PENGERTIAN
TAUHID DAN PEMBAGIANNYA
DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD
PUTRA ADINATA
RAHMA
FADILLAH BR SIMATUPANG
NOVIA
SRI RAHAYU
Tauhid secara
bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan
huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh
muhammad bin shalih al utsaimin berkata: “makna ini tidak tepat kecuali diikuti
dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita
jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya.
Secara
istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai
satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya.
قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ
Katakanlah :dialah
allah yang maha esa (Q.S AL-ikhlas :1).
Dari makna ini
sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh
manusia,[1] bisa jadi
berupa malaikat, para nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang
lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan saja.
Hukum
mempelajarin ilmu tauhid ini wajib bagi umat muslim dan muslimat, pertama kali
yang harus kita belajar dari kecil bahkan pun bisa di bilang dari bayi harus
belajar atau di ajarin ilmu tauhid,
supaya kita mengenal siapa yang menciptakan kita, dan untuk apa kia di
ciptakan.
Dari hasil
pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu
hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi tiga:
1. Tauhid rububiyah adalah mentauhidkan Allah dalam
kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan
tegas bahwa Allah ta’ala adalah rabb, raja, dan pencipta semua makhluk, dan
Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. Meyakini rububiyah
yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta,
misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah
yang memberikan rezeky, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah
menggerakan bintang-bintang, dll. Di nyatakan dalam Al-qur’an:
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ
وَالنُّورَ
“segala puji bagi Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang” (Q.S. Al
An’am: 1)
Dan
perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik
mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan
beribadah kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al-Qur’an:
وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
“sungguh jika kamu bertanya kepada mereka
(orang-orang kafir jahiliyah), ’siapa yang telah menciptakan mereka? niscaya
mereka akan menjawab Allah ”. (Q.S. Az-zukhruf: 87)
وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
“sungguh jika kamu bertanya kepada mereka
(orang-orang kafir jahiliyah), ’siapa yang telah menciptakan langit dan bumi
serta menjalankan matahari juga bulan?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”.
(Q.S. Al-ankabut 61)
Oleh karena itu
kita dapati ayahanda dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bernama
abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal ketika abdullah diberi nama
demikian, rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tentunya
belum lahir.
Adapun yang
tidak mengimani rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis. Syaikh muhammad bin
jamil zainu berkata: “orang-orang komunis tidak mengakui adanya tuhan. Dengan
keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka lebih kufur daripada orang-orang
kafir jahiliyah.[2]”
Pertanyaan,
jika orang kafir jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah sejak
dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh rasulullah dan para sahabat? Mengapa
mereka berlelah-lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan dari
kaum kafirin? Jawabannya, meski orang kafir jahilyyah beribadah kepada Allah
mereka tidak bertauhid uluhiyyah kepada Allah, dan inilah yang diperjuangkan
oleh rasulullah dan para sahabat.
2. Tauhid Uluhiyyah, adalah mentauhidkan Allah
dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin. Dalilnya:
إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“hanya engkaulah yang kami sembah, dan hanya
kepada engkaulah kami meminta pertolongan” (Q.S.Al-Fatihah: 5)
Sedangkan makna
ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan maupun
perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu segala sesuatu yang telah
diperintahkan oleh Allah dan rasul-nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan
kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih.
Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah.
Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah
ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir
jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa,
beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi rasulullah, ini
juga inti dari ajaran para nabi dan rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid
uluhiyyah. Allah ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
“sungguh telah kami utus rasul untuk setiap
umat dengan tujuan untuk mengatakan: ‘sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘”
(Q.S. An-Nahl: 36)
Syaikh dr.
Shalih al fauzan berkata: “dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan
adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan
diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah.
Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan
kepada selainnya ditinggalkan.”
Perhatikanlah,
sungguh aneh jika ada sekelompok ummat islam yang sangat bersemangat menegakkan
syariat, berjihad dan memerangi orang kafir, namun mereka tidak memiliki
perhatian serius terhadap tauhid uluhiyyah. Padahal tujuan ditegakkan syariat,
jihad adalah untuk ditegakkan tauhid uluhiyyah. Mereka memerangi orang kafir
karena orang kafir tersebut tidak bertauhid uluhiyyah, sedangkan mereka sendiri
tidak perhatian terhadap tauhid uluhiyyah?
3. Tauhid Al Asma’
Was Sifat adalah mentauhidkan Allah ta’ala dalam penetapan
nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang ia tetapkan bagi diri-nya dalam
al qur’an dan hadits rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Cara
bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan
sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi dirinya dan menafikan nama dan
sifat yang Allah nafikan dari dirinya, dengan tanpa tahrif,
tanpa ta’thil dan tanpatakyif . Allah ta’ala berfirman:
وَلِلَّهِ
الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
“Hanya milik Allah nama-nama yang husna,
maka memohonlah kepada-nya dengan menyebut nama-nama-nya”.(Q.S. Al-A’raf:
180)
·
Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits
tentang nama atau sifat Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna
lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang artinya
‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’.
·
Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian
sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada
di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana.[3]
·
Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah.
Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada
makhluk yang mampu menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang
berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.
Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa
sifat Allah adalah tasybih dan tafwidh.
·
Tasybih Adalah menyerupakan sifat-sifat Allah
dengan sifat makhluk-nya. Padahal Allah berfirman yang artinya:
لَيْسَ
كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah.
Sesungguhnya dia maha mendengar lagi maha melihat”. (Q.S. Asyura: 11)
Kemudian tafwidh,
yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan menetapkan maknanya.
Misalnya sebagian orang yang berkata ‘Allah ta’ala memang ber-istiwa di atas
‘arsy namun kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa kita
serahkan kepada Allah’. Pemahaman ini tidak benar karena Allah ta’ala telah
mengabarkan sifat-sifatnya dalam qur’an dan sunnah agar hamba-hambanya
mengetahui. Dan Allah telah mengabarkannya dengan bahasa arab yang jelas
dipahami. Maka jika kita berpemahaman tafwidh maka sama dengan
menganggap perbuatan Allah mengabarkan sifat-sifatnya dalam al qur’an adalah
sia-sia karena tidak dapat dipahami oleh hamba-nya.
Allah berfirman dalam Al-qur’an Al-An’am: 82 ;
الذين آمنوا ولم
يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون
“orang orang yang beriman dan tidak menodai
keimanan mereka dengan kedzoliman ( kemusyrikan ), mereka
itulah orang- orang yang mendapat ketentraman dan mereka itulah orang orang
yang mendapat jalan hidayah”.
Allah telah
menjelaskan dalam al-qur’an bahwa orang-orang yang tidak berbuat maksiat
kepada-nya maka mereka akan mendapat balasan yang baik dari tuhannya. Mereka
itulah orang-orang yang mengerjakan kebaikan didunia karena Allah dan hanya
mengharapkan ridha-nya. Dan mereka di akhirat mendapat kebahagiaan sebagaimana
yang telah Allah janjikan bagi orang-orang yang tidak menyekutukan-nya dengan
sesuatu apapun. Sebagaimana dalam hadist berikut ;
Ubadah bin shomit menuturkan :
Rasulullah saw bersabda :“Barang siapa yang bersyahadat bahwa tidak
ada sesembahan yang hak (benar) selain Allah saja, tiada sekutu baginya, dan
muhammad adalah hamba dan rasulnya, dan bahwa isa adalah hamba dan rasulnya,
dan kalimatnya yang disampaikan kepada maryam, serta ruh dari padanya, dan
surga itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Allah pasti memasukkanya
kedalam surga, betapapun amal yang telah diperbuatnya”. ( H.R. Bukhori &
muslim )
Adapun
keistimewaan yang lain adalah seperti dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam
Termidzi (yang menurut penilaianya hadits itu hasan ) dari Anas bin malik, ia
berkata aku mendengar rasulullah saw bersabda:
"
قال الله تعالى : يا ابن آدم، لو أتيتني بقراب الأرض خطايا، ثم لقيتني لا تشرك بي
شيئا، لأتيتك بقرابها مغفرة "
“Allah SWT berfirman : “Hai Anak adam,
jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika
mati dalam keadaan tidak menyekutukanku dengan sesuatupun, pasti aku akan
datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula”.”
