tenang(calm)
- Rasa hormat(respect)
- Bijaksana/keadilan
- Bersahaja/rendah diri
- Berwibawa
- Toladan
- Terpercaya
- Kesabaran
- Cerdas
- Trampil
- Beretika/santun
- Estetis
- Berpenampilanbaik
- Religius
- Tanggung jawab(responsibility)
- Disiplin
- Humoris
- Bersahabatan (friendship)
- Menyenangkan(favorable)
Selain
itu sebagai pengajar juga harus menguasai kompetensi guru seperti (1) Guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang
materi yang diajarkan (2) Memiliki wawasan pengetahuan tentang materi
berkaitan dengan disiplin ilmu lainnya. (3) Menguasai ilmu didaktik dan metodik. (4) Mampu menysusn program pembelajaran yang baik. (5) Mampu melaksanakan program sesuai rencana secara tepat. (6) Mampu mengenal karakteristik perbedaan siswa.(7) Mampu memanfaatkan sumber belajar yang tersedia. (8) Mampu menciptakan media atau alat-alat bantu pembelajaran. (9) Kreatif dan inovatif dalam mengkreasi lingkungan belajar, iklim belajar,
membangkitkan motivasi. (creator dan innovator). (10) Mampu mengoperasikan media modern.(11) Mampu memfasilitasi setiap kesulitan
siswa. (fasilitator). (12) Mampu membimbing siswa yang memiliki kekurangan. (13) Ketepatan dalam menggunakan alat bantu secara efektif. (14) Mampu menampilkan contoh-contoh gerak.
(demonstrator). (15) Mampu melakukan analisis gerak, mengoreksi, evaluasi, dan solusi yang tepat.
(analisator/evaluator). (16) Memberikan tugas-tugas gerak, dan cue/isyarat yang benar. (17) Mampu menjadi motivator
Prinsip Umum Mengajar
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang
sudah dimilikisiswa. Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam
mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh karena itu tingkat kemampuan siswa
sebelum proses belajar perlu diketahui guru. Ini disebut “entry behavior”.
Untuk diketahuinya, guru sebelum mengajar harus mengadakan pra test. Dalam
renang sangat perlu guru mengadakan pra test kemampuan dasar renang dan test
tingkat kecemasan terhadap air.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan
harus bersifat praktis.Materi pelajaran yang bersifat praktis yaitu yang
berhubungan dengan situasi kehidupan sehari-hari, dapat menarik minat siswa dan
akan lebih memotivasi siswa untuk aktif belajar.
3. Mengajar harus memperhatikan tingkat perbedaan individualsiswa.
Setiap individu memiliki potensi kemampuan dan kesanggupan yang berbeda. Karena
faktor bakat, tingkat intelegensi, masalag faktor mental, dan pengalaman yang
dimiliki berbeda. Ada siswa yang diajarkan baru satu atau dua kali pertemuan
sudah bisa berenang, tapi ada yang lambat. Guru harus melihat tingkat perbedaan
ini.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat
penting dijadikan landasan dalambelajar. kesiapan adalah kapasiti (kemampuan
potensial) baik bersifat fisik, maupun mental untuk melakukan sesuatu. Bila
siswa siap mengikuti proses belajar, maka hasil belajar akan diperoleh dengan
baik.
5. Tujuan pengajaran harus diketahuisiswa.
Tujuan pengajaran adalah rumusan tentang perubahan perilaku yang
akan diperoleh siswa setelah proses belajar. Bila tujuan diketahui, siswa
memiliki motivasi untuk belajar. Tujuan
harus dirumuskan secarakhusus.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip
psikologisbelajar. Prinsip ini diantaranya, bahwa belajar harus bertahap
(sistematis) dan meningkat. Karena itu bahan harus disajikan secara
gradualyaitu:
a.
Dari yang sederhana kepada yang kompleks
(rumit).
b.
Dari
yang konkrit kepada yangabstrak.
c.
Dari
umum ke yangkhusus.
d.
Dari yang sudah
diketahui (fakta) ke yang tidak diketahui (abstrak).
e.
Dari induksi ke
deduksi atau sebaliknya.
f.
Sering
menggunakan reinforcement (penguatan).
Seorang
Guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi
seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.[6]
Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional dan menyenangkan, dengan
memposisikan diri sebagai :
1. Orang
tua, yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
3. Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta
didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan
sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang
dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain
secara wajar.
7. Mengembangkan
proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan
lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembantu ketika diperlukan
Pengajar
atau Pendidik sangat berperan penting terhadap pembelajaran dikarenakan guru
merupakan faktor dalam didaktik.WF Connell (1972) membedakan tujuh peran
seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan
pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat,
(6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.[7]
b. Pelajar (Peserta Didik)
Dalam
Undang-undang No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 ayat 4)
peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.
Dalam
kegiatan pendidikan peserta didik mempunyai posisi sentral, sebab semua unsur
yang di adakan untuk berlangsungnya proses pendidikan pada dasarnya di arahkan
pada sasaran pokok, yakni berkembangnya potensi peserta didik secara optimal
menuju terbentuknya manusia berkepribadian utama.
Mengingat
pentingnya posisi peserta didik dalam proses pendidikan, maka pihak-pihak
terkait penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidik, sangat penting memahami
hakikat peserta didik. Sebab dengan mempelajari hakikat peserta didik akan
memperoleh beberapa keuntungan di antaranya adalah :
1) Akan mempunyai ekspektasi yang nyata tentang
peserta didik.
2) Akan membantu pendidik untuk merespon
sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari peserta didik.
3) Akan membantu mengenali berbagai penyimpangan
dari perkembangan yang normal.[8]
B.
Manfaat
Didaktik
Masih ada sebagian orang yang berpendapat, bahwa ilmu didaktik
hanya bermanfaat bagi guru disekolah saja. Pandangan ini tidak kita tolak
kebenaran seluruhnya. Oleh karena sejak semula kegunaan didaktik terutama
dirasakan oleh para guru. Akan tetapi di samping itu, kenyataan menunjukkan
bahwa ilmu ini digunakan dimana-mana, bukan oleh guru di sekolah saja,
melainkan oleh masyarakat, lembaga dan badan-badan, perusahaan, lembaga
pemerintahan, lembaga pembangunan, lembaga pedesaan, kemiliteran, dan
lain-lain.
Guru yang baik harus menguasai ilmu
yang menjadi bahan pelajaran dan ilmu didaktik sebagai ilmu tentang cara
penyampaian.Di dalam masyarakat, ilmu didaktik sangat banyak digunakan orang,
kendatipun mungkin mereka tidak menyadari bahwa yang digunakannya itu adalah
didaktik, misalnya seorang lurah memberikan penjelasan kepada masyarakat desa
tentang Keluarga Berencana, PKK, dan berjangkitnya penyakit di daerahnya. Ia
harus memberikan ceramahnya sedemikian rupa agar masyarakat pedesaan itu dengan
mudah menangkap dan memahami isi ceramah itu. Usaha demikian sesungguhnya sudah
termasuk usaha yang bersifat didaktis.
Sebab didaktik
sangat berguna yaitu:
- Didaktik memberikan petunjuk tentang membuat perencanaan.
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara membuat tujuan-tujuan yang diinginkan.
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menyampaikan pengalaman dan pengetahuan dengan cara yang efektif.
- Didaktik memberikan petunjuk tentang cara-cara mempelajari sesuatu dengan berhasil
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara mengadakan penilaian secara efektif.
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara membuat suatu program yang sistematis
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara mengadakan pengumpulan informasi yang diperlukan.
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menyelenggarakan peragaan atau cara menggunakan audio visual aids.
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara masyarakat memanfaatkan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menyelenggarakan pertunjukan seni budaya.
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara berkomunikasi dan berinteraksi dalam masyarakat.
- Didaktik memberikan petunjuk tentang apa yang perlu dilakukan oleh masyarakat dan orang tua guna membantu berhasilnya pekerjaan sekolah (Hamalik, 2001).
C. Macam- Macam Didaktik
Didaktik atau ilmu mengajar tersebut dapat dibagi menjadi dua
bagian, ialah:
Ilmu yang memberi petunjuk-petunjuk
umum yang berlaku untuk semua pengajaran dan semua mata pelajaran. Ini disebut
dengan didaktik umum, seperti: dasar-dasar didaktik, persekolahan, guru, murid,
hubungan antar murid, motivasi, peragaan, dsb.
Dalam didaktika umum dipelajari
aturan umum bagi seorang guru untuk dapat mengajar dengan sebaik mungkin dalam
suatu bahasan tertentu. Beberapa hal yang secara umum perlu diketahui
diantaranya tentang motif anak dalam belajar, evaluasi dan penilaian,
penggunaan media pembelajaran, desain pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Dalam hal ini, pendidikan ditunjang oleh psikologi dan pedagogi. Selain itu
dalam didaktik juga dibahas mengenai berbagai peran guru, antara lain sebagai
perancang, pelaku, peneliti, sekaligus sebagai pelajar dalam suatu proses
belajar mengajar.
Ilmu yang menguraikan tentang
cara-cara mengajar untuk mata pelajaran tertentu atau bagian yang disebut
dengan didaktik khusus/ metodik.Didaktik
khusus ini juga mempelajari tentang bagaimana mengajarkan suatu materi khusus
dengan sebaik-baiknya. Bimbingan tentang waktu dan tempat yang tepat serta
persiapan dan pengajaran yang cocok oleh teman sejawat dalam suatu pelatihan
merupakan metodologi pengajaran yang digunakan.[9]
Metodik dibagi menjadi dua yaitu metodik Umum
dan Metodik Khusus :
- Metodik Umum menyelidiki hal-hal yang umum dalam mengajar tiap-tiap mata pelajaran terdiri dari:
1. Rencana Pelajaran,
Proses pengambilan keputusan hasil berpikir
secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yaitu
perubahan tingkah laku serta rangkaian kegiatan yang harus dilakukan sebagai
upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber
belajar yang ada. Hasil dari proses pengambilan keputusan tersebut adalah
tersusunnya dokumen yang dapat dijadikan acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
2. Jalan Pelajaran,
Proses
berjalannya pelajaran dapat telaksana dengan baik jika pendidik telah
mempersiapkan segalanya seperti mempersiapkan strategi belajar yang dapat
diterapkan ketika proses belajar mengajar berjalan pa amata pelajaran yang
terkait.
3. Sikap Dan Gaya.
Sikap
dalam mengajar itu penting karena setiap pendidik merupakan contoh daripada
peserta didiknya, sehingga perlu penerapan sikap yang tepat dilakukan
4. Bentuk Pelajaran Dan Metode Mengajar.
Metode
mengajar sangat penting dalam menjalankan pembelajaran karena Metode
pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan
digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara
individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan.
5. Alat-Alat Pelajaran
Alat
alat pelajaran tersebut berguna sebagai penunjang proses pembelajaran , alat alat pelajaran
juga dapat disamakan dengan media pembelajaran. Adapun contoh alat atau media
yang dapat menunjang proses pembelajaran yaitu seperti buku, papan tulis,dll.'
- Metodik khusus menguraikan tentang cara mengajar untuk setiap mata pelajaran.
Setiap mata pelajaran mempunyai nilai dan
tujuan.
1. Nilai Formal
Pembentukan
daya daya jiwa, pembentukan tabiat, membentuk watak, membentuk kemauan dan
membentuk cita cita.
2. Nilai Praktis
Fungsional,
dapat dilaksanakan sehari –hari.
3. Nilai Material
Penambahan
pengetahuan untuk tingkat atau jenjang pendidikan berikutnya.'
D.
Hubungan Metodik dengan Didaktik
Untuk mengetahui hubungan antara
didaktik dengan metodik perlu dibahas lebih dahulu lingkaran permasalahan
didaktik dan metodik itu, setelah itu barulah kita mengetahui garis temu antara
kedua lingkaran tersebut.
Didaktik berarti ilmu mengajar
yang didasarkan atas prinsip kegiatan penyampaian bahan pelajaran sehingga
bahan pelajaran itu dimiliki oleh siswa. Kegiatan yang dimaksud ialah kegiatan
langsung yang timbul di dalam pergaulan siswa dengan gurunya. Dengan kata lain
kegiatan apa yang dimainkan oleh guru dalam menyajikan bahan pelajaran itu.
Apakah ia dapat menarik minat, motivasi atau mengaktifkan siswa atau tidak.
Oleh karena kegiatan itu bertujuan hendak mempengaruhi siswa atau anak didik,
maka karakteristik-karakteristik pribadi anak didiklah yang menjadi sasaran
didaktik.
Menurut sejarahnya, Johann Amos
Comenius (1592-1670) adalah tokoh pertama yang memformulasikan ide didaktik
itu. Ia dikenal dengan bukunya yang bernama “Didactica Magna” yang dalam
penerbitan pertamanya (1632) ditulis dalam bahasa Ceko.
Dalam pasal 2 bab 17 dari
buku Didactica Magna itu disebutkannya bahwa pengajaran akan
menjadi mudah, jika diikuti langkah-langkah[10] :
a) Jika pengajaran dimulai awal benar, sebelum jiwa rusak.b) Jika jiwa telah sedia untuk menerimanya.c) Jika dimulai dari yang umum kepada yang khusus.d) Jika dimulai dari yang mudah kepada yang sukar.e) Jika siswa tidak dibebani dengan mata pelajaran yang banyak.f) Jika pelajaran berangsur-angsur maju dengan perlahan -lahan dalam setiap hal.g) Jika kecerdasan tidak dipaksa untuk suatu yang belum mengarah kepada kecenderungan; dan harus sesuai dengan umur dan metode yang benar.h) Jika segala sesuatu diajarkan dengan media pengertian.i) Jika penggunaan segala sesuatu pengajaran berkesinambungan.j) Jika segala sesuatu daiajarkan dengan satu dan metode yang sama.
Jika diformulasikan, maka
didaktik itu bergerak dalam lingkaran penghidangan bahan pelajaran sewaktu
pelajaran sedang berlangsung. Sedangkan metodik bergerak di dalam lingkaran
penyediaan jalan atau siasat yang akan ditempuh.
Jadi, titik temu yang
menghubungkan antara didaktik dengan metodik terletak pada persiapan mengajar.
Pengajaran diharapkan akan berjalan dengan baik dimulai dari pemilihan metode
mengajar yang serasi, dan kemudian atas metode yang dipilih kemudian
dipersiapkan kegaiatan penyajian atau penghidangan mata pelajaran/bahan
pelajaran.[11]
DAFTAR PUSTAKA
Buchori, M. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Jemars.1982
Mahmud.Antropologi
pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia2012.
Kosim, Mohammad.
Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Pena Salsabila, 2013.
Danim,
Sudarwan. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2000
Arcaro, Jerome
S. Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Prastowo, Andi.
Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:Diva Press, 2014
http://santridaruz.blogspot.com/2008/05/metodik-didaktik.htmlDiakses Pada Tanggal 30 September 2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Metode_didaktik Diakses Pada Tanggal 30 September 2018
Yusuf, Tayar. Metodologi
Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995
Daradjat,
Zakiah, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Buni
Aksara, 1995
Roestiyah.Didaktik
Metodik. Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986
[1]http://santridaruz.blogspot.com/2008/05/metodik-didaktik.html
[2]
Roestiyah, Didaktik Metodik (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986), h. 1.
[3]M. Buchori.
Psikologi Pendidikan. (Bandung: Jemars,1982), h. 90.
[4]Mahmud.
Antropologi pendidikan. (Bandung: CV Pustaka Setia,2012), h. 154.
[5]Ibid,h.
155
[6]JeromeSArcaro.
Pendidikan Berbasis Mutu. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 48.
[7]SudarwanDanim.Inovasi
Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. (Bandung
: Pustaka Setia, 2000), h. 86
[8]Mohammad
Kosim.Pengantar Ilmu Pendidikan. (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), h. 75.
[9]https://id.wikipedia.org/wiki/Metode_didaktik
[10]Zakiah
Daradjat, dkk.Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. (Jakarta: Buni
Aksara, 1995), h. 3-4
[11]Tayar Yusuf. Metodologi
Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995),
h.1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar