Jumat, 27 Juni 2025

YASPEND Ar-Ridha Peringati Tahun Baru Islam dengan Zikir, Tausiyah, dan Penyerahan Anugerah Bintang Prestasi

 

YASPEND Ar-Ridha Peringati Tahun Baru Islam dengan Zikir, Tausiyah, dan Penyerahan Anugerah Bintang Prestasi

Langkat, 27 Juni 2025 — Yayasan Pendidikan (YASPEND) Ar-Ridha, yang menaungi TK, SD Islam Terpadu, SMP Islam Terpadu, dan Rumah Qur’an Ar-Ridha, menggelar peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H dengan penuh khidmat dan semarak. Acara bertajuk Anugerah Bintang Prestasi ini berlangsung pada Jumat pagi (27/6) di Masjid Ar-Ridha, Desa Pantai Cermin, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat.

Kegiatan yang dimulai pukul 08.30 WIB tersebut diawali dengan pembukaan resmi dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh siswa, dilanjutkan dengan zikir dan doa bersama sebagai bentuk rasa syukur dan harapan akan keberkahan di tahun baru Hijriyah.

Semarak kegiatan semakin terasa dengan penampilan Hadroh dari siswa Rumah Qur’an Ar-Ridha yang menampilkan shalawat dengan iringan tabuhan rebana. Penampilan ini disambut hangat oleh peserta yang hadir, memberikan semangat dan nuansa islami yang mendalam.

Acara berlanjut dengan tausiyah bertema hijrah spiritual dan peningkatan iman oleh ustadz pembimbing. Dalam ceramahnya, beliau mengajak seluruh peserta untuk menjadikan tahun baru ini sebagai momentum memperbaiki diri, memperkuat akhlak, dan menumbuhkan semangat belajar.

Puncak kegiatan adalah penyerahan Anugerah Bintang Prestasi kepada siswa-siswi terbaik dari seluruh unit pendidikan di bawah naungan YASPEND Ar-Ridha. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap prestasi akademik dan non-akademik, serta sebagai motivasi untuk terus berprestasi dan menjadi teladan dalam akhlak.

Kegiatan diakhiri dengan himbauan dan pemberitahuan dari pihak panitia kepada siswa dan wali murid. Peringatan Tahun Baru Islam kali ini tidak hanya menjadi ajang seremonial, tetapi juga sarana menanamkan nilai keislaman, motivasi belajar, dan semangat untuk hijrah menuju pribadi yang lebih baik.


Rabu, 25 Juni 2025

Siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat

 

Manusia tidak dapat hidup sendiri. Sejak lahir hingga akhir hayat, kita selalu membutuhkan bantuan orang lain. Kita butuh ibu yang melahirkan, bidan yang membantu persalinan, orang tua dalam membesarkan, tetangga saat membutuhkan pertolongan, hingga pengurus jenazah ketika kita wafat.

Oleh karena itu, Islam mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kita harus menanamkan dalam diri bahwa menolong orang lain adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa dipisahkan.

**Ma'âsyiral Muslimîn rahimakumullâh,**

Agama Islam sangat menganjurkan untuk saling tolong-menolong dan menjaga tali persaudaraan. Bantulah siapa saja yang membutuhkan, tanpa memandang status sosial, latar belakang pendidikan, bahkan agama. Selama bantuan itu dalam ranah sosial dan kebaikan, maka lakukanlah. Sebaliknya, jika itu berkaitan dengan kejahatan dan keburukan, maka hindarilah.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Māidah ayat 2:

**Ma'âsyiral Muslimîn rahimakumullâh,**

Menolong orang lain, khususnya yang sedang dalam kesulitan, memiliki banyak manfaat baik bagi pemberi maupun penerima, serta masyarakat secara umum.

Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:

 (HR. Muslim)

Artinya: “Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan dengan tidak bisa tidur dan demam.”

Rasulullah juga bersabda:

 (HR. Muslim)

Artinya: “Siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat...”

**Ma'âsyiral Muslimîn rahimakumullâh,**

Dalam hadits lain, Rasulullah memerintahkan umatnya untuk menolong saudara baik saat dizalimi maupun saat ia berbuat zalim:

Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, kami paham menolong orang yang dizalimi, tapi bagaimana mungkin menolong orang yang berbuat zalim?”

Rasulullah menjawab:

Artinya: “Tahanlah ia dari melakukan kezaliman, itulah bentuk pertolongan kepadanya.”

**Ma'âsyiral Muslimîn rahimakumullâh,**

Marilah kita bermurah hati membantu sesama, terutama saudara-saudara kita yang sedang berada dalam kesulitan. Bahkan, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah berpesan:

**“Tidak penting apa agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah tanya apa agamamu.”**

Saudara-saudaraku yang dimuliakan,

Dalam sejarah Islam, kita melihat betapa luar biasanya para sahabat Rasulullah ﷺ dalam membantu sesama dan berjuang di jalan Allah. Mereka tidak hanya berbicara tentang keimanan, tetapi mereka membuktikan iman itu dengan pengorbanan harta, tenaga, bahkan jiwa.

Perhatikanlah kisah agung Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, sahabat terbaik Nabi ﷺ. Ketika Rasulullah ﷺ menyeru umat Islam untuk bersedekah dalam rangka mempersiapkan Perang Tabuk, Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah bertanya,

"Apa yang kau sisakan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?"
Dia menjawab dengan penuh keyakinan, "Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya."

Begitu pula Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia datang membawa separuh hartanya, karena ingin mengungguli Abu Bakar dalam kebaikan. Subhanallah, inilah persaingan dalam kebaikan yang sesungguhnya.

Tidak hanya dalam harta, para sahabat juga berjuang dalam dakwah dan jihad. Lihatlah Mus'ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu, pemuda Quraisy yang dahulu hidup mewah, namun memilih meninggalkan semuanya demi menyebarkan Islam di Madinah. Ia wafat sebagai syahid di Uhud, dan saat akan dikafani, tidak ada kain yang cukup untuk menutupi seluruh tubuhnya. Kepalanya ditutupi, kakinya terbuka. Kakinya ditutupi, kepalanya terbuka. Begitu besar pengorbanannya.

Mereka semua memahami satu hal penting: bahwa menolong sesama, membantu yang kesusahan, dan memperjuangkan agama Allah adalah bentuk ketakwaan sejati.

Jamaah Jumat yang berbahagia,

Ketika kita melihat di sekitar kita, begitu banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam kesusahan. Ada yang kelaparan, kehilangan pekerjaan, atau ditimpa musibah. Apakah kita akan diam saja?

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Barangsiapa melepaskan satu kesusahan dari seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan satu kesusahan darinya pada hari kiamat." (HR. Muslim)

Janganlah kita pelit dalam membantu, baik dengan tenaga, harta, atau sekadar doa dan perhatian. Terkadang, pertolongan kecil yang kita berikan bisa menjadi penyelamat besar bagi orang lain.

Dan jangan lupa untuk terus berjuang di jalan Allah, dengan cara yang sesuai kemampuan kita. Dakwah, pendidikan, sedekah, menjadi orang jujur dalam pekerjaan—semuanya bagian dari perjuangan.

Semoga khutbah ini menjadi pengingat dan motivasi bagi kita untuk terus berbuat baik dan menolong siapa pun yang membutuhkan.

TAHUN BARU ISLAM

 

Sebentar lagi kita akan memasuki Tahun Baru Islam 1447 Hijriah, tepatnya pada hari Jumat, 27 Juni 2025. Pergantian tahun hijriyah bukanlah sekadar perubahan angka dalam kalender, melainkan merupakan momen yang sangat penting dan mulia untuk kita jadikan sebagai sarana **muhasabah** — yaitu evaluasi dan introspeksi diri terhadap perjalanan hidup yang telah kita lalui selama satu tahun ke belakang.

**Muhasabah** berasal dari kata "hasaba" yang berarti menghitung. Dalam konteks spiritual Islam, muhasabah berarti mengevaluasi diri, menghitung amal dan dosa, dan memperbaiki kesalahan serta kekhilafan yang telah dilakukan. Ini adalah proses yang diajarkan langsung oleh Al-Qur'an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam banyak aspek kehidupannya.

 

Allah berfirman dalam QS. Al-Hasyr ayat 18:

﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٨ ﴾ ( الحشر/59: 18)

 

*"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."* (QS. Al-Hasyr: 18)

 

Ayat ini mengandung perintah penting untuk **takwa dan evaluasi diri**, dua hal yang sangat berkaitan erat. Orang yang bertakwa akan selalu mengevaluasi dirinya agar tidak terjatuh dalam kelalaian. Ia sadar bahwa setiap amal akan diperhitungkan di hadapan Allah, sekecil apa pun itu.

 

Muhasabah menjadi penting karena manusia adalah makhluk yang lemah dan mudah terpedaya oleh hawa nafsu, syahwat, dunia, dan bisikan setan. Tanpa muhasabah, seseorang bisa merasa aman dan puas dengan amalnya, padahal bisa jadi ada kekurangan besar dalam niat dan pelaksanaan amal tersebut.

 

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, muhasabah mencakup:

 

1. **Amal ibadah**: Apakah salat kita sudah khusyuk dan tepat waktu?

2. **Hubungan sosial**: Apakah kita sudah bersikap jujur, adil, dan amanah terhadap sesama manusia?

3. **Tanggung jawab pribadi**: Apakah kita telah menunaikan kewajiban sebagai suami/istri, ayah/ibu, anak, pekerja, dan warga masyarakat?

4. **Waktu dan usia**: Apakah kita sudah memanfaatkan waktu sebaik mungkin? Ataukah kita masih sering mengabaikan waktu dengan kesia-siaan?

 

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah menyatakan bahwa siapa yang melakukan muhasabah dengan baik, maka dia akan mampu memperbaiki kehidupannya secara menyeluruh. Ia akan tahu di mana letak kelemahannya, dan berusaha memperbaikinya dengan istiqamah.

 

Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah juga berkata:

 

> *"Orang beriman itu penjaga dirinya. Ia mengevaluasi dirinya karena Allah. Perhitungan di akhirat akan terasa ringan bagi orang yang sudah memperhitungkan dirinya di dunia."*

 

Karena itu, menyambut tahun baru hijriyah bukanlah dengan pesta dan hura-hura, melainkan dengan **merenung dan memperbarui niat**. Seperti halnya perusahaan yang menyusun laporan tahunan, seorang Muslim pun harus menyusun 'laporan amalnya' secara jujur dan bertanggung jawab.

**3. Spirit Hijrah Sebagai Landasan Perubahan**

Jamaah yang berbahagia,

Tahun Baru Hijriyah erat kaitannya dengan peristiwa **Hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah. Peristiwa ini bukan hanya perpindahan secara fisik dari satu tempat ke tempat lain, tetapi merupakan **transformasi besar** dalam sejarah umat Islam. Inilah momen di mana pondasi masyarakat Islam dibentuk, tidak hanya dengan spiritualitas, tetapi juga melalui aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya.

Hijrah adalah simbol **perubahan dan pembaruan**, dan menjadi inspirasi utama bagi kita dalam menyambut tahun baru Islam. Spirit hijrah mengajarkan kepada kita bahwa untuk meraih kejayaan, diperlukan pengorbanan, keteguhan hati, serta perencanaan matang dan ketundukan total kepada Allah.

Dalam konteks kekinian, **spirit hijrah** dapat kita terapkan dalam berbagai aspek:

1. **Hijrah dari maksiat ke taat**

   Tinggalkan segala bentuk dosa dan keburukan, baik yang besar maupun kecil, dan berusaha menuju taat yang konsisten. Tahun baru adalah waktu tepat untuk taubat nasuha.

2. **Hijrah dari malas menjadi produktif**

   Seringkali kita menunda amal shalih dan menyia-nyiakan waktu. Spirit hijrah mendorong kita menjadi pribadi yang aktif, kreatif, dan disiplin.

3. **Hijrah dari sifat individualis ke peduli sosial**

   Rasulullah membangun masyarakat Madinah dengan prinsip saling menolong, saling menjaga, dan adil. Ini menjadi dasar dalam membangun masyarakat yang harmonis.

4. **Hijrah dalam skala komunitas dan bangsa**

   Kita juga perlu mendorong hijrah dalam skala yang lebih luas: dari sistem yang tidak adil menuju sistem yang adil; dari ekonomi yang timpang menjadi ekonomi yang merata; dari infrastruktur yang lamban menjadi pelayanan yang tangguh dan cepat.

Jamaah yang mulia,

Perubahan yang hakiki dimulai dari **diri sendiri**. Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra'd ayat 11:

ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ... ١١ ﴾ ( الرّعد/13: 11)

> *"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."*

Jika kita ingin tahun baru ini menjadi titik balik perubahan, maka kita harus mulai dari niat dan langkah konkret untuk memperbaiki diri.

Kita harus menyadari bahwa waktu tidak akan pernah menunggu. Umur terus berjalan, dan ajal bisa datang kapan saja. Maka siapa yang hari ini tidak lebih baik dari kemarin, ia termasuk orang yang rugi.

**Penutup:**

Mari jadikan Tahun Baru Islam 1447 Hijriah ini sebagai awal perubahan besar dalam hidup kita. Hijrahkan hati kita dari lalai menjadi sadar, hijrahkan keluarga kita dari jauh dari agama menjadi dekat dengan masjid, hijrahkan lingkungan kita dari permisif menjadi peduli dan bermartabat.

 

Semoga Allah memberkahi langkah kita, menerima tobat kita, dan menetapkan kita dalam jalan kebaikan hingga akhir hayat.

 

Amin. Ya Rabbal ‘Alamin.

Selasa, 24 Juni 2025

“Kampus Keluarga Besar”

 

“Kampus Keluarga Besar”

Di sebuah kota kecil, berdirilah Kampus Kembang Ilmu—dulu harum namanya, harum pula prestasinya.
Sampai suatu hari, Pak Magnus diangkat menjadi Rektor. Warga kampus menyambut gembira, sebab kabarnya beliau “visioner.”

Tapi tak lama, papan pengumuman dipenuhi nama-nama baru:

PosisiNama BaruHubungan dengan Rektor
Dosen Tetap FilsafatBu MelatiIstri
Dosen Tetap KimiaMas AngkasaPutra
Dosen Tetap SejarahMbak CempakaPutri
Dosen Tetap SeniOm KenangaKakak ipar
Dosen Tetap BahasaKeponakan DahliaKeponakan

Mahasiswa berbisik, “Sepertinya kampus kita sudah ganti nama: Kampus Keluarga Besar.”

Bab I – Sesi Kuliah

  • “Selamat pagi,” sapa Bu Melati di kelas Filsafat.
    “Hari ini kita bahas Etika Nepotisme Modern.”
    Mahasiswa menahan tawa, sebab slide pertama berbunyi:

    “Nepotisme? Asal semua senang, apa salahnya?”

  • Mas Angkasa mengajar Kimia, tapi tabel periodiknya tertukar dengan silsilah keluarga.
    Mahasiswa yang bertanya soal valensi malah disuruh hafal nama sepupu.

  • Om Kenanga memberi ujian Seni. Soalnya:

    “Gambarkan betapa tampannya Pak Magnus saat rapat senat.”

Nilai yang tinggi tentu hanya milik mereka yang menggambar hidung Pak Magnus dengan sudut terbaik.

Bab II – Reuni Akbar Akreditasi

Tim asesor datang. Mereka bertanya,
“Publikasi ilmiah terkini?”
Mbak Cempaka menjawab, “Kami punya jurnal keluarga—Jurnalia Saudara—semua editor bersaudara!”

Asesor tercengang, akreditasi pun meluncur turun layaknya daun gugur. SK pengumuman tiba: Akreditasi C.
Spanduk lama yang bertuliskan “Unggul dan Mandiri” diganti:

“Unggul dalam Persaudaraan, Mandiri dalam Penilaian Sendiri.”

Bab III – Bisik-bisik Perpustakaan

Di pojok perpustakaan, dua mahasiswa berdiskusi:

A: “Kalau begini terus, skripsi kita diterima enggak ya?”
B: “Tenang, asal judulnya tentang kejayaan keluarga Magnus, pasti lulus.”

Dan begitulah, judul-judul skripsi bermunculan:
“Pengaruh Kumis Pak Magnus terhadap Motivasi Akademik Mahasiswa”
“Strategi Silaturahmi sebagai Kurikulum Inti”

Epilog

Pada akhirnya, Kampus Kembang Ilmu merindukan masa kejayaannya.
Suatu malam, patung di halaman—dulu melambangkan Dewi Pengetahuan—berbisik tertiup angin:

“Ilmu tak pernah pilih kasih;
Yang merawatnya haruslah bersih.”

Namun patung itu kini dikelilingi papan nama baru bertuliskan:
“Didonasikan oleh Keluarga Besar Magnus—dengan penuh kebanggaan.”

Minggu, 15 Juni 2025

SD IT Ar-Ridha Tegakkan Budaya Bersih: Sediakan Tong Sampah Demi Sekolah Sehat dan Nyaman

SD IT Ar-Ridha Tegakkan Budaya Bersih: Sediakan Tong Sampah Demi Sekolah Sehat dan Nyaman


Langkat — Dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang bersih, sehat, dan nyaman, SD IT Ar-Ridha mengambil langkah nyata dengan menyediakan sejumlah tong sampah di berbagai sudut sekolah. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen sekolah untuk menanamkan kesadaran lingkungan dan kedisiplinan sejak dini kepada seluruh siswa.

Kepala SD IT Ar-Ridha, Dr. H. Muamar Al Qadri, M.Pd, menyampaikan bahwa pendidikan bukan hanya tentang pelajaran di kelas, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan kebiasaan positif. Salah satunya adalah menjaga kebersihan lingkungan sekolah sebagai tanggung jawab bersama.

“Kami ingin membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga peduli terhadap kebersihan dan kesehatan. Sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan dan sehat, karena dari situlah semangat belajar tumbuh,” ujar beliau.

Lingkungan Bersih, Belajar Jadi Nyaman

Dengan adanya tong-tong sampah yang disediakan di tempat strategis seperti halaman, lorong kelas, dan kantin sekolah, siswa diharapkan dapat terbiasa membuang sampah pada tempatnya. Inisiatif ini juga melibatkan guru dan staf sekolah dalam mengawasi serta memberikan contoh langsung kepada siswa.

“Kami terus mengingatkan siswa bahwa membuang sampah pada tempatnya adalah bagian dari akhlak mulia. Ini adalah bentuk cinta kita kepada lingkungan dan rasa syukur atas fasilitas sekolah yang kita nikmati,” tambah Dr. Muamar.

Program kebersihan ini juga didukung dengan kegiatan rutin seperti gotong royong mingguan, edukasi lingkungan melalui cerita dan permainan, serta penilaian kelas terbersih yang diumumkan setiap bulan sebagai bentuk motivasi.

Menjadi Teladan dan Inspirasi

Langkah SD IT Ar-Ridha ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain bahwa membangun budaya bersih dimulai dari kesadaran kecil namun konsisten. Dengan lingkungan yang bersih, para siswa dapat belajar dengan lebih nyaman, sehat, dan produktif.

“Mari kita jadikan sekolah sebagai rumah kedua yang kita jaga bersama. Kebersihan adalah awal dari kenyamanan dan kemajuan,” pungkas Kepala Sekolah.

Sabtu, 31 Mei 2025

Hajjah Maslurah Wafat

 

Hajjah Maslurah Wafat

Pada tahun 1320 H, Tuanku Hajjah Maslurah—istri dari almarhum Sultan Musa Al-Muazzamsyah sekaligus ibu dari Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmatsyah—meninggal dunia di Tanjung Pura. Untuk mengenang kepergian beliau, selama 40 hari 40 malam dilaksanakan tahlilan dan pembacaan Al-Qur’an di makam beliau. Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Tuan Guru Syekh Abdul Wahab bersama putra-putranya.

Di masa berkabung tersebut, shalat berjamaah pun tetap dilaksanakan secara rutin di Istana, dengan imam yang bergantian antara Tuan Guru Syekh Abdul Wahab dan Zakaria H. Bakri.

Usai masa 40 hari itu, Sultan Abdul Aziz menyampaikan kepada Tuan Guru bahwa semasa hidup, ibundanya secara rutin memberikan bantuan berupa 100 rupiah dan 1.000 gantang padi setiap bulan untuk mendukung perjuangan dakwah Tuan Guru. Oleh karena itu, Sultan berjanji akan melanjutkan niat mulia tersebut dengan meningkatkan bantuannya menjadi 350 rupiah dan 30 kaleng padi setiap bulan. Ia pun menyampaikan harapan tulusnya, “Saya berharap Tuan Guru dapat menggantikan ibu dan ayah saya, serta membimbing dan menunjukkan saya jalan dunia dan akhirat.”

Namun, pada 1 Muharram 1346 H (1 Juli 1927 M) pukul 03.20 dini hari, Sultan Abdul Aziz wafat di Istana Darul Aman, Tanjung Pura, setelah berjuang melawan penyakit sesak napas. Beliau wafat pada usia 54 tahun dan dimakamkan di Tanjung Pura, berdekatan dengan makam ayahanda dan ibundanya di sekitar Masjid Azizi—dikenal pula sebagai kompleks makam almarhum Darul Aman.

Keteguhan dan Kewaspadaan Tuan Guru

Sejak Tuan Guru Syekh Abdul Wahab memimpin Kampung Babussalam, daerah itu berkembang menjadi wilayah yang makmur dan religius, sehingga pengaruh beliau kian besar. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di pihak Belanda yang saat itu masih berkuasa. Sebagai langkah politik untuk meredam pengaruh Tuan Guru, pemerintah kolonial mencoba meraih simpatinya dengan cara memberikan penghargaan.

Pada 1 Jumadil Awal 1347 H (1929 M), Asisten Residen Van Aken bersama Sultan Abdul Jalil Rahmatsyah menghadiahkan sebuah bintang kehormatan yang terbuat dari emas kepada Tuan Guru. Sebelum acara penyerahan, Sultan terlebih dahulu memberikan uang kepada Tuan Guru agar membeli pakaian khusus yang layak dikenakan dalam upacara tersebut. Acara berlangsung di Madrasah Besar dan dihadiri banyak tamu undangan. Dalam acara itu pula, Syekh Abdul Wahab dipercaya menjadi imam shalat dan memimpin perpindahan arah kiblat.

Namun, di balik pemberian itu, terselip pesan tersirat dari Raja Belanda yang disampaikan oleh utusannya: penghargaan tersebut merupakan isyarat agar pengaruh keagamaan tidak dikembangkan secara berlebihan, karena dianggap dapat mengancam kekuasaan kolonial.

Tuan Guru, yang bijak dan berhati-hati, tidak terpengaruh oleh penghargaan tersebut. Beliau menyadari bahwa bintang emas itu adalah bentuk tipu daya penjajah. Maka, bintang itu tidak pernah beliau pakai, dan hanya disimpan di rumah hingga akhirnya dikembalikan kepada Sultan setelah wafatnya beliau.

Dalam suatu kesempatan di hadapan para pembesar kerajaan, Tuan Guru menyampaikan nasihat mendalam, “Lihatlah, kerajaan Belanda yang jahat ini berniat menjebak kita melalui pekerjaan duniawi. Jangan sampai hal-hal dunia membuat kita lalai dari tujuan akhirat.”

Beliau melanjutkan, “Bintang itu ibarat cemeti yang mengingatkan kita untuk lebih bersungguh-sungguh dalam menjunjung perintah Tuhan, lebih tekun belajar, dan menjauhi hal-hal yang dilarang. Bila semua ajaran yang telah saya sampaikan diteruskan oleh saudara-saudara, maka saya pun akan merasa tenang. Sebab bintang ini bukanlah penghargaan, melainkan isyarat halus untuk meningkatkan kesungguhan kita dalam beribadah.”

Meski usianya sudah sangat lanjut dan kondisi fisiknya semakin lemah, Tuan Guru tetap istiqamah dalam menjalankan ibadah tanpa henti.

Rahasia Keberhasilan Tuan Guru

Keberhasilan Tuan Guru Syekh Abdul Wahab dalam membangun masyarakat terletak pada tiga pilar utama:

a. Latar belakang yang kuat dan spiritual.
Beliau lahir dan besar di desa, dalam lingkungan keluarga yang religius. Kesederhanaan, keikhlasan, serta kerendahan hatinya menjadi fondasi utama dalam membentuk jiwa kepemimpinan dan keteladanan. Pendidikan ini menempa beliau menjadi pribadi yang gigih, sabar, dan istiqamah dalam menghadapi tantangan.

b. Konsistensi antara ucapan dan tindakan.
Tuan Guru tidak pernah mengajarkan sesuatu yang belum beliau amalkan sendiri. Beliau menganjurkan banyak berzikir, shalat, sedekah, puasa sunnah, serta hidup sederhana—semua itu beliau teladankan secara nyata kepada murid-muridnya.

c. Bergantung hanya kepada Allah.
Beliau tidak pernah mengandalkan kekuatan makhluk. Backing sejatinya adalah Allah SWT—Maha Kuasa, Kekal, dan Abadi. Ketergantungan total kepada Tuhan ia wujudkan dalam ibadah yang penuh kesungguhan dan keikhlasan.


Seluruh uraian mengenai keteladanan, prinsip hidup, serta warisan pemikiran dan perjuangan Tuan Guru Syekh Abdul Wahab (Tuan Guru Babussalam) sebagaimana telah dipaparkan, bersumber dari buku Biografi Ulama Besar Langkat: Syekh Abdul Wahab (Tuan Guru Babussalam) yang diterbitkan oleh Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Langkat, halaman 108–111. Buku ini menjadi dokumen historis penting yang merekam jejak perjuangan beliau dalam membina umat dengan pendekatan agama yang kuat, sederhana, dan penuh keikhlasan.

YASPEND Ar-Ridha Peringati Tahun Baru Islam dengan Zikir, Tausiyah, dan Penyerahan Anugerah Bintang Prestasi

  YASPEND Ar-Ridha Peringati Tahun Baru Islam dengan Zikir, Tausiyah, dan Penyerahan Anugerah Bintang Prestasi Langkat, 27 Juni 2025 — Yay...