Dan tentunya
masih banyak lagi keistimewaan-keistimewaan dalam aqidah tauhid kepada Allah
yang sangat besar pahala dan ampunan bagi siapa saja yang tidak menyekutukan
Allah didunia ini. Barangsiapa yang ingkar dan menyekutukan Allah maka adzablah
yang Allah berikan dikarenakan perbuatan yang jahil mereka padahal telah datang
kepadanya seorang pemberi peringatan yang benar dari Tuhan-Nya.[4]
Syirik adalah
menyamakan antara selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang menjadi
kekhususan bagi Allah. Syirik ini terbagi menjadi dua: (1) Syirik
Akbar; yaitu segala sesuatu yang disebut sebagai kesyirikan oleh pembuat
syari’at dan menyebabkan pelakunya keluar dari agama. (2) Syirik
Asghar; yaitu segala perbuatan atau ucapan yang disebut sebagai syirik atau
kekafiran namun berdasarkan dalil-dalil diketahui bahwa hal itu tidak sampai
mengeluarkan dari agama.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu,
beliau berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam; Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?”. Maka
beliau menjawab, “Engkau menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dialah yang telah
menciptakanmu.” Abdullah berkata, “Kukatakan kepadanya; Sesungguhnya itu
benar-benar dosa yang sangat besar.” Abdullah berkata, “Aku katakan; Kemudian
dosa apa sesudah itu?”. Maka beliau menjawab, “Lalu, kamu membunuh anakmu
karena takut dia akan makan bersamamu.” Abdullah berkata, “Aku katakan;
Kemudian dosa apa sesudah itu?”. Maka beliau menjawab, “Lalu, kamu berzina
dengan istri tetanggamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya orang-orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah:
Ø Seorang lelaki
yang berjuang mencari mati syahid. Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan
kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan diperolehnya, sehingga dia pun bisa
mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan untuk
mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Aku berperang di jalan-Mu sampai aku
menemui mati syahid.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sebenarnya kamu
berperang agar disebut-sebut sebagai pemberani, dan sebutan itu telah kamu
peroleh di dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya
dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke
dalam api neraka.
Ø Seorang lelaki
yang menimba ilmu dan mengajarkannya serta pandai membaca/menghafal al-Qur’an.
Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan
diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya. Allah bertanya kepadanya,
“Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Aku
menimba ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca/menghafal al-Qur’an di
jalan-Mu.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sebenarnya kamu menimba
ilmu agar disebut-sebut sebagai orang alim, dan kamu membaca al-Qur’an agar
disebut sebagai qari’. Dan sebutan itu telah kamu dapatkan di dunia.” Kemudian
Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup di
atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka.
Ø Seorang lelaki yang diberi kelapangan oleh
Allah serta mendapatkan karunia berupa segala macam bentuk harta. Lalu dia
dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan
diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya. Allah bertanya kepadanya,
“Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab,
“Tidak ada satupun kesempatan yang Engkau cintai agar hamba-Mu berinfak padanya
melainkan aku telah berinfak padanya untuk mencari ridha-Mu.” Allah menimpali
jawabannya, “Kamu dusta. Sesungguhnya kamu berinfak hanya demi mendapatkan
sebutan sebagai orang yang dermawan. Dan sebutan itu telah kamu dapatkan di
dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan
tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api
neraka.” (HR. Muslim)
Syirik
sangatlah berbahaya bagi umat manusia karena dapat merusak fitrah awal manusia
(tauhid). Syirik juga termasuk musuh besar bagi tauhid dan keikhlasan serta
salah satu perbuatan yang tergolong sebagai kedzoliman yang sangat besar.
Musnahkanlah Syirik dan beralih kepada
Tauhidullah !!.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mundziri, Imam. Ringkasan Shahih
Muslim. Bandung: Jabal, 2012.
Hasmi. Bunga Rampai Aqidah Islam.
Bogor: Marwah Indo Media, 2012.
Al-Fauzan, Shalih. At-Ta’liqat
al-mukhtasharah ala matni al-Aqidah ath-Thahawiyah.Jakarta: Pustaka Sahifa,
2007.
Al-fauzan, Shalih, dan Tim Ahli Tauhid. Aqidatut
Tauhid. Jakarta Timur: Ummul Qura, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar