Sebentar lagi kita akan memasuki Tahun Baru Islam
1447 Hijriah, tepatnya pada hari Jumat, 27 Juni 2025. Pergantian tahun hijriyah
bukanlah sekadar perubahan angka dalam kalender, melainkan merupakan momen yang
sangat penting dan mulia untuk kita jadikan sebagai sarana **muhasabah** —
yaitu evaluasi dan introspeksi diri terhadap perjalanan hidup yang telah kita
lalui selama satu tahun ke belakang.
**Muhasabah** berasal dari kata "hasaba"
yang berarti menghitung. Dalam konteks spiritual Islam, muhasabah berarti
mengevaluasi diri, menghitung amal dan dosa, dan memperbaiki kesalahan serta
kekhilafan yang telah dilakukan. Ini adalah proses yang diajarkan langsung oleh
Al-Qur'an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam banyak aspek kehidupannya.
Allah berfirman dalam QS. Al-Hasyr ayat 18:
﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ
نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا
تَعْمَلُوْنَ ١٨ ﴾ ( الحشر/59: 18)
*"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada
Allah, dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan."* (QS. Al-Hasyr: 18)
Ayat ini mengandung perintah penting untuk **takwa
dan evaluasi diri**, dua hal yang sangat berkaitan erat. Orang yang bertakwa
akan selalu mengevaluasi dirinya agar tidak terjatuh dalam kelalaian. Ia sadar
bahwa setiap amal akan diperhitungkan di hadapan Allah, sekecil apa pun itu.
Muhasabah menjadi penting karena manusia adalah
makhluk yang lemah dan mudah terpedaya oleh hawa nafsu, syahwat, dunia, dan
bisikan setan. Tanpa muhasabah, seseorang bisa merasa aman dan puas dengan
amalnya, padahal bisa jadi ada kekurangan besar dalam niat dan pelaksanaan amal
tersebut.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, muhasabah
mencakup:
1. **Amal ibadah**: Apakah salat kita sudah khusyuk
dan tepat waktu?
2. **Hubungan sosial**: Apakah kita sudah bersikap
jujur, adil, dan amanah terhadap sesama manusia?
3. **Tanggung jawab pribadi**: Apakah kita telah
menunaikan kewajiban sebagai suami/istri, ayah/ibu, anak, pekerja, dan warga
masyarakat?
4. **Waktu dan usia**: Apakah kita sudah
memanfaatkan waktu sebaik mungkin? Ataukah kita masih sering mengabaikan waktu
dengan kesia-siaan?
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah menyatakan
bahwa siapa yang melakukan muhasabah dengan baik, maka dia akan mampu
memperbaiki kehidupannya secara menyeluruh. Ia akan tahu di mana letak
kelemahannya, dan berusaha memperbaikinya dengan istiqamah.
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah juga berkata:
> *"Orang beriman itu penjaga dirinya. Ia
mengevaluasi dirinya karena Allah. Perhitungan di akhirat akan terasa ringan
bagi orang yang sudah memperhitungkan dirinya di dunia."*
Karena itu, menyambut tahun baru
hijriyah bukanlah dengan pesta dan hura-hura, melainkan dengan **merenung dan
memperbarui niat**. Seperti halnya perusahaan yang menyusun laporan tahunan,
seorang Muslim pun harus menyusun 'laporan amalnya' secara jujur dan bertanggung
jawab.
**3. Spirit Hijrah Sebagai
Landasan Perubahan**
Jamaah yang berbahagia,
Tahun Baru Hijriyah erat
kaitannya dengan peristiwa **Hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah.
Peristiwa ini bukan hanya perpindahan secara fisik dari satu tempat ke tempat
lain, tetapi merupakan **transformasi besar** dalam sejarah umat Islam. Inilah
momen di mana pondasi masyarakat Islam dibentuk, tidak hanya dengan
spiritualitas, tetapi juga melalui aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Hijrah adalah simbol **perubahan
dan pembaruan**, dan menjadi inspirasi utama bagi kita dalam menyambut tahun
baru Islam. Spirit hijrah mengajarkan kepada kita bahwa untuk meraih kejayaan,
diperlukan pengorbanan, keteguhan hati, serta perencanaan matang dan ketundukan
total kepada Allah.
Dalam konteks kekinian, **spirit
hijrah** dapat kita terapkan dalam berbagai aspek:
1. **Hijrah dari maksiat ke taat**
Tinggalkan
segala bentuk dosa dan keburukan, baik yang besar maupun kecil, dan berusaha
menuju taat yang konsisten. Tahun baru adalah waktu tepat untuk taubat nasuha.
2. **Hijrah dari malas menjadi produktif**
Seringkali
kita menunda amal shalih dan menyia-nyiakan waktu. Spirit hijrah mendorong kita
menjadi pribadi yang aktif, kreatif, dan disiplin.
3. **Hijrah dari sifat individualis ke peduli
sosial**
Rasulullah
membangun masyarakat Madinah dengan prinsip saling menolong, saling menjaga,
dan adil. Ini menjadi dasar dalam membangun masyarakat yang harmonis.
4. **Hijrah dalam skala komunitas dan bangsa**
Kita juga
perlu mendorong hijrah dalam skala yang lebih luas: dari sistem yang tidak adil
menuju sistem yang adil; dari ekonomi yang timpang menjadi ekonomi yang merata;
dari infrastruktur yang lamban menjadi pelayanan yang tangguh dan cepat.
Jamaah yang mulia,
Perubahan yang hakiki dimulai dari **diri
sendiri**. Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra'd ayat 11:
…ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ
حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ... ١١ ﴾ ( الرّعد/13: 11)
>
*"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."*
Jika kita ingin tahun baru ini
menjadi titik balik perubahan, maka kita harus mulai dari niat dan langkah
konkret untuk memperbaiki diri.
Kita harus menyadari bahwa waktu
tidak akan pernah menunggu. Umur terus berjalan, dan ajal bisa datang kapan
saja. Maka siapa yang hari ini tidak lebih baik dari kemarin, ia termasuk orang
yang rugi.
**Penutup:**
Mari jadikan Tahun Baru Islam 1447 Hijriah ini
sebagai awal perubahan besar dalam hidup kita. Hijrahkan hati kita dari lalai
menjadi sadar, hijrahkan keluarga kita dari jauh dari agama menjadi dekat
dengan masjid, hijrahkan lingkungan kita dari permisif menjadi peduli dan
bermartabat.
Semoga Allah memberkahi langkah kita, menerima
tobat kita, dan menetapkan kita dalam jalan kebaikan hingga akhir hayat.
Amin. Ya Rabbal ‘Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar