Rabu, 25 Juni 2025

Siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat

 

Manusia tidak dapat hidup sendiri. Sejak lahir hingga akhir hayat, kita selalu membutuhkan bantuan orang lain. Kita butuh ibu yang melahirkan, bidan yang membantu persalinan, orang tua dalam membesarkan, tetangga saat membutuhkan pertolongan, hingga pengurus jenazah ketika kita wafat.

Oleh karena itu, Islam mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kita harus menanamkan dalam diri bahwa menolong orang lain adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa dipisahkan.

**Ma'âsyiral Muslimîn rahimakumullâh,**

Agama Islam sangat menganjurkan untuk saling tolong-menolong dan menjaga tali persaudaraan. Bantulah siapa saja yang membutuhkan, tanpa memandang status sosial, latar belakang pendidikan, bahkan agama. Selama bantuan itu dalam ranah sosial dan kebaikan, maka lakukanlah. Sebaliknya, jika itu berkaitan dengan kejahatan dan keburukan, maka hindarilah.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Māidah ayat 2:

**Ma'âsyiral Muslimîn rahimakumullâh,**

Menolong orang lain, khususnya yang sedang dalam kesulitan, memiliki banyak manfaat baik bagi pemberi maupun penerima, serta masyarakat secara umum.

Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:

 (HR. Muslim)

Artinya: “Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan dengan tidak bisa tidur dan demam.”

Rasulullah juga bersabda:

 (HR. Muslim)

Artinya: “Siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat...”

**Ma'âsyiral Muslimîn rahimakumullâh,**

Dalam hadits lain, Rasulullah memerintahkan umatnya untuk menolong saudara baik saat dizalimi maupun saat ia berbuat zalim:

Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, kami paham menolong orang yang dizalimi, tapi bagaimana mungkin menolong orang yang berbuat zalim?”

Rasulullah menjawab:

Artinya: “Tahanlah ia dari melakukan kezaliman, itulah bentuk pertolongan kepadanya.”

**Ma'âsyiral Muslimîn rahimakumullâh,**

Marilah kita bermurah hati membantu sesama, terutama saudara-saudara kita yang sedang berada dalam kesulitan. Bahkan, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah berpesan:

**“Tidak penting apa agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah tanya apa agamamu.”**

Saudara-saudaraku yang dimuliakan,

Dalam sejarah Islam, kita melihat betapa luar biasanya para sahabat Rasulullah ﷺ dalam membantu sesama dan berjuang di jalan Allah. Mereka tidak hanya berbicara tentang keimanan, tetapi mereka membuktikan iman itu dengan pengorbanan harta, tenaga, bahkan jiwa.

Perhatikanlah kisah agung Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, sahabat terbaik Nabi ﷺ. Ketika Rasulullah ﷺ menyeru umat Islam untuk bersedekah dalam rangka mempersiapkan Perang Tabuk, Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah bertanya,

"Apa yang kau sisakan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?"
Dia menjawab dengan penuh keyakinan, "Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya."

Begitu pula Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia datang membawa separuh hartanya, karena ingin mengungguli Abu Bakar dalam kebaikan. Subhanallah, inilah persaingan dalam kebaikan yang sesungguhnya.

Tidak hanya dalam harta, para sahabat juga berjuang dalam dakwah dan jihad. Lihatlah Mus'ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu, pemuda Quraisy yang dahulu hidup mewah, namun memilih meninggalkan semuanya demi menyebarkan Islam di Madinah. Ia wafat sebagai syahid di Uhud, dan saat akan dikafani, tidak ada kain yang cukup untuk menutupi seluruh tubuhnya. Kepalanya ditutupi, kakinya terbuka. Kakinya ditutupi, kepalanya terbuka. Begitu besar pengorbanannya.

Mereka semua memahami satu hal penting: bahwa menolong sesama, membantu yang kesusahan, dan memperjuangkan agama Allah adalah bentuk ketakwaan sejati.

Jamaah Jumat yang berbahagia,

Ketika kita melihat di sekitar kita, begitu banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam kesusahan. Ada yang kelaparan, kehilangan pekerjaan, atau ditimpa musibah. Apakah kita akan diam saja?

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Barangsiapa melepaskan satu kesusahan dari seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan satu kesusahan darinya pada hari kiamat." (HR. Muslim)

Janganlah kita pelit dalam membantu, baik dengan tenaga, harta, atau sekadar doa dan perhatian. Terkadang, pertolongan kecil yang kita berikan bisa menjadi penyelamat besar bagi orang lain.

Dan jangan lupa untuk terus berjuang di jalan Allah, dengan cara yang sesuai kemampuan kita. Dakwah, pendidikan, sedekah, menjadi orang jujur dalam pekerjaan—semuanya bagian dari perjuangan.

Semoga khutbah ini menjadi pengingat dan motivasi bagi kita untuk terus berbuat baik dan menolong siapa pun yang membutuhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YASPEND Ar-Ridha Peringati Tahun Baru Islam dengan Zikir, Tausiyah, dan Penyerahan Anugerah Bintang Prestasi

  YASPEND Ar-Ridha Peringati Tahun Baru Islam dengan Zikir, Tausiyah, dan Penyerahan Anugerah Bintang Prestasi Langkat, 27 Juni 2025 — Yay...