Kamis, 04 Oktober 2018

1. PENGERTIAN TAUHID DAN PEMBAGIANNYA

PENGERTIAN TAUHID DAN PEMBAGIANNYA
DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD PUTRA ADINATA
RAHMA FADILLAH BR SIMATUPANG
NOVIA SRI RAHAYU

Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh muhammad bin shalih al utsaimin berkata: “makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya.
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya.
قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ
Katakanlah :dialah allah yang maha esa (Q.S AL-ikhlas :1).
Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia,[1] bisa jadi berupa malaikat, para nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.
Hukum mempelajarin ilmu tauhid ini wajib bagi umat muslim dan muslimat, pertama kali yang harus kita belajar dari kecil bahkan pun bisa di bilang dari bayi harus belajar atau di ajarin  ilmu tauhid, supaya kita mengenal siapa yang menciptakan kita, dan untuk apa kia di ciptakan.                    
Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi tiga:
1. Tauhid rububiyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah ta’ala adalah rabb, raja, dan pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memberikan rezeky, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Di nyatakan dalam Al-qur’an:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ
segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang” (Q.S. Al An’am: 1)
Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al-Qur’an:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’siapa yang telah menciptakan mereka? niscaya mereka akan menjawab Allah ”. (Q.S. Az-zukhruf: 87)

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (Q.S. Al-ankabut 61)
Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bernama abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal ketika abdullah diberi nama demikian, rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tentunya belum lahir.
Adapun yang tidak mengimani rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis. Syaikh muhammad bin jamil zainu berkata: “orang-orang komunis tidak mengakui adanya tuhan. Dengan keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka lebih kufur daripada orang-orang kafir jahiliyah.[2]
Pertanyaan, jika orang kafir jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah sejak dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh rasulullah dan para sahabat? Mengapa mereka berlelah-lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan dari kaum kafirin? Jawabannya, meski orang kafir jahilyyah beribadah kepada Allah mereka tidak bertauhid uluhiyyah kepada Allah, dan inilah yang diperjuangkan oleh rasulullah dan para sahabat.

2. Tauhid Uluhiyyah, adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin. Dalilnya:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
hanya engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada engkaulah kami meminta pertolongan” (Q.S.Al-Fatihah: 5)
Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan rasul-nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi rasulullah, ini juga inti dari ajaran para nabi dan rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
sungguh telah kami utus rasul untuk setiap umat dengan tujuan untuk mengatakan: ‘sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (Q.S. An-Nahl: 36)
Syaikh dr. Shalih al fauzan berkata: “dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainnya ditinggalkan.”
Perhatikanlah, sungguh aneh jika ada sekelompok ummat islam yang sangat bersemangat menegakkan syariat, berjihad dan memerangi orang kafir, namun mereka tidak memiliki perhatian serius terhadap tauhid uluhiyyah. Padahal tujuan ditegakkan syariat, jihad adalah untuk ditegakkan tauhid uluhiyyah. Mereka memerangi orang kafir karena orang kafir tersebut tidak bertauhid uluhiyyah, sedangkan mereka sendiri tidak perhatian terhadap tauhid uluhiyyah?

3. Tauhid Al Asma’ Was Sifat  adalah mentauhidkan Allah ta’ala dalam penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang ia tetapkan bagi diri-nya dalam al qur’an dan hadits rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi dirinya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari dirinya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpatakyif . Allah ta’ala berfirman:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-nya dengan menyebut nama-nama-nya”.(Q.S. Al-A’raf: 180)
·         Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’.
·         Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana.[3]
·         Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.
Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalah tasybih dan tafwidh.
·         Tasybih Adalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-nya. Padahal Allah berfirman yang artinya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya dia maha mendengar lagi maha melihat”. (Q.S. Asyura: 11)
Kemudian tafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan menetapkan maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata ‘Allah ta’ala memang ber-istiwa di atas ‘arsy namun kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa kita serahkan kepada Allah’. Pemahaman ini tidak benar karena Allah ta’ala telah mengabarkan sifat-sifatnya dalam qur’an dan sunnah agar hamba-hambanya mengetahui. Dan Allah telah mengabarkannya dengan bahasa arab yang jelas dipahami. Maka jika kita berpemahaman tafwidh maka sama dengan menganggap perbuatan Allah mengabarkan sifat-sifatnya dalam al qur’an adalah sia-sia karena tidak dapat dipahami oleh hamba-nya.

Allah berfirman dalam Al-qur’an Al-An’am: 82 ;
الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون
“orang orang yang beriman dan tidak menodai keimanan mereka dengan kedzoliman ( kemusyrikan ), mereka itulah orang- orang yang mendapat ketentraman dan mereka itulah orang orang yang mendapat jalan hidayah”.
Allah telah menjelaskan dalam al-qur’an bahwa orang-orang yang tidak berbuat maksiat kepada-nya maka mereka akan mendapat balasan yang baik dari tuhannya. Mereka itulah orang-orang yang mengerjakan kebaikan didunia karena Allah dan hanya mengharapkan ridha-nya. Dan mereka di akhirat mendapat kebahagiaan sebagaimana yang telah Allah janjikan bagi orang-orang yang tidak menyekutukan-nya dengan sesuatu apapun. Sebagaimana dalam hadist berikut ;
Ubadah bin shomit  menuturkan :  Rasulullah saw bersabda :“Barang siapa yang bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak (benar) selain Allah saja, tiada sekutu baginya, dan muhammad adalah hamba dan rasulnya, dan bahwa isa adalah hamba dan rasulnya, dan kalimatnya yang disampaikan kepada maryam, serta ruh dari padanya, dan surga itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Allah pasti memasukkanya kedalam surga, betapapun amal yang telah diperbuatnya”. ( H.R. Bukhori & muslim )
Adapun keistimewaan yang lain adalah seperti dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Termidzi (yang menurut penilaianya hadits itu hasan ) dari Anas bin malik, ia berkata  aku mendengar rasulullah saw bersabda:
" قال الله تعالى : يا ابن آدم، لو أتيتني بقراب الأرض خطايا، ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا، لأتيتك بقرابها مغفرة "
 “Allah SWT berfirman : “Hai Anak adam, jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak menyekutukanku dengan sesuatupun, pasti aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula”.”
Dan tentunya masih banyak lagi keistimewaan-keistimewaan dalam aqidah tauhid kepada Allah yang sangat besar pahala dan ampunan bagi siapa saja yang tidak menyekutukan Allah didunia ini. Barangsiapa yang ingkar dan menyekutukan Allah maka adzablah yang Allah berikan dikarenakan perbuatan yang jahil mereka padahal telah datang kepadanya seorang pemberi peringatan yang benar dari Tuhan-Nya.[4]
Syirik adalah menyamakan antara selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan bagi Allah. Syirik ini terbagi menjadi dua: (1) Syirik Akbar; yaitu segala sesuatu yang disebut sebagai kesyirikan oleh pembuat syari’at dan menyebabkan pelakunya keluar dari agama. (2) Syirik Asghar; yaitu segala perbuatan atau ucapan yang disebut sebagai syirik atau kekafiran namun berdasarkan dalil-dalil diketahui bahwa hal itu tidak sampai mengeluarkan dari agama.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, beliau berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam; Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?”. Maka beliau menjawab, “Engkau menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dialah yang telah menciptakanmu.” Abdullah berkata, “Kukatakan kepadanya; Sesungguhnya itu benar-benar dosa yang sangat besar.” Abdullah berkata, “Aku katakan; Kemudian dosa apa sesudah itu?”. Maka beliau menjawab, “Lalu, kamu membunuh anakmu karena takut dia akan makan bersamamu.” Abdullah berkata, “Aku katakan; Kemudian dosa apa sesudah itu?”. Maka beliau menjawab, “Lalu, kamu berzina dengan istri tetanggamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah:
Ø  Seorang lelaki yang berjuang mencari mati syahid. Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Aku berperang di jalan-Mu sampai aku menemui mati syahid.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sebenarnya kamu berperang agar disebut-sebut sebagai pemberani, dan sebutan itu telah kamu peroleh di dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka.
Ø  Seorang lelaki yang menimba ilmu dan mengajarkannya serta pandai membaca/menghafal al-Qur’an. Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Aku menimba ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca/menghafal al-Qur’an di jalan-Mu.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sebenarnya kamu menimba ilmu agar disebut-sebut sebagai orang alim, dan kamu membaca al-Qur’an agar disebut sebagai qari’. Dan sebutan itu telah kamu dapatkan di dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka.
Ø   Seorang lelaki yang diberi kelapangan oleh Allah serta mendapatkan karunia berupa segala macam bentuk harta. Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Tidak ada satupun kesempatan yang Engkau cintai agar hamba-Mu berinfak padanya melainkan aku telah berinfak padanya untuk mencari ridha-Mu.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sesungguhnya kamu berinfak hanya demi mendapatkan sebutan sebagai orang yang dermawan. Dan sebutan itu telah kamu dapatkan di dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Muslim)

Syirik sangatlah berbahaya bagi umat manusia karena dapat merusak fitrah awal manusia (tauhid). Syirik juga termasuk musuh besar bagi tauhid dan keikhlasan serta salah satu perbuatan yang tergolong sebagai kedzoliman yang sangat besar.
Musnahkanlah Syirik dan beralih kepada Tauhidullah !!.

  
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mundziri, Imam. Ringkasan Shahih Muslim. Bandung: Jabal, 2012.
Hasmi. Bunga Rampai Aqidah Islam. Bogor: Marwah Indo Media, 2012.
Al-Fauzan, Shalih. At-Ta’liqat al-mukhtasharah ala matni al-Aqidah ath-Thahawiyah.Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007.
Al-fauzan, Shalih, dan Tim Ahli Tauhid. Aqidatut Tauhid. Jakarta Timur: Ummul Qura, 2012.




[1]Imam Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim. (Bandung: Jabal, 2012), h.76.
[2] Hasmi, Bunga Rampai Aqidah Islam.( Bogor: Marwah Indo Media, 2012), h.57.
[3] Shalih Al-Fauzan, At-Ta’liqat al-mukhtasharah ala matni al-Aqidah ath-Thahawiyah.(Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007), h.98.
[4] Shalih Al-fauzan, dan Tim Ahli Tauhid. Aqidatut Tauhid. (Jakarta Timur: Ummul Qura, 2012), h.102.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TOPIK DALAM AL-QUR'AN DISUSUN OLEH. Dr. H. MUAMAR AL QADRI, M.Pd

  Pemeliharaan Al Quran: 15:9 , 75:17 Keutamaan Al Quran Al Quran menerangkan segala sesuatu: 7:52 , 10:37 , 11:1 , 12:111 , 16:89 , 17:89...