Sabtu, 20 Oktober 2018
Sabtu, 13 Oktober 2018
Rabu, 10 Oktober 2018
Senin, 08 Oktober 2018
Metode pendidikan Ibnu Khaldun
Metode pendidikan yang dipaparkan Ibnu Khaldun terdiri dari:
- Metode Diskusi dan Berdebat, metode yang mampu untuk memberikan latihan-latihan bagi peserta didik untuk aktif dalam berbicara dan berfikir.
- Metode karyawisata/ Rihlah. Metode ini adalah metode yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari pengalaman yang lebih banyak dalam mencapai pendidikan yang baik. Hal ini dimaksud agar peserta didik dapat menemukan banyak guru yang mampu menambah ilmu dan wawasannya.
- Metode kasih sayang. Bahwa guru harus bersikap baik dan lemah lembut ketika menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik. ini berguna bagi jiwa peserta didik, yang akan mendatangkan kenyamanan terhadap pendidiknya.
- Metode Alqur’an. Metode Al-Qur’an adalah metode untuk mengajarkan kepada anak-anak untuk mendalami Ilmu Al-Qur’an.
- Metode pengulangan. Metode pentahapan dan pengulangan sangat dibutuhkan untuk memberi pemahaman yang sempurna bagi peserta didik. Mengenai metode pembelajaran ini Ibnu Khaldun menerangkan sebagai berikut: segala hal yang dijelaskan harus bersifat meyeluruh, dengan memperhatikan potensi yang dimiliki oleh peserta didik dalam memahami pembelajaran.
- Adapun kurikulum berdasarkan analisis dari paparan Ibnu Khaldun terdiri dari beberapa prinsip diantaranya ialah: (a) Pripsip Kontinitas (b) Prinsip Fleksibilitas (c) Prinsip efektifitas (d) Prinsip Universal.
- Ibnu Khaldun menjelaskan Ada dua macam ilmu pengetahuan yang dipaparkan dalam kitabnya yaitu: bersifat Naqliyah dan bersifat Aqliya. Ilmu naqli, yaitu ilmu yang berdasarkan Alqur’an dan sunnah yang merupakan ilmu-ilmu bersumber dari ajaran-ajaran agama Islam. Ilmu-ilmu tersebut diantaranya: Ilmu Alquran, Ilmu-ilmu Hadits, Ilmu Fiqh, Ilmu Faraid, Ilmu Ushul Fiqh, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawuf, Ilmu Ta’bir Mimpi, Ilmu-ilmu aqli yang didasari dari hasil pemikiran manusia ataupun ilmu-ilmu yang sifatnya ilmiah. Diantara ilmu-ilmu tersebut ialah: Ilmu Arietmatika, Ilmu Ukurilmu Astronomi, Ilmu Logika, Ilmu Fisika, Ilmu Kedokteran, Ilmu Metafisika, Ilmu Kimia, Ilmu Rahasia-Rahasia Surat, Ilmu Filsafat.
Sifat-sifat Allah
KELOMPOK II
GUNTUR SYAHPUTRA
NUR KHALIZA PUTRI
RISKI ANANDA PUTRI
PEMBAHASAN
- Pengertian sifat Allah
“Sifat” (sifah) adalah nama yang menunjukkan pada sebagian keadaan dari dzat , dan sifat tersebut merupakan sesuatu yang terjadi dengan mengambil sesuatu dari dzat tersebut, seperti ilmu kekuasaan dan sebagainya.”
Ibnu Faris mengatakan: sifat adalah al-amarah (tanda-tanda) yang lazim untuk sesuatu. Ia juga mengatakan: “sifat (na’t) adalah penyebutan (penjelasan) mengenai sesuatu dengan kebaikan yang ada di dalamnya.”
Sifat-sifat Allah seluruhnya sifat sempurna yang tidak memiliki kekurangan sedikitpun dalam segala aspeknya.. seperti sifat Al Hayah (hidup), sifat Al Ilmu (mengetahui), sifat Al Qudrah (berkuasa), sifat As Sama’ (mendengar), sifat Al Basar (melihat), dan lain-lainnya.
Sifat-sifat di atas semuanya sempurna ditinjau dari segala aspeknya. Ini berdasarkan dalil wahyu akal ,maupun fitrah manusia.
a) Dalil wahyu
Adapun dalil wahyu Al-Qur’an dan Al-Hadits, di antaranya firman Allah Ta’ala yang artinya:
“orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Mahatinggi; dan Dia-lah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Q.s. An-Nahl:60)
b) Dalil akal
Menurut hukum akal, dapat dikatakan bahwa seluruh yang wujud pasti memiliki sifat, apakah itu sifat sempurna atau sifat yang masih mengandung kekurangan.
Jelas, Ar Rabb (Allah) mempunyai sifat sempurna lagi berhak disembah. Sifat-sifat yang masih mengandung kekurangan dan kelemahan tidak layak ada pada Allah. Oleh karena itu, Allah menyatakan batilnya penyembahan kepada berhala dengan menisbatkan sifat kekurangan dan kelemahan kepada para berhala tersebut.
Allah berfirman di dalan (qur’an surah al-ahqaf:5) yang artinya:
“dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat memperkenankan (doa) sampai hari kiamat; dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?”
(Q.s. Al Ahqaf:5)
Kemudian, telah terbukti dengan indra dan fakta bahwa makhluk pun ada yang mempunyai sifat sempurna yang itu tidak lain datangnya dari Allah Ta’ala. Bila demikian, tentu Dzat yang memberi sifat sempurna seperti itu lebih pantas memiliki sifat-sifat sempurna.
c) Dalil fitrah
Menurut fitrah, jiwa yang masih jernih akan mencintai, mengagungkan dan menyembah Allah. Sebaliknya, jiwa masih lurus juga tidak akan mau mencintai, mengagungkan dan menyembah Dzat yang dia tidak ketahui tidak memilki sifat-sifat kesempurnaan, baik secara rububiyah maupun uluhiyah.
Apabila ada satu sifat yang menunjukkan kekurangan, yang tidak terpuji, yang tidak sempurna, seperti sifat mati, bodoh, lupa, tidak berkemampuan, buta, bisu dan sejenisnya, maka sifat ini mustahil ada pada Allah. Ini berdasarkan firman Allah yang artinya:
“dan bertakwakallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati.” (Q.s. Al Furqan:58)
2.2. Sifat-sifat Allah terbagi menjadi sifat tsubutiyah dan sifat salbiyah
1. Sifat Tsubutiyah
Sifat tsubutiyah adalah sifat-sifat yang telah ditetapkan oleh Allah menjadi sifat diri-Nya di dalam Al-Quran dan hadits Rasulullah. Sifat ini semuanya sifat yang sempurna, tidak sedikitpun memiliki kekurangan. Yang termasuk sifat-sifat tsubutiyah misalnya: sifat Al-Hayah (hidup), sifat ilmu(mengetahui), sifat Qudrah (berkuasa), Istiwa’ ‘alal Arsy (bersemayam di atas Arsy),
Sifat tsubutiyah ini terbagi menjadi dua, yaitu:
Sifat Dzatiyah adalah sifat yang senantiasa dan selamanya ada pada Allah. Yang termasuk sifat-sifat dzatiyah adalah Al Ilmu (mengetahui), Al Qudrat (berkuasa), Al Hikmah (bijaksana), Al ‘Uluw (tinggi) dan Al ‘Azhamah (agung).
Sifat dzatiyah ada yang berupa sifat khobariyah, seperti Allah mempunyai wajah, mempunyai dua tangan dan mempunyai dua mata.
Sifat fi’liyah adalah sifat-sifat Allah yang berhubungan dengan perbuatan-Nya, jika berkehendak, maka Dia akan melakukan, dan jika tidak, maka Dia tidak melakukannya. Yang termasuk sifat-sifat fi’liyah contohnya: Allah berkehendak untuk menurunkan hujan di suatu daerah, atau allah berkehendak tidak menurunkan hujan pada daerah tersebut.
Terkadang satu sifat bisa termasuk sifat dzatiyah sekaligus sifat fi’liyah. Seperti sifat kalam (berbicara). Ditinjau dari asal sifatnya, sifat Al Kalam adalah dzatiyah karena Allah senantiasa berbicara, tetapi jika ditinjau dari peristiwanya, maka Al Kalam merupakan sifat fi’liyah karena Allah berbicara jika Dia menghendaki kapan dan bagaimananya. Di jelaskan dalam (QS. Yasin:82) yang artinya:
“Sesungguhnya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah dengan berkata, ‘jadilah!’ maka akan terjadilah sesuatu itu.” (Q.s. Yasin:82).
Semua sifat yang berhubungan dengan kehendak Allah selalu mengikuti hikmah-Nya. Terkadang hikmah tersebut bisa kita ketahui, namun terkadang tidak mampu kita ketahui, tetapi kita harus tetap meyakini bahwa Allah berkehendak sesuai dengan hikmah-Nya. Ini diisyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya yang artinya:
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki oleh Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (Q.s. Al Insan:30)
2. Sifat Salbiyah
Sifat salbiyah adalah sifat-sifat yang Allah nafikan dari diri-Nya, baik dalam al-quran maupun hadits. Sifat salbiyah semuanya sifat kekurangan dan tercela yang tidak layak dinisbatkan kepada Allah. Yang termasuk sifat salbiyah misalnya sifat Al Maut (mati), An Naum (tidur), Al Jahlu (bodoh), An Nisyan (lupa), Al ‘Ajzu (lemah), At Ta’ab (lelah).
Sifat-sifat salbiyah ini wajib dinafikan dari Allah, berdasarka penjelasan di atas, namun harus disertai dengan menetapkan kebalikan dari sifat-sifat tersebut yang sempurna. Hal itu karena yang dimaksud dengan meniadakan sifat salbiyah tidak lain adalah menjelaskan tidak adanya sifat-sifat tersebut disebabkan adanya kesempurnaan lawan sifat tersebut. Jadi, bukan sekedar meniadakan saja. Sebab penafikan tersebut tidak akan menghasilkan sesuatu yang sempurna jika tidak mengandung sesuatu yang menunjukkan kesempurnaan. Contoh sifat salbiyah dalam firman Allah yag artinya:
“Dan bertawakallah kepada Allah yang hidup (kekal), yang tidak mati.” (Q.s. Al Furqan:58)
Peniadaan sifat kematian pada ayat di atas mengandung penetapan sifat hidup yang sempurna bagi Allah.
Dengan begitu bisa kita ketahui bahwa di balik sifat salbiyah Allah terkadang malah terkandung isyarat adanya lebih dari satu sifat kesempurnaan-Nya.
- Sifat-sifat Wajib bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Dzat Allah sebagai kesempurnaan bagi-Nya. Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri atas 20 sifat. Dari 20 sifat itu dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut:
a. Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Dzat Allah. Sifat nafsiyah ini hanya ada satu, yaitu Wujud (ada).
b. Sifat Salbiyah yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya, yakni sifat-sifat yang tidak sesuai, tidak layak dengan kesempurnaan Dzat-Nya. Sifat salbiyah ini ada lima, yaitu:
1. Qidam (dahulu)
2. Baqa’(kekal)
3. Mukhalafatul lil-hawadis (berbeda dengan yang baru)
4. Qiyamuhu bi nafsihi (berdiri sendiri)
5. Wahdaniyah (keesaan)
c. Sifat Ma’ani yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk
sifat ma’ani ada tujuh, yaitu:
1. Qudrah (berkuasa)
2. Iradat (berkehendak)
3. ‘llmu (mengetahui)
4. Hayat (hidup)
5. Sama’ (mendengar)
6. Basar (melihat)
7. Kalam (berbicara)
d. Sifat Ma’nawiyah adalah kelaziman dari sifat Ma’ani. Sifat Ma’nawiyah tidak
dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat Ma’nawiyah.
Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu:
1. Qadiran ( Maha berkuasa)
2. Muridan (Maha berkehendak)
3. ‘Aliman (Maha mengetahui)
4. Hayyan (Maha hidup)
5. Sami’an (Maha mendengar)
6. Basiran (Maha melihat)
7. Mutakalliman (Maha berbicara)
Selain sifat-sifat wajib bagi Allah ada juga sifat-sifat mustahil bagi Allah. Sifat mustahil bagi Allah yaitu sifat yang tidak layak dan tidak mungkin ada pada Allah dan sekiranya terdapat sifat tersebut dapat melemahkan derajat Allah. Sifat mustahil ini merupakan kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi Allah , karena itu jumlahnya sama, yaitu sebanyak 20 sifat. Adapun sifat-sifat mustahil tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sifat mustahil dari sifat nafsiyah ada satu, yaitu ‘Adam (tidak ada)
b. Sifat mustahil dari sifat salbiyah ada lima, yaitu:
1. Hudus (baru)
2. Fana’ (rusak)
3. Mumatsalatuhu lil-hawadis (sama dengan makhluknya)
4. Ihtiyajuhu li gairih ( membutuhkan yang lain)
5. Ta’addud (berbilang)
c. Sifat mustahil dari sifat Ma’ani ada tujuh, yaitu:
1. ‘Ajz (tidak mampu)
2. Karahah ( dipaksa)
3. Jahl (bodoh)
4. Maut (mati)
5. Samam (tuli)
6. Umy (buta)
7. Bukm (bisu)
d. Sifat mustahil dari sifat Ma’nawiyah ada tujuh, yaitu:
1. ‘Ajizan (maha lemah)
2. Mukrahan (maha terpaksa)
3. Jahilan (maha bodoh)
4. Mayyitan (maha mati)
5. Asamm (maha tuli)
6. A’ma (maha buta)
7. Abkam (maha bisu)
Selain sifat wajib, sifat mustahil bagi Allah, ada juga sifat-sifat jaiz bagi Allah. Kata “jaiz” menurut bahasa berarti “boleh”. Yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah ialah sifat yang boleh ada dan boleh pula tidak ada pada Allah.
Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Allah bebas dengan kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menghendaki. Allah boleh saja tidak menciptakan alam ini, jika Dia tidak menghendaki alam ini.
Pembagian sifat jaiz bagi Allah ini sangat berbeda dengan sifat wajib dan sifat mustahil, sifat jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu:
فِعْلُ كُلِّ مُمْكِنٍ اَوْ تَرْكُهُ
Artinya: “ memperbuat segala sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya.”
Yang dimaksud dengan sesuatu yang mungkin terjadi adalah sesuatu yang boleh terjadi dan boleh juga tidak terjadi. Allah bebas menciptakan dan berbuat sesuatu yang Dia kehendaki.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian singkat diatasdapat disimpulkan bahwa sifat 20 yang wajib bagi Allah terbagi menjadi 4 bagian :
1. Sifat nafsiyah yaitu wujud
2. Sifat salbiyah yaitu qidam, baqo’, mukholafatuhu lil hawadis, qiyamuhu binafsihi, wahdaniyat
3. Sifat ma’ani yaitu qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, bashor, kalaM
4. Sifat ma’nawiyah yaitu qadiran, muridan, ‘aliman, hayyan, sami’an, bashiran, mutakalliman
Taalluq bagi sifat ma’ani dengan beberapa kemungkinan dan perkara yang wujud ada 4 bagian :
1. Sesuatu yang berhubungan dengan beberapa kemungkinan yaitu : sifat qudrat dan sifat iradat. Namun, hubungan yang pertama merupakan perwujuudan dan peniadaan. Dan hubungan kedua, yakni sifat iradat merupakan hubungan secara ketentuan.
2. Sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang wajib, kewenangan dan kemustahilan yaitu, sifat ilmu dan kalam. Namun, hubungan yang pertama merupakan taalluq secara terbuka. Sedangkan sifat kalam sebagai penunjuk.
3. Sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang wujud adalah sifat sama’ dan bashor.
d. Sesuatu yang tidak berhubungan sama sekali yaitu sifat hayat.
Bagi orang-orang mukallaf tidak diwajibkan mengetahui taalluq sifat tersebut, mukallaf hanya wajib memahami sifat-sifat Allah secara global beserta dalil-dalilnya. Karena mengetahui taalluq termasuk mendalami ilmu kalam.
Sifat jaiz bagi Allah hanya satu yaitu kebebasan meniadakan atau mengadakan sesuatu, merupakan kewenangan yang mutlak bagi Allah Taala.
B. Saran
Demikian yang dapat kami susun mengenai materi sifat-sifat Allah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca mau memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya, juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih. 1996. Qowa’idul Mutsla. yogyakarta :
media hidayah
Al- jibrin, Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz. 2006. Cara Mudah Memahami Aqidah.
Jakarta: Pustaka At-Tazkia.
Al Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih. 1995. Syarah Lum’atul I’tiqad.
yogyakarta: Media Hidayah.
As-Segaf, Alawi bin Abdul Qadir. 2001. Mengungkapkan Kesempurnaan Sifat-sifat
Allah dalam Alquran dan As-sunnah. Jakarta:Pustaka Azzam.
Drs. H. Masan AF. 2009. Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11. Semarang:
Karya Toha Putra.
Sabiq, Sayid. 1992. Aqidah Islam (Ilmu Tauhid). Bandung: CV. Diponegoro
Sinaga, H.M Yusuf dan Tamar, Putri Maisarah. 2015. Aqidah. Deli Tua: Darussalam
Publishing
1“Al-Kulliyat” (h. 546)
2Al utsman syaikh M. bin Sholeh, Al Qowa’idul Mutsla memahami nama dan sifat Allah, (yogyakarta: hidayah, 2003), h. 72-74
3Al utsman syaikh M. bin Sholeh, Al Qowa’idul Mutsla memahami nama dan sifat Allah, (yogyakarta: hidayah, 2003), h. 88-89
4Al utsman syaikh M. bin Sholeh, Al Qowa’idul Mutsla memahami nama dan sifat Allah, (yogyakarta: hidayah, 2003), h. 84-86
5H. Masan AF, Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11,(Semarang: Karya Toha putra,2009), hal. 16
6H. Masan AF, Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11,(Semarang: Karya Toha putra,2009), hal. 18
7H. Masan AF, Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11,(Semarang: Karya Toha putra,2009), hal. 20
Sabtu, 06 Oktober 2018
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP MANUSIA
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
TERHADAP MANUSIA
DISUSUN OLEH :
DINDA AYU ANDINI
NURLIZA AFNI
NURUL HASANAH LUBIS
PEMBAHASAN :
A. Gambaran Tentang Manusia.
Dalam Al-Qur’an banyak dtemukan gambaran yang membicarakan tentang manusia dan makna filosofis dan penciptaannya. Manusia merupakan makhluk-Nya paling sempurna dan sebaik-baiknya ciptaan yang dilengkapi dengan akal fikiran. Dalam hal ini Ibn’Arabi misalnya melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa, ”taka da makhluk Allah yang lebih bagus dari pada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir, dan memutuskan. Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting,karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah di muka bumi.
Setidaknya ada tiga kata yang digunakan Al-Qur’an untuk menyebut manusia. Meskipun ketiga kata tersebut menunjuk pada makna manusia, namun secara khusus memiliki penekanan pengertian yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada uraian berikut :
- Al-Basyar Kata AL-Basyar dinyatakan dalam AL-Qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 suart. Secara etimologi Al-Basyar berarti kulit kepala,wajah atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Penamaan ini menunjukan makna bahwa secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada kulitnya,di banding rambut atau bulunya.Pada aspek ini terlihat perbedaan umum biologis manusia dengan hewan yang lebih didominasi bulu atau rambut. Al-Basyar juga dapat diartikan mulamasah,yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan. Makna etimologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusian dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagian, dan lain sebagainya. Penunjukkan kata Al-Basyar ditunjukkan Allah kepada seluruh manusia tanpa terkecuali. Demikianlah halnya dengan para Rasul-Nya. Hanya saja kepada mereka diberikan wahyu, sedangkan kepada manusia umumnya tidak diberikan wahyu. Firman Allah SWT. Artinya : “Katakanlah : Sesungguhnya aku (Muhammad) hanyalah seorang manusia seperti kamu,yang diwahyukan kepadaku………..(Q.S.Al-Kahfi/18:110). Artinya : “Maryam berkata : “Ya Tuhanku,bagaimana mungkin aku mempunyai anak,padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun (Al-Basyar)……….”(Q.S.Ali Imran/3:47). Dengan pemaknaan yang diperkuat ayat diatas,dapat dipahami bahwa seluruh manusia(bani Adam a.s)akan mengalami proses reproduksi seksual dan senantiasa berupaya untuk memunuhi semua kebutuhan biologisnya,memerlukan ruang dan waktu,serta tunduk terhadap hukum alamiahnya,baik yang berupa sunatullah (social kemasyarakatan),maupun takdir Allah (hukum alam). Semuanya itu merupakan konsekuensinya logis dari proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, Allah SWT. memberikan kebebasan dan potensi yang dimilikinya untuk mengelola dan memanfaatkan alam semester.sebagai salah satu tugas kekhalifahannya di muka bumi. Kata Al-Basyar juga digunakan Al-Qur’an untuk menjelaskan ekssitensi Nabi dan Rasul.Eksitensinya,memiliki kesamaan dengan manusia pada umumnya,akan tetapi juga memiliki titik perbedaan khusus bila disbanding dengan manusia lainnya.Penekanan ini dijelaskan Allah dalam firman-firmannya.seperti pada Q.S Huud/11:27.Al-Israa’/17:93-94.Al-Kahfi/18:110,dan Al-Mu’minuun/23:33-34.Adapun titik perbedaan tersebut dinyatakan Al-Qur’an dengan adanya wahyu dan tugas kenabian yang disandang para Nabi dan Rasul. Sedangkan aspek yang lainnya dan mereka adalah memiliki kesamaan dengan manusia lainnya.Karena adanya kesamaan aspek antara Nabi dan Rasul dengan manusia pada umumnya, maka para pemuka Quraisy membantah kedatangan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Bagi mereka, adanya unsur yang sama tersebut membuat otoritas kenabian menjadi lemah dan tidak sempurna. Karena itu, dari golongan makhluk yang lebih sempurna seperti Malaikat. Fenomena pertentangan ini digambarkan Allah dalam firman-Nya: Artinya : “Maka pemuka orang-orang kafir di antara kaumnya menjawab : “Orang-orang (Nabi/Rasul) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu.Dan kalau Allah mengehendaki,tentu Dia-akan mengutus beberapa orang malaikat.Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami terdahulu(Q.S AL-Mu’minuun 23:24). Kata Al-Basyar digunakan Allah dalam Al-Qur’an untuk menawab anggapan orang Yahudi dan Nasrani yang mengklaim diri mereka sebagai anak-anak dan kekasih pilihan Tuhan.Ini bahkan telah membentuk anggapan bahwa hanya kelompok merekalah yang termulia dan berhak untuk diangkat menjadi Nabi dan Rasul.Sedangkan kaum lainnya tidak demikian.Hal ini disampaikan dalam firman –Nya : Artinya : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya”……(QS.AL-Maidah/5:18).
- Al-Insan. Kata AL-Insan yang berasal dari kata Al-Uns,dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 suarat.Secara etimologi,Al-Insan dapat diartikan harmonis, lemah, lembut, tampak, atau pelupa. Kata AL-Insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani.Harmoniasasi kedua aspek tersebut dengan berbagai potensi yang dimilikinya mengantarkan manusia sebagai makhluk Allah yang unik dan istimewa,sempurna,dan memiliki dideferensiasi individual antara satu dengan yang lain,dan sebagai makhluk dinamis,sehingga mampu menyandang predikat khalifah Allah di muka bumi. Perpaduan antara aspek pisik dan psikis telah membantu manusia untuk mengeksperisikan dimensi Al-Insan Al-Bayan,yaitu sebagi makhluk berbudaya yang mampu berbicara,mengetahui baik dan buruk,mengembangkan ilmu pengetahuan ,peradaban dan lain sebagainya. Pada beberapa ayat,Allah SWT mempersandingkan kata Al-Insan dengan kata syaitan. Ayat-ayat tersebut pada umumnya berisikan peringatan Allah agar manusia senatiasa sadar dan menempatkan posisi fitrahnya sesuai dengan yang diinginkan Allah, yaitu posisi yang hanif.Firman Allah dalam surah Yusuf ayat 5 : Artinya : “Ayahnya berkata : “Hai anakkku,janganlah kamu menceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu,maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu.Sesunguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”(Q.S Yusuf 12:5).Kata Al-Insan juga digunakan Al-Qur’an untuk menejelaskan sifat umum,serta sisi kelebihan dan kelemahan manusia.Hal tersebut terlihat dari firman Allah dalalam AL-Qur’an Artinya : “Atau apakah manusia akan mendapatkan segala yang dicita-citakan?(idak),maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.”(Q.S.An-Najm/53:24-25). Tidak semua yang diinginkan manusia berhasil dengan usahanya,Semua itu tergantung bila Allah tidak menginginkannya maka semua itu tidak akan terjadi. Al-Qur’an surah Asy Syuuraf ayat 48 : Artinya : “Jika mereka berpaling maka kami tidak akan mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka.kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah).Sesungguhnya apabila kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari kami dia bergembira ria karena rahmat itu.Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu sangat ingkar (kepada ni’mat).” (Q.S Asy Asyuuraf42:48). Gembira bila mendapat nikmat,serta susah bila mendapat cobaan. Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 72 : Artinya : “Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit,bumi dan gunung-gunung,maka maka semuanya akan enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,dan dipikullah amanat itu oleh manusia.Sesungguhnya manusia itu amat Zalim dan amaat bodoh.”(Q.S Al-Ahzab/33:72). Manusia itu sering berbuat bodoh dan zalim. Kata Al-Insan digunakan dalam Al-Qur’an untuk menunjukan proses kejadian manusia sesudah Adam.Kejadiannya mengalami proses yang bertahap secara dinamis dan sempurna didalam Rahim (Q.S An-Nahl/16:78 ; Q.S Al-Mu’minuun/23:12-14).Penggunaan kata Al-Insan dalam ayat ini mengandung dua makna,yaitu : pertama,makna proses biologic,yaitu berasal dari sari pati tanah melalui makanan yang dimakan manusia,sampai pada proses pembuahan.kedua,makna proses biologis (pendekatan spiritual),yaitu proses ditiupkan ruh-Nya pada diri manusia.
- Al-Nas. Kata Al-Nas dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surat.Kata Al-Nas menunjukan pada eksesistensi manusia sebagai makhluk social secara keseluruhan,tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya.Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 24 : Artinya : “Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya),perihalah dirimu dari neraka,yang bahan bakarnya manusia dan batu,yang disediakan bagi orang-orang kafir”.(Q.S Al-Baqarah/2:24). Kata Al-Nas dinyatakan Allah dala AL-Qur’an untuk menunjukan bahwa sebagian besar manusia tidak memiliki ketetapan keimanan yang kuat.Kadangkala ia beriman,sementara pada waktu yang lain ia munafik.Hal ini dinyatakan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 37.
- Bani Adam. Disamping ketiga kata tersebut,Allah SWT juga mendefenisikan manusia dengan menggunakan kata Bani Adam.Kata ini dijumpai di Al-Qur’an sebanyak 7 kali dan tersebar didalam 3 surat.Secara etimologi kata Bani Adan menunjukan arti pada keterunan Adam A.S. Menurut Al-Thabathaba’I,penggunaan kata Bani Adama menunjukan pada arti manusia secara umum.Dalam hal ini setidaknya ada tiga aspek yang dikaji,Pertma yaitu untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah,diantaranya berpakaian dengan menutup auratnya.Kedua,untuk mengingatkan pada keturunan Adam agar tidak terjerumus dari bujuk rayu syaitan yang mnegajak pada keingkaran.Ketiga ,memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka ibadah dan mengtauhidkan-Nya.Semua itu meruapakan anjuran dan peringatan dari Allah.
B. Proses Penciptaan Manusia
Dilihat dari proses penciptaannya,Al-Qur’an menyatakan bahwa proses penciptaan manusia ada dua tahapan yang berbeda,yaitu pertma,disebut dengan tahapan primrdia.Kedua,disebut dengan tahapan biologis.Manusia pertama Adam A.S,diciptakan dari Al-Tin (tanah),AL-turob (tanah debu),min sal (tanah liat),min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk)yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya,kemudian Allah meniupkan ruh dari_nya kedalam diri (manusia) tersebut (QS,Al-An’aam/62,AL-Hijr/15:26,28,29,AL-Mu’minuun/23:12,Al-Ruum/30-20,Ar-Rahman/55:4).
Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologis yang dapat dipahami secara sains-empirik.Didalam proses ini,manusia diciptakan dari sari inti tanah yang dijadikan air mani (nutfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (Rahim).Kemudian nutfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim.Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudia dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh(QS Al-Mu’minuun/23:12-14).Hadis yang diriwayatkan Bhukari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah kedalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nutfah,40 hari alaqah ,dan 4 hari mughah.
Al-Ghazali mengungkapkan proses penciptaan manusia dalam teori pembentukan (taswiyah) sebagai suatu proses yang timbul di dalam materi yang membuat cocok untuk menerima ruh.Materi itu merupakan sari pati tanah liat sebagai asal Nabi Adam a.s yang merupakan cikal bakal bagi keturunannya.
Menurut Harun Nasution,unsur materi manusia mempunyai daya fisik,seperti mendengar,meraba,merasa,mencium dan daya gerak.Sementara itu unsur immateri mempunyai dua daya,yaitu daya berfikir yang disebut akal berpusat dikepala dan daya rasa yang berpusat di qalbu.
C . Kedudukan Manusia
Kesatuan wujud manusia antara fisik dan psikis serta didukung oleh potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebgai ah san Al—taqwin dan menempatkan manusia pada posisi yang stategis yaitu Hamba Allah (‘abd Allah) dan khalifah Allah fi al-ardh.
- Manusia Sebagai Hamba Allah (‘Adb Allah). Musa Asy’arie mengatakan bahwa esensi ‘abd adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan yang kesemuanya itu hanya layak diberikan kepada Tuhan. Ketundukan dan ketaatan pada kodrat alamiah senantiasa berlaku baginya. Ia terikat oleh hukum – hukum Tuhan yang menjadi kodrat pada setiap ciptaannya, manusia menjadi bagian dari setiap ciptaannya, dan ia bergantung pada sesamanya. Sebagai hamba Allah, manusia tidak bisa terlepas dan kekuasaannya. Kesemuanya itu menjadi bukti, bahwa Ia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk beragama. Allah SWT berfirman : Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama ( Allah ), tetaplah pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah (agama) itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. 30 : 30). Berdasarkan ayat diatas, jelaslah bahwa bagaimanapun modern atau primitifnya suku bangsa manusia, mereka akan mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa diluar dirinya.
- Manusia Sebagai Allah Fi Al-Ardh. Kata khalifah berasal dari “fiil madhli khalafa”,yang berararti “mengganti dan melanjutkan”.Bila pengertian tersebut ditarik pada pengertian kahlifah,maka dalam konteks penggantian antara satu individu dengan individu yang lain. Menurut Quraisy Shihab,istilah khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal) berarti penguasa politik dan relegius.Istilah ini digunakan untuk nabi-nabi dan tidak digunakan untuk manusia pada umumnya.Sedangkan untuk manusia bisa digunakan khala’if yang didalamnya mengandung makna yang lebih luas,yaitu bukan hanya sebagai penguasa dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam hubungan pembicaraan dengan kedudukan manusia di alam ini,nampaknya istilah khalafa cocok digunakan disbanding kata khalifah.Namun demikian yang terjadi dalam penggunaan sehari-hari adalah bahwa manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Untuk lebih menegaskan fungsi kekhalifahan manusia di alam ini dapat dilihat dalam firman Allah pada surat Al-An’am ayat 165). Artinya : “dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat (QS.Al-An’am,6:165). Untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah,Allah telah memberikan kepada manusia seperangkat potensi (fitrah) berupa aql qalh, dan nafs.Namun demikian, aktualisasi fitrah tersebut tidak otomatis berkembang,melainkan tergantung pada manusia itu sendiri mengembangkannya.Untuk itu Allah menurunkan wahyu-Nya kepada para Nabi,agar menjadi pedoman bagi manusia dalam mengaktualisasikan ftrahnya secara utuh dan selaras dengan tujuan penciptaannya.Dengan pedoman ini manusia akan dapat tampil sebagai makhluk Allah yang tinggi martabatnya.Jika tidak,manusia akan tidak berbeda esensinya dengan hewan. Dari Ibn Umar ra.berkata : “Aku mendengar Rasullah SAW,bersabda : “Tiap-tiap kamu adalah pemimpin,dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya terhadap apa yang dipimpinnya…..”(HR.Mutafaq ‘Alaih). Ahmad Hasan Fitrat,membedakan kedudukan kekhalifahan manusia pada dua bentuk yaitu : pertama,khalifah kauniyat.Dimensi ini mencakup wewenang manusia secara umum yang telah dianugerahkan Allah SWT untuk mengatur dan memanfaatkan alam semesta beserta isinya bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi.Kedua,khalifah syar’iyah.dimensi ini merupakan wewenang Allah yang diberikan kepada manusia untuk memakmurkan alam semesta.Hanya saja,untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab ini,predikat khalifah secara khusus ditunjukan kepada orang-orang mukmin.
- Kewajiban Manusia. Dengan kedudukan manusia seperti yang disebutkan di atas,maka manusia di dunia mempunyai kewajiban.
- Kewajiban Terhadap Diri Sendiri. Kewajiban manusia terhadap diri sendiri ialah memenuhi tuntunan kebutuhan jasmani maupun rohaninya.Contohnya membutuhkan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, istirahat dan kelelahan bekerja dan sebagainya.
- Kewajiban Terhadap Masyarakat. Kewajiban terhadap masyarakat ialah mewujudkan hidup tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan.Contohnya gotong royong,membantu tetangga,dan bergaul dilingkungan sekitar.
- Kewajiban Terhadap Alam. Sebagaimana diinformasikan dalam Al-Qur’an,Allah menundukan isi langit dan bumi kepada manusia,guna melayani hidup manusia dalam melaksanakan fungsinya sebagai khalifah Allah dibumi. Contohnya tidak membuang sampah sembarangan, merawat tanaman, dan tidak menebang pohon sembarangan.
- Kewajiban Terhadap Allah. Manusia sebagai mahkluk pengemban amanat Allah berkejiwaan terhadap Allah.kewajiban manusia terhadap Allah bertumpu kepada ajaran yang menegaskan bahwa jin dan manusia diciptakan Allah agar mereka beribadah kepada-Nya. Contohnya beribadah sehari semalam, bersedekah.
KESIMPULAN :
Dalam Al-Qur’an banyak dtemukan gambaran yang membicarakan tentang manusia dan makna filosofis dan penciptaannya.
Manusia merupakan makhluk-Nya paling sempurna dan sebaik-baiknya ciptaan yang dilengkapi dengan akal fikiran. Dalam hal ini Ibn’Arabi misalnya melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa,”tak ada makhluk Allah yang lebih bagus dari pada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir, dan memutuskan.
Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah di muka bumi.
Kesatuan wujud manusia antara fisik dan psikis serta didukung oleh potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebgai ah san Al—taqwin dan menempatkan manusia pada posisi yang stategis yaitu Hamba Allah (‘abd Allah) dan khalifah Allah fi al-ardh.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.DR.H.Ramayulis,Filsafat Pendidikan Islam,2015.Jakarta : Radar Jaya Offest Jakarta
Jumat, 05 Oktober 2018
VISI, MISI DAN TUJUAN SD IT AR-RIDHA PANTAI CERMIN KEC. TANJUNG PURA
VISI, MISI DAN TUJUAN SD IT AR-RIDHA
VISI :
- Mewujudkan Siswa Yang Tertib Ibadah, Berakhlak Mulia, Cerdas Akademik dan Berjiwa Kep emimpinan.
MISI :.
- MENUMBUHKAN PENGHAYATAN TERHADAP AJARAN AGAMA SEHINGGA TERBANGUN INSAN YANG BERIMAN, BERTAQWA, CERDAS DAN BERAKHLAK MULIA.
- MEMBANGUN DAN MEWUJUDKAN GENERASI YANG UNGGUL DI BIDANG ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF, MENYENANGKAN, GEMBIRA, BERBOBOT DAN ISLAMI.
- MELAKSANAKAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MELALUI PELATIHAN AJARAN AGAMA, OLAHRAGA, PRAMUKA, UKS, DAN GREEN SCHOOL
- MEMBANGUN CITRA SEKOLAH SEBAGAI MITRA TERPERCAYA DI MASYARAKAT.
- MENGGUNAKAN LINGKUNGAN SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER BELAJAR.
- MENUMBUHKEMBANGKAN SIKAP PEDULI DAN CINTA LINGKUNGAN.
TUJUAN :
- Menjadi Anak Yang Beriman, Bertakwa Dan Berakhlak Mulia
- Mampu Berprestasi Dibidang Akademik Maupun Non Akademik
- Menjadikan Sekolah Sebagai Tempat Pembelajaran Kebudayaan Dan Ketauladanan
- Kreatif, Terampil Dan Inovatif Dalam Mengembangkan Diri Secara Terus Menerus
- Menjadi Anak Yang Peduli Dan Cinta Lingkungan
- Mampu Memanfaatkan Masjid, Taman Sekolah, Green House Sebagai Sarana Pembelajaran
pantai cermin, 17 juli 2017
kepala sekolah
h. muamar al qadri, m.pD
Ciri-ciri Penyalahguna Narkoba
Ciri-ciri Penyalahguna Narkoba
Editor : H. Muamar Al Qadri, M.Pd
1 Fisik
- Badan kurus, lemah, malas
- Mata kemerah-merahan dan berair
- Muka pucat dan bibir kehitaman
- Berkeringat secara berlebihan
- Badan gemetar
- Bicara cadel
- Bekas suntikan di tangan
- Batuk, pilek berkepanjangan
- Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yg jelas
- Nafsu makan menurun
- Suhu badan tidak beraturan
- Dlm keadaan yg sudah parah, pernafasan lambat dan dangkal
- Pupil mata menurun
- Kejang otot
- Kesadaran makan lama makin menurun
2. Emosi
- Sangat sensitif dan cepat bosan
- Jika ditegor atau dimarahi malah menentang
- Mudah tersinggung, cepat emosi
- Curiga berlebihan
- Ketakutan luar biasa
- Hilang ingatan
- Berusaha menyakiti diri sendiri
- Selalu berada dlm dunia khayalan
3. Perilaku
- Susah diajak bicara
- Kurang disiplin
- Sering menghindar kotak mata
- Suka membolos dan malas belajar
- Mengabaikan kegiatan ibadah
- Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga
- Apabila permintaan tdk dituruti, marah
- Bicara kasar
- Sulit Konsentrasi
- Selalu kehabisan uang, mencuri
- Takut air, malas mandi
- Sering membawa obat tetes
- Sering menggunakan baju lengan panjang
4. Meningkatkan cakupan layanan
- Kesiapan petugas kesehatan
- Kerjasama dgn LSM untuk meluaskan jangkauan
- Tindak lanjut secara berkesinambungan
- Layanan perawatan di rumah
- Dukungan keluarga dan teman sebaya
- Akses layanan yang mudah dan terjangkau
KATAKAN TIDAK PADA NARKOBA
BUKAN OMONG KOSONG
NARKOBA :
ANDA NYOBA, ANDA KENA, ANDA MAKE. ANDA MATI
JANGAN PERNAH MEMAKAINYA
YANG TERBAIK DALAM HIDUP INI AKAN HILANG KARENA PAKAI NARKOBA
HIDUP INI ADA AKHIRNYA, TETAPI JANGAN AKHIRI HIDUP INI DENGAN NARKOBA
Kamis, 04 Oktober 2018
DAFTAR ISI KURIKULUM
DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN
TIM PENYUSUN DOKUMEN I
REKOMENDASI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Landasan
C.
Tujuan Pengembangan Kurikulum 2013
D.
Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013
BAB II
TUJUAN
A.
Tujuan Pendidikan Dasar
B.
Visi Sekolah
C.
Misi Sekolah
D.
Tujuan Sekolah
BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
A.
STRUKTUR KURIKULUM
B.
MUATAN KURIKULUM
1.
Mata Pelajaran dan Tema / Sub tema
2.
Pengembangan Diri
3.
Beban Belajar.
4.
Penilaian
5.
Ketuntasan Belajar
6.
Kenaikan Kelas dan Kelulusan
7.
Pendidikan Kecakapan Hidup
8.
Pendidikan berbasis Keunggulan
BAB IV KOMPETENSI DASAR DAN KOMPETENSI INTI
BAB V PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF
BAB VI KALENDER PENDIDIKAN
BAB VII PENUTUP
Langganan:
Postingan (Atom)
TOPIK DALAM AL-QUR'AN DISUSUN OLEH. Dr. H. MUAMAR AL QADRI, M.Pd
Pemeliharaan Al Quran: 15:9 , 75:17 Keutamaan Al Quran Al Quran menerangkan segala sesuatu: 7:52 , 10:37 , 11:1 , 12:111 , 16:89 , 17:89...
-
KONSEP DIDAKTIK DISUSUN OLEH KELOMPOK I : AVIF ILHAMSYAH FIRZA AL QADRI RYAN ALVIN SULIDANA Dosen Pembimbing : H. Muam...
-
KELOMPOK II GUNTUR SYAHPUTRA NUR KHALIZA PUTRI RISKI ANANDA PUTRI PEMBAHASAN Pengertian sifat Allah “Sifat” (sifah) adal...